Senin, 29 Februari 2016

My Imagination "Dalam Diam Kau Curi Hati Ku" Part 20

Ost part ini Dayana Amerda-Cinta Dalam Diam (Ost Gigi), D’Masiv - Lukaku (Ost Gigi), Ari Lasso – Seandainya (Ost Raffi).

“Dalam Diam Kau Curi Hati Ku”

Part 20

***
“apakah banyak bukti foto dari liburan mereka di Vila?” tanya seseorang dibalik kursi besarnya.
“kami hanya merekam beberapa kejadian bos?” ucap seorang pria mirip preman sambil memperlihatkan beberapa rekaman kepada pria tersebut.
“ho..ho..jadi begitu yah, hmm. Cukup menghibur. Kita lihat, akan menjadi seperti apa nanti hubungan mereka. Sepertinya, semakin seru,,,hahahaha” pria itu tertawa puas dibalik kursinya.

***
“kamu tau apa yang sedang terjadi padamu?”
“entahlah. Perasaan apapun ini, aku berharap segera hilang dari hatiku.”
“kamu sedang merasakannya sekarang. Sebuah rasa yang begitu indah yang diciptakan Allah untuk dirasakan. CINTA. Kamu sedang jatuh cinta gi” ucap kia dengan senyuman kecilnya. Gigi terdiam, ia memndang kearah langit.
“jika ini CINTA, mengapa sesakit ini?” ucap gigi sambil memandang bulan dimalam itu. disisi lain raffi dari balkon kamarnya juga sedang memandang bulan dimalam itu dengan wajah yang sendu. Mencari jawaban akan rasa yang disebut CINTA. Ia menghela nafasnya dengan dalam. Raffi berdiri dibalkon kamarnya, melihat kehalaman rumah, berharap akan ada mobil yang memasuki halaman rumahnya, namun sampai malam semakin memekat, rumah raffi masih saja sepi. Ia masuk kekamar dan merebahkan dirinya dengan kasar diatas ranjangnya.
“kenapa dia marah. Emang aku salah apa? Hahhhhh” ucap raffi sambil mengacak2 rambutnya.
***
Naura memandang Hp nya, ragu untuk menekan nomor yang tertera dilayar HP tersebut, “Raffi”, ia nampak berfikir, lalu dengan meyakinkan hatinya ia mulai menekan no tersebut. Beberapa detik ia menunggu,
“hallo” ucap naura
“ia ra” jawab raffi dari seberang telepon.
“em,,,kamu udah makan?”
“sudah, ra, aku ngantuk, besok aja kita lanjutinnya yah” jawab raffi dan langsung mematikan HP nya. Naura hanya terpaku, air matanya jatuh membasahi pipinya. Raffi memandang layar HP nya.
“maafkan aku naura...maaf...!” ucap raffi.
“Malam yang begitu panjang, terasa begitu sepi. Hayalan dan mimpi bertemu menjadi satu, dalam sebuah harapan yang mungkin mampu membentuk secerca cahaya dikeesokan hari yang masih menjadi misteri. hari kemarin telah terlalui dengan banyak cerita yang masih menyimpan seribu tanya untuk hari ini. Biarkan hari esok yang akan menjawabnya.”
Sebait tulisan yang dituangkan gigi dibelakang buku yang sering ia baca “My Heart”, ia menutup bukunya, menatap zaskia yang tertidur lelap disampingnya. Ia pun berusaha merebahkan dirinya, mengistrahatkan tubuh dan pikirannya. Begitulah malam itu terlalui.
***
Nampak raffi melihat isi kulkas di pagi itu.
“dia belum pulang juga. Emang zaskia itu suaminya. Gue suaminya! huft”ucap raffi dengan kesal sambil membanting pintu kulkas. Ia mengambil HP nya, hendak menelpon gigi, setelah berfikir beberapa menit, ia kembali mengurungkan niatnya. Ia pun kembali naik keatas. Rambut raffi terlihat acak2an dengan tangan yang masih diperban dan menggunakan arm sling, ia berusaha membuka bajunya, namun ia terlihat kesulitan, sesekali ia memegang tangannya karena kesakitan.
“aaahhh, susah banget sih. Aku kan harus kekantor. Haduh,,,” kesal raffi yang seakan tidak bisa mengurus dirinya sendiri. Ia terdiam seperti sedang memikirkan sesuatu dan mempuanyai ide. Raffi tersenyum.
Sebuah taxi berhenti didepan rumah raffi dan gigi, raffi segera keluar dan menaiki taxi tersebut. Setelah menyebutkan alamat tujuannya, taxi itu pun melaju meninggalkan halaman rumah raffi dan gigi. beberapa waktu berselang raffi telah sampai ditempat tujuannya. “ting, tong” bunyi bel rumah didatangi oleh raffi. tidak lama terdengar suara dari dalam rumah dan membuka pintu.
