Ehem,
langsung aja yah, ost part ini Melly Goeslaw-Hanya, Naif-Benci untuk mencintai,
Maudy Ayunda-Tiba-tiba cinta datang.
“Dalam
Diam Kau Curi Hati Ku”
Part
13
“raffi loe ngapain” ucap gigi kaget.
“mesin cucinya gi, ngamuk” ucap raffi dengan wajah paniknya. Saat gigi
berjalan masuk kekamar mandi, krena busa dan air sabun yang berceceran di
lantai gigi terpeleset dan jatuh menimpa raffi dan akhirnya mereka jatuh
kelantai karena raffi tidak bisa menahan tubuh gigi dan ikut terpeleset karena
lantai yang begitu licin. Posisi gigi tepat berada diatas raffi. raffi menatap
gigi begitupun dengan gigi yang menatap raffi. mata merekapun saling beradu
pandang. Nampak kegugupan diwajah raffi, hingga tiba2 bel rumah mereka
berbunyi. Raffi masih nampak gugup, berbeda dengan gigi yang kaget mendengar
bel rumah, gigi berbalik kearah pintu, sementara raffi masih membeku memandang
gigi.
“raffi...” teriak gigi yang mulai menjauh dari tubuh raffi dan
berusaha untuk bangun, namun ia mengalami kesulitan karena lantai yang begitu
licin.
“iyah,,,,” ucap raffi yang nampak kaget dengan teriakan gigi.
“ini gimana, bantuin gue. Itu ada tamu. Mesinnya harus dimatiin.” Ucap
gigi lagi. raffi berusaha untuk bangun, meraih sesuatu sebagai pegangan, agar
ia bisa berdiri. Raffi terlihat berusaha meraih sesuatu, sambil merangkak ia
menggapai beberapa helai pakaian yang berada disamping mesin cuci. Ia melapisi
kakinya dengan beberapa kain dan berdiri untuk mematikan mesin cuci. Namun
bukan mematikan ia malah memencet tombol hard sehingga bukannya berhenti mesin
cuci tadi malah semakin kencang menggiling cucian dan menghasilkan busa yang
semakin banyak.
“raffi loe ngapainnn,,,itu tombol powernya, dimatiin” teriak gigi,
busa tadi bukan lagi berceceran dilantai, mereka berdua pun sudah penuh dengan
busa.
“gi, mesinnya tambah ngamuk...gimana ini” ucap raffi yang menekan
seluruh tombol di mesin itu, karena tulisan pada mesin cuci itu sudah tidak
terlihat lagi karena busa yang terus keluar. Gigi yang berusaha berdiri terus
terjatuh.
“tekan tombol yang diujung, cepetttt” teriak gigi lagi..
“yang mana,,gak kelihatan” teriak raffi dengan panik..
Tamu yang datang dipagi itu ternyata bily, irwan, dan deni.
“raffi ggak ke kantor kan pagi ini?” ucap irwan kepada bily,
“gak, dia dirumah kok. Pencet lagi belnya” jawab deni.
“lagi seneng2 ama gigi kali.” Tambah bily.
“udah pencet lagi bellnya” ucap deny. Sementara raffi dan gigi masih
bergelut dengan mesin cuci.
“rafffiiii” teriak gigi. Ia berusaha berdiri, berhasil, ia mulai
mendekati raffi, namun seketika ia terpeleset lagi, saat jatuh ia berusaha
meraih sesuatu sebagai sanggahannya, dan ternyata ia menarik celana pendek
raffi. raffi berbalik menatap gigi, masih dengan posisi ia memegang celana
raffi gigi juga menatap raffi dannn “gigiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii” teriak raffi
saat melihat posisi gigi. Gigi hanya menunduk dan menutup matanya, dengan
segera raffi menaikkan celananya, dan merangkak menjauhi gigi dengan memasang
wajah syoknya. Gigi yang masih bingung, akhirnya merangkak mendekati mesin
cuci, ia meraba dan menekan tombol off. “ah,,,akhirnya mati juga.” Gigi
berbalik melihat kearah raffi yang masih nampak syok dipojok samping mesin
cuci.
