Jumat, 23 Oktober 2015

My Imagination "Dalam Diam Kau Curi Hati Ku" Part 14

Maaf yah semua, telat. Manusia hanya berencana, hehehe, gue pikir gue bisa liburan hari ini, ternyata, ada keadaan mendesak. Ok deh, akan lebih baik sambil baca cerbung ini dengerin ost part ini yah, masih punya teh Melly Goeslaw-Hanya, Naif-Benci untuk mencintai, Maudy Ayunda-Tiba-tiba cinta datang.

“Dalam Diam Kau Curi Hati Ku”

Part 14

“gi,,gigiiiii” teriak raffi mengetuk pintu kamar gigi. Gigi yang sudah tertidur bangun dan mengumpulkan kesadarannya. Ia melihat kearah pintu kamarnya.
“apa gue berhalusinasi” gumam gigi karena suasana sudah mulai hening. Saat ia mau mulai tidur, ia mendengar kembali suara raffi.
“giiiii, gue sakit gi, buka dong pintunya” ucap raffi disisa2 tenanganya.
“raffi” gigi bangun dan membuka pintu kamarnya, raffi pun jatuh terkulai dipelukan gigi.
“hei,,loe kenapa” ucap gigi yang berusaha menyanggah tubuh raffi, raffi dengan sisa tenaganya berusaha untuk tetap berdiri namun ia tetap terkulai dalam pelukan gigi. gigi pun membopong tubuh raffi dan membaringkannya diranjang kamarnya. Ia meraba kepala raffi.
“agak hangat, raffi, hei loe kenapa?” tanya gigi yang terlihat panik.
“gue muntah2 gi, buang air mulu dari tadi” jelas raffi dengan suara lemasnya.
“loe makan apa tadi?” tanya gigi lagi yang masih terlihat panik.
“makan roti, isi telur,,,apa mungkin gue keracunan telur yah gi” jelas raffi lagi.
“mana mungkin. Makan apa lagi?” tanya gigi lagi.
“minum coca cola sebotol” jelas raffi lagi.
“kapan terakhir makan nasi?” tanya ggi lagi.
“kemaren pagi” jelas raffi lagi.
“ya Allah, kenapa loe minum coca cola, mau bunuh diri loe” omel gigi yang berjalan kearah lemarinya dan seperti mencari sesuatu. Raffi yang memperhatikan gigi, tiba2 merasa ingin kebelakang lagi.
“gi, aku mau ketoilet” panggil raffi, gigi menoleh dan segera berlari mendekati raffi, dan membawa raffi ketoilet didalam kamarnya. Bebrapa menit kemudian raffi keluar dari toilet dengan keadaan yang begitu lemas, tiba2 saja raffi muntah diwastafel depan toilet, gigi tetap tenang walau wajahnya menunjukkan kepanikan. Ia memijat belakang raffi yang sedang muntah. Sambil menarik nafasnya, seperti sudah tidak ada kata untuk bisa menjelaskan kondisi raffi dimalam itu.
“udah, mau baring lagi” tanya gigi dengan begitu lembut.
“emm” gumam raffi menganggukkan kepalanya. Gigi pun kembali membantu raffi berjalan hingga keranjangnya. Ia membaringkan raffi, dan menyelemutinya. Setelah itu ia mengambil setoskopnya.
“gue periksa loe dulu yah” ucap gigi, raffi hanya menganggukkan kepalanya. Gigi memeriksa dada raffi, sampai keperutnya, terdengar bunyi peristaltik ususnya yang melebihi batas normal, perutnya kembung dan teraba nyeri.
“gue gosokkan minyak angin dulu. Persediaan obat2tan gue habis” ucap gigi yang mengambil minyak angin dan menggosakkan dileher raffi, perut dan belakang raffi. setelah itu ia kembali menyelimuti raffi.
“loe tunggu disini, gue mau keluar sebentar” ucap gigi, yang merapikan selimut raffi lalu berdiri hendak mengambil jaketnya, namun tiba2 raffi memegang tangan gigi.
“jangan pergi” ucap raffi dengan mata yang terpejam.
“gue harus keapotik fi, gue bakal cepet kembali, loe tunggu disini, yah” ucap gigi lagi dengan lembut, ia melepaskan genggaman tangan raffi, mengambil jaketnya dan segera pergi dengan mobilnya. Sesampainya disebuah apotik terdekat, ia berlari keluar dari dalam mobilnya, menyebutkan beberapa obat dan peralatan kesehatan yang dibutuhkannya lalu dengan cepat pula ia kembali pulang. Nampak kekhawatiran diwajah gigi, tidak seperti biasanya ia yang begitu dingin dan cuek. Sesampainya dirumah, ia berlari menuju kamarnya. Ia tidak melihat raffi ditempat tidurnya.