“hei bro,,ngapain loe pagi2 kesini” ucap billy yang kaget dengan kedatangan raffi. tanpa menunggu dipersilahkan raffi langsung masuk ke rumah billy.
“gue laper. Kasih gue makan!”
“hah, loe aneh2 aja. Bos besar kayak loe, ngapain minta makan dirumah gue. Lagian, loe kan punya istri yang ngurusin loe. Lah gue” curcol billy.
“susah banget sih loe. Cepet ambilin gue makan. Gue lapar billy, setelah itu loe keramasin gue, dari kemarin gue blom keramas.”
“loe bener2, udah minta makan, minta dikeramasin pula. Loe pikir rumah gue restoran sekaligus salon. Sana pergi kesalon kalau mau dikeramasin” omel billy sambil menyipkan sarapan untuk raffi.
“cerewet banget sih loe, sini cepet makanannya” omel raffi. tiba-tiba kembali terdengar suara bel.
“siapa lagi sih yang datang pagi-pagi kayak gini” omel billy sambil berjalan kearah pintu.
“Assalamulaikum billy” ucap deni saat melihat billy membuka pintu dengan wajah cemberut.
“kenapa muka loe kayak gitu? Ayo kita pergi sekarang!” tmbah irwan sambil menarik tangan billy.
“kita mau kemana? Tapi didalam...” belum juga blly menyelesaikan kata2nya irwan dan deni terus menarik tangan billy dan memasukan billy kedalam mobil tanpa mau mendengarkan perkataan billy.
“udah loe ikut aja! Nanti kita jelasin. Ayo wan kita pergi!” ucap deni.
“tapi,,,” ucap billy yang kesal karena tidak didengarkan.
“udah, kalau loe ada urusan dicancel dulu” tambah irwan.
“tapi dirumah itu ada,,,”billy terus ingin menjelaskan namun irwan dan deni tidak memperdulikan perkataan billy. Billy nampak kesal.
“Loe udah telpon raffi den?” tnya irwan kepada deni.
“udah, tapi seperti biasa. Gak diangkat” jawab deni. Sementara raffi yang masih asyik dengan makanannya merasa aneh, karena billy belum juga kembali dari depan.
“si billy, buka pintu lama banget! Billyyyyyy” teriak raffi, namun tidak ada jawaban dari bilyy.
“apa dia diculik! Tapi gak mungkin, siapa juga yang mau nyulik tuh anak. Billy” teriak raffi sekali lagi. billy yang duduk dikursi belakang hanya tersenyum kesal sambil menggeleng2kan kepalanya.
“kenapa loe bil? Panas loe?” ucap deni yang melihat billy tersenyum sendiri, sambil memegang kepala billy.
“jadi kita mau kerumah raffi?” tanya billy dengan nada kesalnya.
“iya, pokoknya, nanti kita jelasin ke elo” jelas deni.
“hadeuhhhh, kalian jelasin sekarang, terus kita balik kerumah gue” ucap billy.
“ngapain kita balik kerumah loe, jelasinnya entar aja” ucap deni lagi.
“kita harus balik kerumah gue, karena si raffi gak mungkin ada dirumahnya sekarang!” jelas billy, deni menatap billy dengan heran.
“maksud loe? Siraffi habis hubungin loe?” tanya deni
“iya, dia habis hubungin loe bil?” tambah irwan.
“bukan, aku tidak dihubungi oleh raffi. tapi tadi pagi raffi datang kerumahku, meminta makan dan dikeramasin sampai kalian datang dan menarik tanganku tanpa mau mendengarkanku” jelas billy dengan emosi yang memuncak, sontak irwan langsung menghentikan mobilnya.
“apaaaa, si raffi ada dirumah loe” teriak deni kepada billy.
“kenapa loe gak bilang dari tadi billlyyyyy, gue telen juga loe!” ucap irwan sambil memutar balik mobilnya.
“kalau udah kayak gini, gue lagi yang salah. Bukannya kalian yang gak mau dengerin penjelasan gue. Main narik2 aja. Emang gue barang ditarik-tarik. Udah kalian gak usah masuk kerumah gue, duduk diluar.” Omel billy.
“ya Allah bil, gitu aja marah. Udah lah bro, ok, kita damai. Kalau nggak, kita gak bakal cerita apa yang akan kita lakukan pada raffi” bujuk deni, irwan hanya tersenyum melihat tingkah billy yang kadang masih kekanak-kanakan.
“yah sudah, cepet bilang. Ada apa sebenarnya” ucap billy dengan wajah songongnya.