“elo, nyucinya kayak gimana sih, katanya sudah tau” omel gigi yang
berusaha menutupi insiden celana raffi. raffi tidak menjawab apapun, ia menatap
kosong kedepan seperti kehilangan sesuatu yang sangat berharga. Gigi mulai
merangkak lagi, memasuki kamar mandi dan meraih shower untuk membersihkan
tumpukan busa dan menyiram dirinya yang penuh dengan busa. Ia melihat raffi
yang masih nampak syok.
“ehhh,,, sadarrrr” teriak gigi dan menyiram raffi dengan air, raffi
terlihat kaget saat gigi menyiramnya.
“yahhhh,,,elo yah bener2. Loe lihat apa tadi” teriak raffi.
“gak lihat apa2, apa yang perlu dilihat. Sana buka pintu!” perintah
gigi kepada raffi.
“gak lihat. Itu pelecehan tau. Gue bakal lapor polisi, ini pelecehan
seksual!” ucap raffi lagi.
“lapor sana, bilang, istri loe buka celana loe. Paling loe hanya
dibilang orang gila.” Ucap gigi lagi dengan dinginnya. Raffi masih emosi dengan
sikap gigi yang seperti tidak terjadi apa2.
“emang yah, wanita jenis loe ini gak punya hati” teriak raffi lagi.
“gue lihat celana dalam loe yang warna putih. Puas. Gitu aja jadi
panjang, itu kan gak sengaja” teriak gigi lagi. “astaga,,,,oh ya Allah, elo
emang bener2.” Ucap raffi yang mulai tidak bisa berkata apa2 lagi.
“lagian salah loe, nyuci aja gak becus. Katanya sudah bisa, lihat
hasil perbuatan loe, nih kamar mandi udah kayak kapal pecah. Gue mau beresin
ini, mending loe buka pintu sana, ada tamu. Cepetan!” ucap gigi.
“gak mau, loe aja sana yang buka pintu” ucap raffi lagi.
“hah,,, dasar manusi purba” teriak gigi.
“mending gue manusia purba, masih masuk dalam jenis manusia, daripada
elo, alien” teriak raffi lagi. gigi pun akhirnya mengalah ia berjalan kedepan
untuk membuka pintu dengan kondisi basah. Ia memakai celana pendek warna putih
dan kaos hitam. Bel rumah terus di pencet sama si bily.
“iya, iya bentar.” Ucap gigi yang membuka pintu rumah.
“ass,,,alamualikum gi” ucap deny yang terlihat kaget melihat
penampilan gigi.
“waalaikumsalam, hmm, silahkan masuk. Ah,,maaf,,lagi ini, emmm” gigi
bingung mau menjelaskan seperti apa. Tiba2 raffi keluar dengan kondisi yang
sama.
“siapa yang datang?” teriak raffi yang menghampiri gigi. Deny, irwan
dan bily, hanya bisa tersenyum melihat raffi dan gigi dengn kondisi yang sama.
“ini ada, kang deny, irwan sama bily.” Ucap gigi.
“silahkan masuk, em,,,sy permisi sebentar mau membereskan cucian dulu.
Itu raffi udah ada. Em,,ayo silahkan masuk” ucap gigi mempersilahkan mereka
bertiga untuk masuk dan berlalu pergi untuk membereskan cucian yang baru saja
dirusak oleh raffi.
“maksih yah gi...” ucap deny yang menahan tawanya.
“ngapain kalian kesini” ucap raffi.
“jengukin loe lah bro,,” ucap bily yang juga menahan tawanya.
“kenapa sih kalian, duduk dulu, gue mau ganti baju” raffi
mempersilahkan ketiga sahabatnya itu untuk masuk dan berlalu untuk mengganti
bajunya.
“raffi,,,” panggil gigi yang melihat raffi baru saja turun dari
kamarnya.
“apaan!” ucap raffi.
“ini bawain minum buat mereka, bilang gue masih dibelakng. Bentar baru
gue temuin, gue mau ngeberesin dulu kekacauan yang habis loe buat.” Ucap gigi
pada raffi yang telah selesai membuatkan 3 gelas minuman untuk deny, irwan dan
bily.
“uhhh,, kekacauan,,, eh urusan kita belum selesai yah” ucap raffi.
“terserah, nih bawa” ucap gigi yang meninggalkan raffi.
“dasar tu anak” raffi pun membawa minuman itu kedepan.
“nih, minuman buat kalian dari gigi” ucap raffi yang meletakkan
minuman yang dibawanya diatas meja.