“raffiii” dengan panik gigi memanggil raffi.
“ia gi, gue dikamar mandi” ucap raffi. tidak lama raffi keluar dari kamar mandi yang dibantu oleh gigi.
“gue harus ngimpus loe” ucap gigi.
“gak mau” ucap raffi.
“harus raffi. obatnya harus dimasukkin lewat impus, soalnya loe muntah terus. Loe juga butuh cairan, loe udah lemes banget raffi” jelas gigi, tidak ada jawaban dari raffi. gigi pun menyipkan peralatan infus untuk raffi. digantungnya botol infus dikepala ranjangnya, memanfaatkan apa yang bisa dijadikan sebagai tiang infus. “gue infus sekarang yah” ucap gigi lagi. tidak ada jawaban dari raffi, ia pun menginfus raffi, memasukkan panso, ondansentron, dan memberikan cairan dengan campuran boscopan. Satu infus pertama sudah habis, gigi mengganti dengan botol infus kedua. Terlihat raffi sudah mulai tenang. Gigi kembali meraba kepala raffi.
“masih agak hangat” ia memperhatikan wajah raffi beberapa menit. Memperhatikan botol infus, mengatur kecepatannya dan turun kebawah. Waktu menujukkan pukul 02.18 WIB. Ia melihat bekas makanan raffi. “astaga, jd dia makan ini, huft” gigi menarik nafasnya. Ia menyalakan kompor dan memasak bubur cair untuk raffi. selang beberapa menit bubur sudah matang, ia membawanya keatas untuk raffi.
“raffi” panggil gigi dengan lembut sambil merapa kepala raffi.
“fi,” panggil gigi lagi. raffi pun membuka matanya.
“hm” gumam raffi.
“makan buburnya, mumpung lagi hangat. Kamu harus makan sesuatu, biar perut kamu gak kembung” jelas gigi. raffi masih tidak bergeming. Gigi menyendok bubur dan mengarahkan kemulut raffi.
“ayo makan, beberapa sendok aja, setelah itu kamu boleh tidur lagi” jelas gigi lagi.
“aku gak nafsu makan gi” ucap raffi lagi.
“kamu harus makan, kalau kamu gak mau makan,, aku gak mau masak lagi buat kamu” ucap gigi. ancaman itu ternyata sangat ampuh untuk membuat raffi membuka mulutnya. Beberapa sendok sudah raffi memakan bubur yang disuapi oleh gigi.
“sudah” ucap raffi.
“ok, kamu makan obat dulu yah. Udah gak mual kan?” ucap gigi. raffi pun mengangguk, seakan menjadi anak yang baik, raffi menuruti semua perintah gigi. Setelah itu gigi kembali menyelimuti raffi, mengganti cairan yang sudah habis dengan botol infus ketiga, mengatur tetesannya hingga pukul 08.00 pagi. Gigi masih terjaga, ia duduk disebelah raffi sambil membaca buku dengan kacamata bacanya. Sesekali ia melihat kondisi raffi. sampai ia merasa kantuk, Ia lalu meluruskan badannya dan tertidur disamping raffi sampai pagi menjelang. Pukul 07.37 pagi, raffi mulai terbangun, ia mengumpulkan kesadarannya, melihat ditangan kananya masih terpasang infus, ia menoleh disebelah kirnya, didapatinya gigi masih terlelap. Ia berbalik kearah gigi, menyamakan posisi tinggi mereka, gigi yang tidur dengan posisi berbalik kerah raffi kini saling berhadapan dengan wajah raffi. raffi mulai mengamati setiap lekuk wajah gigi yang ada dihadaannya. Ia menyentuh alis gigi, turun kehidungnya, sampai kebibirnya. Saat tangan raffi menyentuh bibir gigi, raffi tiba2 meluruskan posisinya dan memegang dada sebelah kirinya.
“sepertinya gue masih sakit. Apa masih ada hubungannya dengan semalam yah, tapi kemarin juga kayak gini.hah” gumam raffi yang memejamkan matanya sambil memegang dadanya. Ia berbalik kembali kearah gigi, namun pada saat itu, gigi mulai sadar, ia mengucek matanya, raffi yang melihat gigi mulai terbangun pura2 menutup matanya kembali. Gigi yang sudah mulai sadar menoleh kearah raffi, dipegangnya dahi raffi, beberapa detik, stelah itu ia turun dari ranjang dan mematikan aliran infus raffi. raffi pura2 baru terbangun dari tidurnya, ia mengucek matanya dan melihat gigi yang mematikan cairan infusnya.