“jadi gini bil, siraffi semalem itu, nyariin gigi, sampai nelponin gue beberapa kali, nanyain no nya zaskia. Gue habis ngubungin kia, ternyata gigi sedang ada sama kia. Jadi kayaknya mereka berantem lagi karena masalah divila waktu itu” jelas irwan.
“emang di villa ada masalah apa sih?” tanya billy lagi.
“kita juga gak tau pastinya. Yang jelas, kejadian di vila, yang entah apa itu, telah berhasil mengubah sikap raffi sama gigi.” tambah deni.
“sikap yang gimna tu?” tanya billy lagi.
“sikap sok jual mahal si raffi, yang katanya gak suka sama gigi” tambah deni.
“bukannya, mereka memang musuh bebuyutan dari zaman kuliah!” ucap billy lagi.
“iya sih. Tapi, coba loe pikir bil, setiap hari ketemu sama orang yang sama, berantem, ketawa, makan, sebelum tidur dan pas bangun tidur ketemu sama orang yang sama. Menurut loe, apa hal tersebut tidak akan menumbuhkan sesuatu yang namanya CINTA?” tanya deni
“iya juga sih. Jadi, maksud kita mau kerumah siraffi apa?”
“hadeuh, billy, billy, loe agak peka sedikit dong. Si raffi kan habis kecelakaan. Dia belum bisa gunain tangannya...siapa yang mau bantuin dia kalau bukan kita?” tanya deni dengan sedikit emosi kepada billy
“terus apa hubungannyadengan perasaan raffi ke gigi?”
“billyyyyy, astaghfirullah. Sekalian billy. Siapa tau pas kita cuci ramburnya, otaknya juga ikut kecuci jadi dia bisa sadar. Ngerti ora?” omel irwan
“oh, jadi maksud kalian, mau melakukan pekerjaan memandikan sekaligus mencuci otak raffi, gitu?”
“udah deh bil, cape gue ngomong sama loe, udah loe diam aja” ucap deni, billy hanya memanyunkan bibirnya. Sesampainya dirumah billy, raffi duduk diteras, sambil memperhatikan teman-temannya  yang turun dari mobil dengan wajah herannya.
“bil, loe habis jemput deni sama irwan?” tanya raffi dengan wajah bingung.
“udah, gue malas ngejelasinnya” ucap billy lalu berlalu masuk kedalam rumah.
“fi, loe gak kekantor kan? Kan loe masih sakit?” tanya deni.
“ini, tadi gue datang kesini, biar dibantuin, paling gak dibantui keramas, biar gue bisa kekeantor. Tapi si billy tiba2 ilang. Gak ikhlas kayaknya dia kasih makan gue.” Omel raffi.
“udah, udah. Sini kita bantuin” ucap irwan sambil mendorong tubuh raffi.
“keramasin aja yah”
“sekalian mandi fi” goda deni.
“ogah, apaan, keramasin aja.” Ucap raffi. dikamar mandi billy deni dan irwan membantu raffi mencuci rambutnya.
“em, fi, jadi gigi belum balik juga?” tanya billy tiba2. Irwan dan deni langsung memelototkan matanya kearah billy, namun billy tidak menghiraukannya. Raffi masih saja diam.
“kan, lebih enak kali dikeramasin sama gigi, dibanding sama dua bandit itu” tambah billy lagi. irwan yang menuangkan sampo kekepala raffi mengomeli billy tanpa suara, tanpa sadar sampo yang dituang kekepala raffi kebanyakan hingga mengalir mengenai matanya.
“aw, wan, apa2an sih loe. Perih tau,,,air,,,air” teriak raffi panik karena matanya.
“maaf, maaf,,” ucap irwan sambil menyiram kepala raffi.
“udah, udah. Kalian gak usah ngeramasin gue. Haduhhhh...”ucap raffi sambil membilas matanya, irwan deni dan billy hanya tertawa. Setelah membantu raffi keramas dan memakai kemejanya, irwan mulai membuka pembicaraan.
“loe gak mau menjemput gigi fi?” tanya irwan pelan.
“emang dia gak punya kaki buat pulang sendiri. Lagian, tangan gue lagi sakit, gak bisa nyetir mobil, gak bisa bawa motor” jawab raffi sambil berusaha menyibukkan dirinya.
“tapi, loe kan punya sopir di kantor. Suruh dianter aja” ucap irwan, Raffi masih saja diam.
“gue gak tau apartemennya” jawab raffi datar.
“nanti gue tanyain kia dimana alamatnya. Dan, sepertinya, hari ini dia kerumah sakit. Jemput aja dia dirumah sakit!” ucap irwan.
“kalau dia mau pulang, pulang sendiri. Dia pergi sendiri, dia juga harus pulang sendiri” jawab raffi lagi.