“habis ngapain bro? kita ganggu yah” goda deny kepada raffi.
“habis nyci gue, mesin cucinya ngamuk, jadi basah deh,” jelas raffi.
“oh, mesin cucinya yang ngamuk, gue kira elo yang ngamuk!” tambah
bily.
“maksud loe?” ucap raffi yang masih tidak mengerti dengan godaan
temann2nya.
“si gigi seksi kalau lagi basah2 gitu” goda deny lagi.
“yah,,, gadis seperti itu darimana seksinya, dia itu gadis yang paling
menakutkan. Udah, loe semua mau pada ngapain kesini?” ucap raffi yang
mengalihkan pembicaraan.
“ya Allah, nih ank gak sabaran banget. Biasa mau bicarain bisnis kita
bro.” ucap irwan.
“oh, yah sudah, kita bicara dibelakang” ajak raffi yang mengajak
irwan, deny dan bily untuk berbicara bisnis dengan santai di belakang rumah.
“ahhh,,,,” gigi memegang pinggangnya karena telah selesai mencuci
pakaian, mencuci piring dan membereskan rumah.
“tinggal masak. Dasarrr, raffi bener2. Kalau ada bu minah kan, gak
bakalan secape ini gue. Mana blom masak lagi. aha, mandi, terus, ngambil
makanan dari rumah aja. Kebetulan ada sahabat2 raffi” ucap gigi. Setelah mandi
ia bergegas kerumahnya untuk mengambil makanan.
“mbo yem, tolong bungkusin semua makanan ini yah, ada tamu soalnya
dirumah” ucap gigi. Iapun membawa makanan banyak sekali dari rumahnya. mama
rieta hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan gigi, namun ia senang
karena gigi tetap memperhatikan suaminya.
“gue bawa satu ikan ah kerumah, hmmm, si blue aja deh” gigi mengambil
ikannya dan meletakkan ke dalam toples yang telah ia isi air.
“ma, gigi pulang dulu yah, assalamualiku” pamit gigi.
“walaikumsalam, hati2. Salam sama raffi” ucap mama rieta.
“iya ma” gigi pun berlalu dengan mobilnya.
Sesampainya dirumah, terlihat raffi yang berbaring dilantai depan tv
sambil memegang perutnya.
“mana, yang lain” ucap gigi yang melihat rumah sudah nampak sepi.
“sudah pada pulang. Gue masih punya urusan sama loe, tapi kasih makan
gue dulu. Laper gi” ucap raffi dengan suara yang lemas.
“padahal gue udah bawa makanan banyak banget nih dari rumah. Kirain
mereka blom pulang.” Ucap gigi.
“makanan dari rumah loe, enak dong” ucap raffi yang langsung berlari
ke arah gigi.
“iya, sini makan” ucap gigi yang mulai menata meja dengan makanan.
Raffi dengan langkah seribu menghampiri gigi dan mulai makan makanan yang
disajikan oleh gigi.
“loe gak makan,” tanya raffi.
“bentar, mau cari tempat buat si blue dulu” ucap gigi yang mencari
tempat untuk ikannya.
“blue? Siapa blue?” tanya raffi
“ikan gue” jawab gigi, yang meletakkan toples berisi ikannya diatas
meja samping kulkas.
“disni dulu yah, besok baru mama beliin kamu akurium yang lebih gede,
ok” ucap gigi pada ikannya.
“waduh, itu anak loe. Gue bapknya dong” ucap raffi dengan wajah tidak
percayanya.
“siapa yang bilang loe bapaknya. Geer banget loe” ucap gigi lagi.
“kan gue suami loe, paling tidak diatas kertas” jelas raffi.
“tapi gue gak pernah ngakuin loe sebagai bapaknya” ucap raffi lagi.
“loe selingkuh yah, cccc, lagian siapa juga yang mau jadi bapak dari
ikan. Emang loe gak normal. Alien.” Ucap raffi lagi, lalu melanjutkan makannya.
“loe,,,awas yah kalau berani cerita masalah kejadian tadi” ancam raffi
kepada gigi.
“ngapain juga gue cerita hal yang gak penting kayak gitu.” Ucap gigi.
“tapi itu penting buat gue.” Ucap raffi lagi.