“udah bangun loe, gimana? Uda mendingan perasaannya?” tanya gigi kepada raffi. raffi tidak menjawab, ia hanya memonyongkan bibirnya. Gigi pun kekamar mandi untuk mencuci mukanya.
“tunggu disini, gue mau kebawah dulu bentar” ucap gigi, raffi pura2 tidak perduli. Gigi turun kebawah untuk memasakkan bubur untuk raffi. dikamar, raffi merasa bosan, ia melihat infus yang terpasang ditangan kanannya. “hmm, gue buka aja ah, gue udah sembuh kok” raffi dengan sikapnya yang sok tau membuka infus dari tangannya sendiri.
“gigiiiiiiiiiiii” teriak raffi yang menuruni tangga sambil memegang tangannya yang penuh dengan darah.
“kenapa sih teriak2” ucap gigi yang tidak menoleh kearah raffi, ia sibuk mengaduk bubur buatannya.
“gue pendarahan gi” teriak raffi dengan wajah paniknya. Gigi pun langsung menoleh kearah raffi.
“yah ampun raffi, siapa yang suruh loe buat buka infusan loe sih, bener2 elo” teriak gigi yang geram dengan kelakuan raffi. ia melihat disekelilingnya yang ia bisa gunakan untuk menutup luka bekas infus raffi, namun tidak ada sesuatu yang bersih yang bisa ia gunakan. Ia langsung memegang tangan raffi pada bekas tusukan infusnya, ia menekannya agar darahnya berhenti keluar.
“sini tangan loe” gigi menarik tangan raffi mengarahkan kewastafel untuk mencuci tangan mereka berdua yang penuh dengan darah raffi. setelah mulai bersih, namun darah raffi masih keluar, ia dengan cepat menarik tangan raffi.
“ia, itu ada tisu” gigi pun mengambil tisu dan menekan tangan raffi dengan tissu dalam beberapa detik. Gigi menatap geram kepada raffi, raffi yang melihat gigi marah, memalingkan pandangannya, melihat sekeliling rumah.
“mmm, gi, kayaknya ada yang hangus” ucap raffi.
“ya Allah bubur gue” ucap gigi yang mulai sadar kalau ia sedang memasak bubur.
“ini tekan dulu” ucap gigi yang menyuruh raffi menekan bekas infusnya, karena ia mau melihat keadaan buburnya yang sudah gosong. Suasana menjadi hening, gigi meletakkan bubur yang gosong diatas meja makan sambil memperhatikan raffi yang sedang memegang tangannya. Raffi tidak melihat kearah gigi, ia melihat kesekelilingnya, sesekali ia memberanikan diri menatap gigi, namun ia kembali mengalihkan pandangannya. Gigi masih mentap tajam kearah raffi.
“gue bener2 gak ngerrti sama loe. Semalam loe ganggu tidur gue. Sekarang, seharusnya gue masak bubur, jadi masak nasi gosong. elo emang bener2 gak mau denger kata2 gue yah. Bukannya gue suruh loe buat jangan turun dulu. Infusnya belum gue lepas, karena masih ada obat yang harus gue masukin lewat infus. Kalau kayak gini mau gak mau gue harus suntik loe” ucap gigi lagi yang kesal dengan perbuatan raffi.
“gue gak mau disuntik gi” ucap raffi memelas.
“jadi, ini semua kan salah loe” ucap gigi lagi.
“ini sepenuhnya bukan salah gue, kan elo yang gak mau msak buat gue. Akhirnya kayak gini” ucap raffi membela diri. “oh, begitu, siapa suruh loe makan nasi cuman kemarin pagi” ucap gigi lagi.
“kan elo yang gak masakin gue nasi waktu makan siang, yang loe urusin itu cuman si blue doang, gue udah loe gak urusin” ucap raffi lagi,
“gue masakin loe nasi waktu siang raffi, tapi loe gak pulang” ucap gigi lagi yang langsng berdiri mengambil bubur yang gosong tadi lalu membuangnya dan mencuci wajannya. Raffi pun diam, ia melihat kearah gigi.
“maafin gue” ucap raffi. gigi yang mendengar raffi meminta maaf menghentikan aktifitasnya.
“maaf, nanti, kalau gue pergi, gue bakal hubungin loe. Kalau gue makan diluar, gue bakal hubungin loe juga, biar gak masak buat gue.” Ucap raffi lagi. gigi hanya diam, ia kembali melanjutkan aktifitasnya. Raffi masih ditempatnya semula sambil melihat apa yang dilakukan gigi.