“hadeuh, keras kepala. Susah ngomong sama orang yang keras kepala” ucap deni sambil berlalu meuju ruang tamu, hingga hanya ada irwan dan raffi diruang TV.
“kamu yakin fi?” tanya irwan serius.
“yakin apa?”
“tidak perduli. Kamu benar2 tidak akan perduli?”
“yah, terserah dia, dia mau pergi ataupun pulang, terserah dia” ucap raffi menahan emosinya.
“jangan emosi kayak gitu. Semakin kamu mengingkari, semakin jelas terlihat fi!” ucap irwan.
“maksud loe?”
“loe suka kan sama gigi?” ucap irwan. raffi spontan melihat kearah irwan.
“suka.. suka apanya. Gue kan punya pacar, gak mungkin gue suka sama dia” ucap raffi dengan nada yang sedikit gugup.
“raffi, raffi. sekarang gue mau tanya sama loe. Apa yang loe rasain saat gigi gak ada dirumah?”
“biasa aja” jawab raffi sembari memainkan HP nya.
“kalau biasa aja, kenapa semalem loe kayak orang panik gitu nelponin gue?”
“yah,,itu,,,kalau ada apa2 sama dia,,,entar gue yang dapet masalah sama papanya, bisa mati gue” ucap raffi terbata2.
“oh,,,terus, kenapa loe begitu panik, saat gigi kecelakaan dimalam itu? Padahal loe juga terluka?” tanya irwan mulai serius. Raffi terdiam, berusaha mencari jawaban dari pertanyaan irwan.
“gak bisa jawab!” ucap irwan sambil memandang raffi dengan lekat.
“bukan begitu....itu,,em..” raffi masih bingung harus menjawab apa.
“biar gue bantu jawab” ucap irwan, raffi memandang irwan dengan bingung.
“loe cinta sama gigi” raffi masih memandang irwan dengan wajah yang bingung.
“ahaa, sok tau loe” ucap raffi menyembunyikan kegugupannya.
“raffi,,raffi. loe kesepian kan kalau gak ada gigi?”
“apaan, kesepian dari mana,,ah, loe, berlebihan wan”
“loe nungguin dia kalau dia belum sampai rumah”
“hah, loe udah jadi pakar cinta?”
“jantung loe berdebar saat loe menyentuh atau disentuh dia kan!” raffi terdiam memandang irwan.
“dan loe suka sentuhan itu! Loe yang awalnya biasa saja, sekarang ingin melindunginya. Dia milikmu, dan tidak ada orang lain yang boleh memilikinya. Loe suaminya, jadi dia harus bersama loe. Apa loe sudah ngerasa seperti itu? Jika iya, loe sudah merasakan ingin memiliki dia seutuhnya. Perasaan memiliki dan dimiliki adalah salah satu bentuk pengungkapan dari cinta. Apa ada yang salah dari ucapan gue?”
“ahahahaha, kalau jantung berdebar, itu,,karena gue sakit jantung. Gue suka nungguin dia,,,karenaaa,,,karena hanya dia yang masakin gue. Dia kan belum bercerai sama gue, jadi,,,dia....tetap harus mematuhi aturannya. Dan, gue udah pacaran sama naura. Cinta yang loe gambarin itu, tidak seperti itu, loe salah” ucap raffi terbata2.
“raffi,,,raffi,,jadi loe gak ngerasain hal tersebut ke naura. Berarti selama ini loe gak cinta dong sama nuara. Pikirkan raffi. ada sedikit perbedaan antara cinta dan simpati. cinta dan benci itu bedanya tipis, sekulit bawang. Loe pikir loe cinta sama naura, itu bisa berarti tidak. Loe pikir loe benci sama gigi, itu bisa berarti cinta. Pikirkan baik2, siapa sebenarnya yang kamu cintai, jangan terus mengingkari. Entar, loe bakal menyesal. Menyatukan kaca yang sudah terlanjur pecah itu lebih sulit dibanding membersihkan dan merawatnya setiap hari, ok” Ucap irwan sambil berjalan menjauhi raffi. raffi terdiam, ia memikirkan semua yang dikatakan irwan.
***
 “jadi sekarang gimna?” tanya kia kepada gigi yang sedang menyiapkan sarapan untuk mereka berdua,
“apanya yang gimna?”
“loe sama nanda? terus raffi gimna?” gigi terdiam, hanya menarik nafasnya dengan panjang, dan kembali melanjutkan aktifitasnya.
“setelah ini, kita siap2 buat kerumah sakit. Ada beberapa masalah yang harus aku selesaikan” ucap gigi. kia meminum susunya tanpa mengucapkan sepatah katapun. Tiba-tiba Hp zaskia berbunyi. Gigi melihat kearah zaskia.