“jangan khawatir, kalau gue lihat ufo atau makhluk luar angkasa baru
gue akan cerita keluar” ucap gigi lagi
“yah” teriak raffi.
“makan” ucap gigi yang memasukkan paha ayam kemulut raffi. begitulah
tradisi mereka dimeja makan.
Didalam kamar raffi masih memikirkan kata2 naura. Ia masih bingung
harus berbuat apa. Disela lamunanya ia teringat kejadian dikamar mandi tadi, ia
memegang dadanya.
“ah, apa gue sakit yah” gumam raffi pada dirinya sendiri.
***
Hari minggu bersama dirumah, gigi menyelesaikan beberapa pekerjaannya
diruang kerjanya. Sementara raffi bermain game di lantai bawah. Ia merasa
perutnya sudah mulai keroncongan.
“gigiiiiiii” teriak raffi. gigi yang mendengar teriakan raffi hanya
diam tanpa jawaban.
“gi” panggil raffi yang memasuki ruang kerja gigi. Gigi masih bergelut
dengan laptopnya.
“elo mah, kalau dipanggil itu nyahut.” Omel raffi.
“apa, itu udah nyahut” jawab gigi.
“pagi ini loe kasih makan gue telur lagi. yang loe urusin pagi ini
cuman ikan loe, masukin ke akuarium, ngasih makan, gue kapan loe urusinnya”
omel raffi,
“ini kan blom waktunya makan siang. Satu jam lagi. waktu makan siang
kita kan jam 1 siang” ucap gigi tanpa memalingkan pandangan dari laptonya.
“tapi gi, gue udah laper” ucap raffi manja sambil meletakkan kepalanya
diatas layar laptop gigi.
“raffi, minggir, gue mau ngetik, sejam lagi gue bilang. Sana, stengah
jam lagi gue masak. Sana loe main game aja dulu” elo yah bener2. Ucap rafi yang
keluar dari ruang kerja gigi dengan bibir maju 5 cm.
“dasarrrr, gue kan laper” raffi berjalan menuju kulkas, ia membuka
pintu kulkas, didapatinya telur yang sangat banyak.
“yah, dia kalau belanja yang dibeli cuman telur apa yah, ini kulkas
isinya telur semua. Hmmm, gue buang aja kali yah, biar gue gak makan telur
mulu,,wuahahahah” raffi mengeluarkan tawa liciknya, dan dengan segera
mengeluarkan semua telur yang ada di dalam kulkas. Ia membuang semua telur itu
ke tempat sampah. Dengan senyuman liciknya raffi berlagak polos dan memainkan
gamenya. Saat gigi hendak memasak, ia kaget mendapati kulkas yang sudah bersih.
Tidak ada telur didalamnya.
“perasaan tadi pagi, telurnya masih ada deh, kok sekarang sudah gak
ada. Apa gue salah lihat. Gak kok bener, tadi telurnya masih ada” gumam gigi
yang heran meliha isi kulkasnya yang bersih.
“kenap gi, ayo masak, gue laper” ucap raffi dengan wajah tanpa dosa.
“kok telurnya pada hilang yah fi” tanya gigi kepada raffi.
“hilang apanya. Habis, orang elo masakin gue telur setiap harinya. Gue
sekarang suka parnoan. Suka ngerasa aneh, kalau bangun pagi. Gue suka parno,
kalau nanti pagi2 gue bakal berkokok seperti ayam.” Ucap raffi. “yah udah, gue
masakin loe mie instan yah” ucap gigi.
“yah, kenapa mie instan, apa bedanya sama telur.” Omel raffi
“untuk sementara. Setelah itu kita pergi belanja, kita beli keperluan.
Kan loe lapar banget” tawar gigi.
“yah udah, yah udah. Daripada gue mati kelaperan. Gak papa deh” mereka
selesai makan mie instan buatan gigi. Tidak ada masalah bagi gigi, karena ia
menyukai mie.
“cepetan, kita naik motor aja belanjanya.” Ucap raffi.
“elo gila, belanjaan yang banyak mau disimpen dimana” ucap gigi.
“yah udah naik mobil, tapi elo yang bwa mobil. Gak pakai nawar.” Ucap
raffi yang memasuki mobil.
“kenapa sih loe gak mau nyetir mobil” ucap gigi.
“lagi males aja” ucap raffi yang mulai menatap kosong keluar jendela.