“ini makan, bubur yang semalam gue panasin. Ini ada ayamnya, jadi masih ada lemak dan proteinnya, minum teh manis hangat, biar enakan perutnya, setelah itu minum obat. Ini buat mualnya, ini buat lambung, ini buat nyehatin saluran pencernaan loe” Ucap gigi yang menata makanan di depan raffi. raffi hanya melihat gigi dengan wajah penuh rasa bersalah sambil memegang tisu ditangannya.
“ini dibuka aja. Darahnya udah gak ngalir lagi kan, hari ini loe gak usah kekantor dulu, gue udah telfon rosi tadi, buat bawain berkas bekerjaan loe kesini” ucap gigi panjang lebar, raffi hanya memperhatikan gigi.
“iya, gue juga gak ada pekerjaan, karena hari kamis gue mau kesingapore” jelas raffi.
“mau kesingapore! Berapa hari?” tanya gigi.
“2 hari, sabtu gue balik. Yah seneng loe ye, karena gak akan ada yang bakal ngerepotin loe lagi” ucap raffi.
“itu loe tau, jd gue gak usah repot2 buat masak. Thats wonderfull life” ucap gigi dengan memberikan senyuman lebarnya, raffi hanya memperlihatkan wajah kesalnya.
“gi,,”panggil raffi.
“apa” jawab gigi yang berbalik kearah raffi.
“loe udah balik lagi kan” tanya raffi lagi.
“maksud loe?” ucap gigi
“tau gak, loe lebih nyeremin kalau diam, aneh. Kalau loe udah marah2, berabrti loe udah kembali normal.” Ucap raffi kepada gigi.
“astaga, jadi menurut loe, gue itu perempuan yang suka marah2” tanya gigi yang sudah terlihat kesal.
“iya, gak papa, asal jangan diam kayak kemaren, nyeremin. Marah2 itu keahlian loe” jelas raffi lagi.
“yaaaa” teriak gigi, namun tiba2 bel berbunyi. Gigi mengeluarkan tinjunya.
“nah, itu Nagita yang gue kenal” ucap raffi lagi.
“makan cepet, kalau gak gue suntik loe” omel gigi yang berjalan kearah pintu melihat siapa tau yang datang. “iya, gue makan” ucap raffi.
“eh, rosi, silahkan masuk. Raffi lagi makan, habis makan aja yah, kamu ketemu dia. Silahkan duduk” ucap gigi mempersilahkan sekretaris raffi untuk masuk.
“siapa gi” tanya raffi.
“rosi. Udah gue suruh tunggu didepan. Habisin buburnya.” Ucap gigi, raffi pun menghabiskan buburnya.
“ini minum” ucap gigi sambil menyodorkan obat yang ia sudah sediakan diatas meja. Raffi meminum semua obat yang diberikan gigi, lalu beranjak kedepan untuk bertemu dengan rossi. Setelah merapikan dapur, gigi naik kekamarnya, mandi, dan berganti pakaian untuk kerumah sakit.
“mau kemana?” tanya raffi yang melihat gigi sudah rapi.
“mau kerumah sakit” ucap gigi yang tidak lupa memberi makan ikannya.
“aku makan siangnya gimana?” tanya raffi dengan wajah memelas.
“nanti aku balik lagi, ada beberapa urusan yang harus aku selesaikan” jelas gigi lagi.
“bener yah, balik lagi nanti siang” ucap raffi lagi dengan wajah cemasnya.
“ia” ucap gigi,
“jangan lupa lihat keadaan naura yah”ucap raffi lagi sebelum gigi berlalu dibalik pintu.
“hah, dia aja udah mau mati masih mikirin orang lain” omel gigi saat hendak manaiki mobilnya.
***
Dirumah sakit, gigi membereskan beberapa berkas yang harus diselesaikan dengan beberapa stafnya termasuk nanda didalamnya.  Sampai pukul 12 pun tiba, dan saatnya untuk makan siang.
“mau makan siang apa gi, aku suruh pesan sama anak2 yang lain” ucap nanda, gigi yang mendengar kata makan siang teringat oleh raffi.
“udah waktunya makan siang yah nan, yah ampun raffi.” ucap gigi yang terlihat cemas.
“kenapa dengan raffi?” tanya nanda.
“dia sakit semalam nan, jadi gue harus pulang buat ngusrus dia dulu. Kamu bisa kan nyelesaian semuanya, nanti kirim aja keemail aku untuk kesepakatannya, ok.” Ucap gigi yang beranjak pergi, namun sebelum ia keluar, ia teringat akan pesan raffi.