“oh, telpon dari irwan kok. Paling nanyain kabar doang” ucap kia menjawab tatapan mata gigi, sambil permisi untuk mengangkat telpon diruang tamu.
“iya yang. Jd raffi gimna?” tanya kia.
“yah begitulah yang. Masih keras kepala. Kalian mau kerumah sakit hari ini?” jawab irwan dari balik telpon.
“iya, ini habis sarapan kita mau kerumah sakit. Hm,,jd gimana caranya, biar mereka bisa saling menunjukkan perasaan?” tanya kia.
“sudahlah, kita jangan terlalu ikut campur. Mereka sudah cukup dewasa untuk menentukan sikap. Bukan anak kecil lagi. yah, udah, nanti sore aku jemput yah”
“baiklah. Iya, nanti aku kabari yah yang. Dah, waalaikumsalam” ucap kia lalu mematikan telponnya.
“huft,,,ngurus satu pasangan dewasa lebih susah dari ngurus anak bayi” gerutu zaskia.
“hm,,kamu mau punya bayi? nikah dulu” cerocos gigi yang mendengar ujung dari perkataan zaskia.
“hah,,,ahahaha,,iya, tau gue. Ayo kita siap2 kerumah sakit!” ajak kia untuk mengalihkan perhatian gigi.
***
“jadi loe mau bener2 ke kantor fi?” tanya deni.
“iya, dah....smpai ketemu nanti malam yah bil, gue mau makan dirumah loe lagi” ucap raffi sambil menaiki taxi didepannya. Deni, billy dan irwan hanya melihat raffi.
“dasar keras kepala.” Gumam deni
“kalau dia gak keras kepala, gue gak harus nyiapin makanan buat dia kan?” gumam billy, irwan hanya menarik nafasnya dengan dalam.
“ayo kita taruhan!” ajak irwan.
“taruhan apaan?” tanya billy
“iya, apaan lgi loe pakai taruh-taruhan” ucap deni.
“gue taruhan, kalau raffi bakal kerumah sakit nanti buat ngeliat gigi” ucap irwan. deni dan billy menatap irwan dengan penuh tanya.
“maksud loe, si raffi bakal ke rumah sakit buat jemput si gigi dan ngajakin pulang? Gitu?” tanya deni lagi.
“gue gak bilang ngejemput, tapi gue bilang si raffi bakal kerumah sakit untuk ngelihat gigi, mau taruhan?”
“kalau ngelihat tabiat si raffi kayak gitu, gue gak yakin dia bakal kerumah sakit” ucap deni.
“gue sepakat sama deni, dia gak bakal kerumah sakit. Ayo kita taruhan, tapi taruhannya apa dulu ni?” ucap billy.
“hmmm, gimana kalau yang kalah harus ngabulin tiga permintaan si pemenang” ucap irwan.
“boleh minta apa aja gitu!” tanya deni,
“iya, bagaimana, deal?”
“ok, deal” ucap billy
“deal” deni pun ikut menambahkan.
***
Gigi dan zaskia sudah melakukan aktifitas mereka dirumah sakit. Gigi mengurus beberapa berkas yang menumpuk diruangannya. Hari sudah sore, namun gigi masih berkutat dengan kertas dan laptopnya.
“tok,tok” bunyi ketukan pintu, tanpa menunggu izin, zaskia langsung masuk keruangan gigi.
“hei bu bos. Gak makan bu bos?” tanya zaskia sambil mendekati gigi yang masih sibuk dengan laptopnya.
“bu bos, hei” zaskia menutup laptop gigi.
“kia, gue masih ngerjain ini. besok harus selai ki” gerutu gigi.
“tapi loe harus makan gi. Kalau loe sakit, loe gak bakal ikut rapat besok. Jadi dengerin gue. Mending sekarang kita keluar nyari makan dulu” kia kembali menutup laptop gigi dan menarik tangan gigi untuk keluar dari kantornya.
“tapi ki”
“udah, jangan menghukum diri seperti itu” ia terus menarik tangan gigi.
“maksud loe?”
“ah, udah, jangan dipikirin kata2 gue. Ayo cepet” kia terus menarik tangan gigi sampai tanpa disengaja, mereka menabrak seseorang.
“ih, kia, ini gara2 loe nih” gerutu gigi yang terduduk dilantai, lalu seorang pria mengulurkan tangannya untuk membantu gigi berdiri. Gigi menengadahkan kepalanya, dan dilihatnya nanda masih dengan senyum yang sama. Gigi terdiam, nanda masih mengulurkan tangannya, gigi nampak ragu, lalu tanpa permisi nanda menarik tangan gigi dan membantunya berdiri.