“oh iya nan, gimana keadaan naura?” tanya gigi, nanda mengeluarkan senyum tidak percaya denga sikap gigi. “kenapa sih ketawa” tanya gigi lagi.
“gak, kamu lucu banget soalnya. Dia sudah membaik, kalau besok pagi hasil labnya udah bagus, dia sudah boleh pulang besok.” Jelas nanda.
“oh, baguslah. aku kekamar naura dulu yah” ucap gigi yang berlalu meninggalkan nanda.
“hmm,” gumam nanda dengan senyumannya yang penuh arti. Gigi berjalan kearah ruang rawat naura. Ia melihat kedalam kamar, tidak ada siapa2, ia pun masuk menemui naura, namun ternyata naura sedang bicara dengan seseorang dibalik telponnya.
“loe baik2 aja kan?” tanya naura pada seseorang dibalik telponnya. Gigi pun hanya memberikan senyuman kepada naura, dan naura mengisyaratkan gigi untuk duduk, naura melanjutkan telponnya.
“ia, kata nanda kalau besok hasil labnya bagus, aku udah bisa keluar. Kamu gak usah kuatir. Kamu mikirin aja kesehatan kamu” ucap naura lagi.
“gigi. ia, dia ada disini” ucap naura lagi.
“em, suruh dia untuk cepat pulang, bilang sama gigi, aku sedang menunggunya” ucap raffi dibalik telponnya. “iya” ucap naura dengan nada tidak suka.
“ok, nanti aku telpon besok” ucap naura lalu mematikan HP nya.
“maaf gi, tadi raffi yang nelpon” ucap naura kepada gigi dengan nada bangganya. Gigi memberikan senyum hambarnya.
“oh yah, hmm, kamu udah mulai baikan kan. Baguslah kalau besok kamu udah boleh pulang.” Ucap gigi.
“iya, terima kasih gi. Terima kasih juga untuk yang kemarin” ucap naura lagi.
“ok, kalau gitu, aku pulang dulu. Cepat sembuh yah” ucap gigi yang memberikan senyumnya ke naura lalu beranjak pergi.
“gi,,,” panggil naura, gigi menghentikan langkahknya.
“kamu cinta gak sama raffi?” tanya naura, gigi terdiam, ia tetap membelakangi naura.
“huft,, gak gue, gak suka sama raffi” ucap gigi sambil menarik nafasnya.
“apa,,, aku bisa mempercayaimu?” tanya naura lagi. gigi hanya diam, ia bingung hendak berkata apa.
“entahlah, apa kamu bisa mempercayaiuku” ucap gigi menoleh kearah naura.
“aku percaya, kamu tidak akan jatuh cinta padanya” ucap naura dengan wajah yakinnya.
“kalau kamu percaya padaku, apakah kamu bisa percaya pada raffi? apakah dia tidak akan jatuh cinta padaku?” tanya gigi kepada naura. Naura terdiam memandang lekat kearah gigi.
“aku percaya padanya, lebih daripada aku mempercayai diriku. Apa kamu mau taruhan denganku?” tanya naura lagi, gigi melihat naura dengan tatapan tidak percayanya.
“hmm, mari kita lihat, siapa yang akan memenangkannya! Ingat, dia hidup bersamaku” ucap gigi dengan ekspresi dinginnya.
“tapi aku yang memiliki hatinya” ucap naura dengan tatapan sinisnya.
“kita lihat saja” ucap gigi masih dengan ekspresi dinginnya dan berlalu pergi meninggalkan naura.
Didalam mobil, gigi memikirkan semua perkataan naura.
“aku tidak akan jatuh cinta padanya, oh,,,bodoh, bodoh, bodoh, ngapain juga gue buat taruhan kayak gitu. Udah tau si raffi suka sama naura. Bodoh, bodoh, bodoh,,,,” ucap gigi yang membentur-benturkan kepalanya kestir mobilnya. “hah,, males banget gue pulang” ucap gigi, lalu menjalankan mobilnya, namun ia tidak pulang kerumahnya melainkan kerumah orang tuanya.
“loh, ngapain kamu disini gi” tanya mama rieta yang melihat gigi siang2 sudah ada dirumahnya.
“lagi males pulang, mbo yem mana?” tanya gigi pada mamanya.
“ada dibelakang. Kenapa, berantem kamu sama raffi?” tanya mama rieta lagi.
“kalau berantem mah setiap hari ma, gak kok, cuman lagi males aja” jelas gigi yang berlalu meninggalkan mamanya dan berjalan kearah dapur.
“mbo yem, buatin bubur yah, sama ayam goreng. Gak usah dikasih bumbu macem2.” Perintah gigi kepada mbo yem. Setelah mbo yem memasak, ia pun menyuruh mbo yem untuk membukus makanan itu dan menyuruh supir keluarganya untuk membawakan bubur tersebut untuk raffi dirumahnya.
“kamu kenapa sih gi, itu pakai suruh2 pak maman lagi. dia kan supir adik kamu, kalau dicariin caca gimana?” ucap mama rieta yang melihat aneh kearah gigi.
“gak papa ma, yang penting si raffi bisa makan” ucap gigi lagi.
“yah, kalau khawatir suami kamu makan apa nggak, kenapa gak kamu aja yang pulang masakin dia” ucap mamar ieta lagi.
“siapa juga yang khawatir, ih, males banget. Gak kok ma, lagi males aja pulang kerumah, udah ah, gigi mau tidur siang dulu. Cape semaleman gak tidur” ucap gigi lalu berlalu menggalkan ibunya.
“kenapa sih tu bocah, aneh banget” ucap mama rieta yang melihat aneh kelakuan anaknya.
gigi memasuki kamarnya, berbaring diranjangnya, menatap kosong kearah langit2 kamarnnya, sesekali ia menarik nafasnya. Ia bangun, dibukanya laci meja hiasnya, ia membuka foto dimana ada gambar dua anak kecil. Ia menatap foto itu dengan lekat.
“seandainya saja kak nisya masih ada disini” gumam gigi yang memeluk erat foto tersebut. Ia tertidur sambil memeluk foto tersebut.
***
 Dirumah, raffi memperhatikan kotak makanan yang dibawa oleh supir suruhan gigi tadi.
“apa coba maksudnya nih cewe, udah gue suruh cepet pulang, titip sama naura biar dia bisa cepet pulang, eh yang dateng cuman makanannya. Hadeuh. Telpon gak yah, hmmm” ucap raffi yang menatap kearah HPnya. Setelah makan makanan yang dikirim gigi, Ia terus berfikir sambil menatap HP nya, ia menonton TV, main game, melihat kelaur rumah, hari sudah sore, ia melihat kemabli kearah HP nya, “telpon gak yah, tellpon aja ah” ucap raffi yang memencet no nagita.
“hallo” jawab gigi dengan suara masih stengah sadar.
“eh, cepet pulang” teriak raffi dari seberang telpon, gigi langsung menjauhakan HP nya dari telinganya karena teriakan raffi.
“apaan sih loe teriak2” ucap gigi lagi.
“cepet pulang, udah mau malem nih.” Ucap raffi, gigi mulai sadar ia melihat jam ditangannya, pukul 05.16 sore.  “ia, bentar lagi gue pulang” ucap gigi.
“jangan pake bentar, pulang sekarang. Ini si blue, si blue kan belum loe kasih makan. Cepet pulang” omel raffi. “dasar, bisanya cuman ngomel mulu” gumam gigi pada HPnya. Ia melihat foto dirinya dan nisya yang dipegangnya, ia memperhatikan sejenak “gue bawa pulang aja” gumam gigi yang membawa foto tersebut bersamanya. “ma, gigi pulang yah” ucap gigi, yang salam kepada mamanya.
“eh, amasalah bulan madu gimana?” tanya mama rieta.
“gak usahlah ma, nanti aja. Aku sama raffi masih sibuk, nanti aja bulan madunya” ucap gigi.
“gimana kalian mau punya anak, kalau sibuk mulu, luangkanlah waktu buat bulan madu, mama sama mama amy sudah sediain tiket buat ke eropa, tinggal pilih aja, kalian mau kemana” ucap mama rieta lagi.
“iya nanti aja, gigi pulang yah ma, assalamualaikum” gigi pun berlalu pergi.
“itu anak, bener2, aneh banget sih” ucap mama rieta yang masih bingung dengan kelakuan anaknya.
Gigi mengendarai mobilnya, ia lupa kalau ia sedang memegang foto dirinya dan nisya, ia meleakkan tasnya di kursi sebelhanya beserta dengan foto dirinya dan nisya.
***
Gigi baru saja sampai dirumahnya, saat turun dari mobil ia mengangkat tasnya, dan foto dirinya dan nisya terjatuh dibawah kursi mobil. Raffi menunggu gigi dengan wajah ditekuk persegi.
“loe bilang tadi mau pulang cepet, malah singgah2,” omel raffi saat gigi memasukki rumah mereka.
“kangen ama mama” jawab gigi singkat lalu memberi makan si blue.