“kamu gak kenapa2 kan?” tanya nanda kepada gigi.
“oh, iya, aku baik2 saja kok nan. Jgan khawatir” gigi menjawabnya dengan senyuman hambarnya.
“hello,,,gue juga kali nan, kenapa gak ditanya? Tapi yah udahlah.” Kia protes, nanda hanya tersenyum, tapi gigi masih dengan wajah dinginnya.
“kalian mau kemana?” tanya nanda,
“mau nyari makan, soalnya si bu bos, ampe lupa makan.” Jelas kia.
“ini aku bawain makanan” ucap nanda menunjukan bawaannya.
“eh, aku udah janji sama kia mau makan diluar, jadi..”
“gak papa kok gi, emmm, yah udah, kalian makan aja. Nanda, jangan lupa buat mastiin makanannya dihabisin yah. Ok. Kalau gitu gue nyari partner lain dulu. Bye” ucap kia lalu berlalu pergi.
“ki...” panggil gigi, namun kia berlalu pergi.
“maafin gue gi. Tapi gue berharap loe bisa menyelesaikannya. Gue percaya sama loe” gumam kia lalu berlalu meninggalkan nanda dan gigi.
“em,,jadi kita mau makan dimana!” ucap nanda. kecanggungan tiba2 dirasakan keduanya, begitu pula dengan gigi. beberapa mata memandang kearah gigi dan nanda sambil berbisik.
“sepertinya semua orang sedang melihat kita.” Ucap nanda.
“yah udah, makan ditaman seperti biasa aja. Gimna?” ajak nanda
“hmmm,,,ok” semua mata menatap gigi dan nanda, gigi pun nampak risih.
***
Raffi dikantornya hanya berbaring disofa ruangannya, sesekali ia bangun melihat beberapa berkas, lalu kembali berbaring disofa. Rosi sekretarisnya, bingung melihat tingkah bosnya itu. Kadang raffi keluar memanggil sekretarisnya itu.
“rosi,,,sini sebentar” panggil raffi melalui telepon.
“iya pak, ada apa pak”
“emmm,,, ini berkas ini, untuk proyek di surabaya, kenapa diberikan sama pak roni?” marah raffi.
“bukannya itu atas permintaan bapak?” ucap rossi.
“apa, siapa bilang. Saya tidak pernah menunjuk pak roni. Suruh pak dedi saja yang mengurusnya!” ucap raffi lagi.
“tapi pak..”
“apa lagi?”
“em, pak roni sama pak dedi, itu kan orang yang sama pak. Namanya Dedi Roniansyah, suka dipanggil pak dedi, dan kadang dipanggil pak roni pak.” Jelas rosi.
“masa sih. Kalau begitu, suruh dia dipanggil dedi, jangan roni. Sana keluar” ucap raffi yang sedikit merasa malu. Rosi pun keluar dengan wajah bingungnya.
“pak raffi kenapa yah hari ini. Beliau kan cuti sampai besok, kok hari ini masuk. Tadi minta kopi, biasanya minum teh. Pak dedi, pak roni, kan pak raffi doang yang suka manggil pak dedi itu pak roni. Haduh, hah, bingung” gerutu rossi sambil menuju kemejanya, belum juga ia sampai kemejanya, raffi kembali memanggil.
“rossiiii, keruangan saya sekarang” panggil raffi.
“iya pak. Haduh kenapa lagi” gerutu rossi lagi.
“eh, ada apa pak, ada yang salah sama berkasnya” tanya rossi.
“em, bukan, saya mau tanya sesuatu. Bolehkan saya bertanya?”
“oh, tentu boleh pak, tanyakan apa saja pak. Kalau saya bisa menjawab, akan saya jawab.” Ucap rossi.
“emm, kamu sudah menikah kan?”
“iya, saya juga sudah punya anak satu pak”
“em,,kamu mencintai istrimu?”
“tentu saja pak, sangat mencintai. Walaupun kadang2 dia suka marah2 dan sangat cerewet tapi saya sangat mencintainya” jawab rossi dengan penuh senyuman, sedangkan raffi bertanya dengan wajah yang sangat serius.
“emm, kalau istrimu marah, atau,,,emm, yah, kalau tidak ingin bicara denganmu, apa yang biasanya kamu lakukan?” tanya raffi lagi.
“oh, saya mulai mengerti sekarang. Bapak sedang marahan dengan istri bapak yah? Ahaha” rossi langsung mengeluarkan tawanya.