“si blue aja terus yang loe urusin” ucap raffi, gigi langsung memandang raffi.
“masa loe lebih urusin ikan daripada gue” ucap raffi lagi, gigi masih diam. Gigi pun memasakkan bubur untuk raffi. “sampai kapan gue makan bubur, bosen tau” omel raffi.
“besok udah makan nasi biasa. Tadi siang loe makan obat gak” tanya gigi
“makan dong, tuh lihat tuh obatnya, soalnya gue takut ada orang ngomel2” ucap raffi lagi.
“raffi” panggil gigi.
“hm” gumam raffi.
“loe akan bilang apa, kalau naura bilang cinta sama loe?” tanya gigi yang membuat raffi menghentikan makannya. Ia menatap lekat kearah gigi.
“kenapa tiba2 loe tanya kayak gitu” tanya raffi.
“emm, kan, e,,” gigi terbata2 mau menjawab pertanyaan raffi.
“ini, loe kan suka ama naura, terus, kita masih dalam status menikah, yah walaupun cuman diatas kertas, paling gak gue tau, kalau loe punya hubungan sama seseorang, biar, gue bisa ngelindungi loe” ucap gigi.
“ngapain loe mau ngelindungin gue. Emang loe bisa ngelindungin gue,,ahahah, ada2 aja loe”ucap raffi yang menggapi kata2 gigi dengan bercanda.
“bukan gitu, loe mah. Hah, susah emang ngomong sama loe. Terserah loe deh. Habisin makannya, jangan lupa minum obat.” Gigi berlalu meninggalkan raffi.
“kenapa sih tu anakk, aneh banget” gumam raffi.
***
Keeseokkan paginya, sebelum berangkat kekantor, raffi menyempatkan diri untuk menjemput naura dari rumah sakit. Gigi menjalani aktifitasnya di IGD seperti hari2 biasa.
“hayyyo, lihat gue apaan” ucap kia yang mengagetkan gigi dan nanda yang sedang membaca buku di taman belakang.
“loe beliin apa buat gue” tanya gigi pada kia.
“kali ini gak ada pilih kasih, gue beli roti sendwich buat kita bertiga.” Ucap kia yang membuka kantong bawaannya, tiba2 saat ia hendak memakan makanannya ada yang memanggil zaskia.
“dokter zas, pasien dokter yang di HCU lagi gawat dok” teriak salah seorang perawat.
“ya Allah, kenapa gak nunggu gue selesai sarapan dulu sih, ihh” ucap kia yang kesal, ia memasukan makanannya dan berlalu pergi meninggalkan gigi dan nanda.
“ahahah, dokter zaskia lucu banget sih” ucap nanda.
“yah,, loe suka sama zaskia yah” goda gigi kepada nanda
“ahahaha, gak lah, gue udah suka sama seseorang” ucap nanda.
“beneran, yah, padahal gue baru mau ngejodohin loe sama zaskia, hmm,, gagal deh.” Ucap gigi. nanda hanya mengeluarkan senyumnya.
“naura udah boleh pulang yah hari ini” tanya gigi kepada nanda.
“iya, dia sudah boleh pulang. Hasil labnya sudah bagus semua” jelas nanda.
“oh,,” gumam gigi. “yah udah yuk, gue mau ke IGD, menjalankan hari2 seperti biasa, semoga hari ini aman” ucap gigi dengan senyumannya. Mereka pun berjalan menuju IGD sambil sesekali membahas masalah penyakit beberapa pasien yang mereka tangani bersama, saat dipertengahan jalan raffi yang sedang mendorong naura dengan kursi roda bertemu dan saling berhadapan dengan nanda dan gigi yang sedang menuju kearah IGD. Raffi menghentikan dorongannya, gigi dan nanda pun berhenti didepan raffi dan naura. Nanda melihat kearah naura dan memalingkan pandangannya kearah raffi.
“sudah mau pulang” ucap nanda memecah keheningan saat itu.
“iya, terima kasih yah” ucap naura. Tidak ada kata yang keluar dari gigi dan raffi, mereka hanya sesekali saling melihat namun langsung membuang pandang.
“ok, jangan sakit lagi” ucap nanda kepada naura.
“ayo nan, kita pergi, bentar lagi telat. Sehat terus yah naura” ucap gigi dengan senyumannya lalu berlalu pergi, nanda masih diam menatap kearah raffi.
“nanda ayo” ajak gigi kepada nanda.
“iya gi, aku duluan yah” ucap nanda lalu berlari mengejar gigi, raffi berbalik melihat keakraban nanda dan gigi, raffi melihat mereka dengan mengerutkan keningnya.