“yahhhh, siapa yang suruh kamu ketawa. Siapa yang bilang saya bertengakar dengan gigi. kami memang suka bertengkar, tapi kali ini, dia pergi tanpa kami bertengkar sebelumnya, jadi,,,kenapa gue jadi cerita sama loe” raffi meninggikan suaranya sambil berdiri, sedangkan rossi, bingung, melihat tingkah bosnya itu. Dengan mengeluarkan senyum kecil rosi mulai menjawab pertanyaan raffi.
“oh, jadi seperti itu ceritanya bos. Kalau masalah marah, beuh, istri saya suka menghancurkan barang kalau marah bos. Dan kalau dia sedang marah, yah, seperti biasa, saya suka membelikan dia bunga, dan mengajaknya makan malam. Itu dapat membuatnya tersenyum” cerita rossi, raffi mendengarkan cerita rossi dengan seksama.
“em, gigi tidak suka bunga, dan, em, kalau makan malam aku tidak tau” ucap rraffi,
“suami macam apa yang tidak tau istrinya” gumam rossi dengan pelan.
“kamu ngomong apa barusan?” tanya raffi
“bukan apa2 kok bos. Wanita itu selalu suka bunga walaupun dia bilang tidak suka bunga. Seorang wanita gampang diluluhkan bos, perlihatkan kesungguhan bos, keseriusan bos, walaupun bos tidak merasa melakukan suatu kesalahan. Berkata lembutlah bos, itu selalu manjur. Cari tau, kenapa dia bisa marah. Mengalah, dan komunikasi itu cara yang paling baik untuk mencairkan suasana.” Jelas rossi.
“ohh,,emmm” gumam raffi yang mendengar penjelasan rossi.
“jadi menurut kamu aku harus mengalah, gitu?” tanya raffi lagi.
“iya bos, itu sudah takdir kita bos, sebagai laki2...hehe” ucap rossi, raffi nampak berfikir.
“dan ada satu cara lagi yang paling ampuh bos?” ucap rossi, sambil mendekatkan wajahnya keraffi dan membisikkan sesuatu, raffi pun dengan ekspresi serius mendengar perkataan sekretarisnya itu.
“apaaaaaaa” teriak raffi yang mendengar perkataan rossi.
“itu yang paling ampuh bos, bener dah” ucap rossi meyakinkan.
“sana, sana, keluar. Ide loe aneh2 aja. Sana, sana keluar” ucap raffi dengan wajah yang memerah. Rossi hanya tersenyum geli.
“bener nih bos, gak ada pertanyaan lagi”
“iya, sana keluar.”
“baiklah bos. Kalau butuh sesuatu jangan lupa hubungi ROSSI yah bos. Saya keluar dulu bos” rossi pun beranjak hendak meninggalkan raffi.
“em, satu pertanyaan lagi. bisakah kau menggambarkan sedikit perasaan cintamu keistrimu?” tanya raffi.
Rossi sedikit berfikir.
“tidak dapat saya jelaskan pak. Cinta adalah sebuah keikhlasan. Menerima dan memberi. Rasa memiliki dan dimiliki. Membutuhkan dan dibutuhkan. Saat ini yang cukup buat saya khawatir adalah, apa jadinya diriku tanpa dirinya. Itu saja pak. Ada pertanyaan lain, kalau tidak ada, saya mau mengerjakan pekerjaan saya pak” jelas rossi.
“tidak ada. Emm, telepon pak asep, antarkan saya pulang sekarang.” Perintah raffi.
“baik pak. Laksanakan” ucap rossi.
“rossi. Saya pulang sekarang. Besok berkas yang saya suruh selesaikan, cepat diselesaikan.”
“siap bos, em, maksud saya, baik pak. Pak asep sudah saya suruh tunggu didepan pak” ucap rossi, raffi berlalu meninggalkan kantornya.
“kita langsung pulang pak?” tanya pak asep supir kantor raffi. raffi yang sedang duduk dibelakang seperti kaget dengan pertanyaan pak asep.
“iya” jawab raffi. raffipun kembali diam, ia sedang memikirkan perkataan irwan dan rossi.
“em, pak, kita singgah sebentar ke NS Hospital. Saya,, harus memeriksakan tangan saya” perintah raffi.
“baik pak” ucap pak asep. Tidak lama kemudian, raffi akhirnya sampai di NS Hospital. Raffi melihat kesekeliling rumah sakit. Ia kemudian memakai topi dan kacamata hitamnya, merapikan penampilannya melalui spion depan mobilnya.
“saya turun disini yah pak, nanti saya telpon kalau saya sudah selesai berobatnya”
“baik pak”, raffi pun berjalan mengendap2, mengawasi sekelilingnya. Ia masuk keruang IGD, seperti mencari seseorang.
“bapak mau berobat?” tanya seorang kasir yang melihat raffi.