“raffi” panggil naura, namun raffi masih memperhatikan gigi yang berjalan bersama nanda. Naura berbalik melihat raffi, mencari tau kearah pandangan raffi.
“rafffi” panggil naura lagi.
“ah, iya, ayo kita pulang” ucap raffi yang mendorong kursi roda naura dengan wajah yang terlihat khawatir.didalam mobil raffi dan naura duduk dikursi belakang, supir naura yang membawa mobi saat itu.
“fi, kamu udah ada jawabannya blom” tanya naura kepada raffi.
“hm, oh, itu, kamu tau kan, aku udah nikah ama gigi. bingung” ucap raffi yang menggaruk kepalanya yg tidak gatal, naura memandang lekat kerah raffi.
“katakan satu hal yang akan membuatku yakin, apakah kamu masih mencintaiku, seperti yang kamu katakan ditepi danau waktu itu” raffi terdiam dengan perkataan naura.
“iya, aku masih mencintaimu. Bisakah kamu bersabar setelah dua tahun?” ucap raffi.
“kenapa setelah dua tahun” tanya naura.
“kesepakatan antara aku dan gigi, akan berakhir setelah dua tahun. Ini rahasia antara kami berdua, sekarng, kamu mengetahuinya” jelas raffi.
“benarkah, hanya dua tahun, itu tidak lama. Aku akan menunggumu fi. Tapi janjilah padaku satu hal” ucap naura lagi, raffi menatap naura dengan tatapan penuh tanya.
“apa?” tanya raffi.
“untuk tidak jatuh cinta padanya” ucap naura lagi, raffi terdiam, ia berfikir.
“raffi” panggil naura lagi.
“hmm, iya, aku janji” ucap raffi, naura begitu senang, ia langsung memeluk raffi. raffi nampak berfikir sesuatu, iapun tidak membalas pelukan dari naura, ia hanya menatap keluar jendela mobilnya. Stelah mengantar naura pulang raffi menuju kekantornya, sesampainya diruangannya raffi merenung, ia memikirkan semua perkataan naura, sesekali ia manrik nafasnya.
“bukannya ini yang gue harapin dari dulu, kenapa rasanya berbeda. Raffiii, loe kenapa sih, naura udah ngebales cinta loe,,hah., inikan yg loe harapin dari dulu, huft” raffi mengacak2 rambutnya dan menyapu mukanya dengan kasar. Di NS hospial, nanda membawakan makan siang untuk gigi.
“mau makan ditaman” ucap nanda yang menujukkan kotak makanannya kepada gigi. gigi pun mengeluarkan senyumnya.
“udah jam 3, kamu pasti blom makan siang, dan kamu gak suka makanan yang disiapin rs kan?” ucap nanda sambil membuka kotak makanan untuk gigi.
“tau aja, iya, gak sempet makan, kamu tau sendiri kan kalau IGD lag rame kayak gimana, hm” ucap gigi yang muai memakan makanannya.
“gi” panggil nanda.
“hm” jawab gigi.
“loe tau kan, raffi suka sama naura?” tanya nanda. Gigi jadi kaget, darimana nanda mengetahui itu.
“oh, gak kok, raffi cuman menganggap naura sebagai kakaknya” jelas gigi berbohong.
“jangan bohong gi. Aku sudah tau dari dulu raffi menyukai naura.” Jelas nanda, gigi pun menghentikan makannya dan menatap nanda.
“waktu aku pacaran sama naura, dan pada saat aku menduakan naura, raffillah yang menghajarku habis2an. Aku masih ingat kata2nya, jangan ganggu wanitaku!” jelas nanda lagi. gigi hanya diam.
“dan aku yakin kamu pasti tau itu” gigi masih tetap diam.
“gi” paggil nanda lagi, gigi hanya menatap nanda dengan tatapan dinginnya.
“jika tidak ada cinta dalam pernikahan kalian,,, bolehkah kamu mencoba menerimaku yang mencintaimu?” ucap nanda yang membuat gigi kaget, nanda menatap gigi dengan penuh harap berharap sebuah jawaban yang akan memberikannya ruang.

To be continue, jangan lupa like dan commentnya. Keep smileeee...


4 komentar:

  1. suka bgt cerbung ini, jgn lama-lama please nextnya... besok dong post nextnya.. :)

    BalasHapus
  2. Duhh cpt2 dong raffi sadar perasaannya ke gigi. Trus maunya buat raffi cemburu berat sama nanda kak hahhaa saran ajaaa.
    Lanjut skrg dong kak.
    Sangat ditungguuuuuuuuu

    BalasHapus