“eh, saya sedang mencari,,em, istri saya, katanya tadi mau berobat kesini, tapi sepertinya dia tidak berada disini” jawab raffi gugup. Ia pun kembali melihat kedalam, dia hanya melihat zaskia yang sedang memriksa pasien didekat pintu masuk. Tiba2 zaskia berbalik melihat kearah raffi, raffi kaget, dan langsung berbalik keluar meninggalkan IGD. Zaskia mengerutkan dahinya, seperti mengenalnya.
“wah, dia gak lihat gue kan,,,aihhh, tapi dimana tu alien, kalau dia tidak ada disini, dia ada dimana? Apa mungkin dia sama si nanda, aihhhh” lagi2 raffi berjalan sambil mengendap2, tangan kirinya menutupi mulutnya, berusaha agar tidak ada yang mengenalinya.
“dimana sih dia.” Raffi terus mencari, tapi tidak juga menemukan keberadaan gigi. sampai akhirnya dia lelah dan membeli sebuah minuman dan duduk disebuah taman.
“haaaa, diamana sih dia” raffi berusaha membuka tutup minumnya,
“aihhhh, susah banget sih,” raffi kemudiam membuang botol minuman tersebut karena tidak bisa membukanya, tiba2 ia terpaku melihat pemandangan didepannya, nanda dan gigi seperti sedang membicarakan sesuatu yang sangat serius.
“dasar, sinanda, bukannya gue sudah bilang jangan dekati gigi lagi” emosi raffi, ia berdiri hendak mendekati mereka, namun langkahnya terhenti saat melihat gigi memegang tangan nanda, dan berbicara begitu serius. Raffi mengepal tangannya, seperti menahan emosinya, matanya memerah dan berkaca2. Dadanya begitu menggebu2, nafasnya menderu, ia menyapu wajahnya, dan berjalan meninggalkan taman. Ia berjalan sambil mengingat semua kejadian yang terjadi saat di Vila sampai kejadian yang barusan dia lihat.
“hahhh, kenapa rasanya seperti ini” raffi menahan emosinya dan berusaha mengatur nafasnya, raffi terus berjalan. Didepannya ada CS yang sedang mengepel, raffi berjalan tanpa memperhatikan langkahnya, sampai akhirnya ia tidak melihat ember berisi air pellan si CS, seketika raffi terpeleset, ia jatuh pada sebelah kanan tubuhnya, sehingga tangan kanannya yang sedang dibebat kembali terbentur lantai.
“aaaa” teriak raffi memegang tangannya. Ia menahan rasa sakit ditangannya. Ia berbaring terlentang sambil memandang langit2 rumah sakit.
“kenapa jadi seperti ini. seharusnya tidak seperti ini” raffi bergumam dalam hatinya. Ia memejamkan matanya. Ia seoalah tidak perduli dengan lingkungan sekitarnya.
“pak, bapak tidak papa...tolonggg” teriak CS tersebut yang melihat raffi berbaring. Orang2 pun berdatangan setelah mendengar teriakan CS tersebut. Raffi hendak membuka matanya.
“Ayo ambil brankar” teriak CS tersebut. Setelah mendengar kata brankar, raffi kembali menutup matanya. Orang2 pun mengangkat raffi dan menaikannya kebrankar. Tanpa membuka matanya raffi dibawa menuju IGD.
***
“kita pulang sekarang?” ucap irwan yang sedang menjemput zaskia di Pintu keluar IGD.
“tunggu sebentar yang, aku telpon gigi dulu.!” Kia pun menghubungi gigi.
“raffi gak datang kerumah sakit yang?” tanya irwan.
“gak, emang kenapa. Ih, kok gigi gak angkat2 HP nya sih” gerutu kia, ia kembali menelpon gigi.
“tapi tadi, aku ngelihat orang yang mirip raffi yang, gak tau itu raffi apa bukan” ucap zaskia, tiba2 gigi mengangkat telponnya.
“iya, ada apa ki?” tanya gigi dibalik telpon.
“loe masih sama nanda?”
“iya, ada apa?”
“loe mau balik bareng gak?” tanya kia lagi, tiba2 CS dan orang2 yang membawa raffi berteriak minta tolong kepada zaskia.
“dokter, tolong dokter, ada orang tidak sadar karena terjatuh tadi dok” jelas CS tersebut sambil terengah2. Zaskia pun melihat lelaki yang ada dibrankar tersebut, irwan pun ikut memperhatikan.
“raffiiii” teriak irwan dan zaskia serentak. Gigi yang berada dibalik telpon pun mendengar teriakan zaskia.
“raffi!” ucap gigi sambil mengerutkan alisnya.

Apakah yang akan terjadi pada raffi? apa yang dibicarakan oleh gigi dan nanda? nantikan dipart selanjutnya. Jangan lupa like dan commentnya.