Ia tidak mau melihat kedepan.
Sesampainya disupermarket, raffi mengambil salah satu kereta dorong.
“ok, sekarang kita mau belanja apa” ucap raffi dengan riangnya.
“sini trolinya gue yang dorong” ucap gigi.
“ok, gue ngambil apa dulu nih.” Ucap raffi.
“ambil, minyak goreng, udah mau abis soalnya” perintah gigi.
“ok,” raffi berlari mencari tepat minyak goreng dan gigi memilih
beberapa bumbu masakan yang ia butuhkan. Raffi datang dengan membawa minyak
goreng pada botol besar.
“ngapain loe ambil yang gede, ambil yang kecil aja” perintah gigi
lagi.
“ini, biar lama makainya” ucap raffi lagi.
“ini kebanyakan raffi, emang gue mau goreng loe. Sana balikin” ucap
gigi lagi, dengan wajah yang ditekuk raffi mengembalikan minyak goreng yang
dibawanya. Raffi mengambil beberapa barang yang tidak perlu, dan gigi sibuk
mengeluarkan barang yang dipilih raffi.
“ini penting, buat penangkap tikus” ucap raffi.
“gak perlu” ucap gigi yang menaruh ranjau tikus itu kembali
ketempatnya.
“nih bawang” raffi memasukkan sekantung bawang merah.
“terlalu banyak, sekilo aja” ucap gigi mengembalikan bawang yang
dipilih raffi.
“coklat” ucap raffi lagi.
“gak usah, masih ada dirumah. Yang dirumah aja gak dimakan. Simpan
disitu” ucap gigi lagi.
“jangan beli telur.” Ucap raffi.
“jadi mau makan apa?” tanya gigi. Raffi menyruh pegawai supermarket
itu untuk memberinya beberapa potong ikan, daging dan ayam.
“itu, kenapa banyak sekali. Nanti bau raffi, siapa yang mau makan
sebanyak itu” protes ggi.
“gue” ucap raffi lagi.
“terserah loe. Tapi telor harus tetap ada” ucap gigi lagi yang
berjalan menuju tempat telur dijual.
“tuh anak diotaknya hanya ada telur. Heran gue.” Omel raffi. begitulah
moment belanja mereka.
“tolong yah mas, dimasukin semua kesini” ucap raffi kepada petugas
supermarket yang membantu membawa barang belanjaan mereka.
“ok, terima kasih mas.” Ucap raffi sambil memberikan tip pada petugas
supermarket yang membantu mereka. Raffi pun memasuki mobil.
“ayo kita pulang” perintah raffi sambil memakai safety belt nya.
“ok” ucap gigi sambil melajukan mobilnya. Didalam perjalanan HP raffi
berbunyi.
“naura” napak terlihat dilayar hp raffi. gigi pun melihat siapa yang
menelpon.
“kenapa gak diangkat” ucap gigi.
“ah,,ehm,,” raffi tidak tau harus menjawab apa.
“angkat saja. Siapa tau penting” tambah gigi. Raffi memperhatikan
gigi, lalu dengan perlahan ia mengangkat panggilan dari naura.
“halo” ucap raffi.
“kenapa,,,ok, tunggu, aku segera kesana” ucap raffi.
“gi, berhenti” perintah raffi. gigi memberhentikan mobilnya, dan tanpa
berkata apa2 raffi langsung keluar dari mobil gigi dan berlalu menaiki taxi.
Gigi yang melihat kelakuan raffi hanya mengeluarkan senyuman kecil sambil
menggeleng2kan kepalanya. Entah apa arti dari senyuman gigi itu. Sesampainya
dirumah Ia menata semua belanjaannya, memasak ayam dan ikan yang dibeli oleh
raffi. ditempat lain, ternyata raffi pergi kepartemen naura. Terlihat raffi
sedang mengambil sebuah loyang yang berisi air dan handuk kecil. Ia memasuki
sebuah kamar, ada naura yang sedang berbaring ditempat tidur, wajahnya nampak
pucat.
“kita pulang kerumah kamu yah. Aku antar” ajak raffi yang meletakkan
kompresan didahi naura.
“gak ada orang fi. Papa sama mama masih diluar negeri. Aku malas
dirumah, disini aja” ucap naura.
“tapi kamu demam. Kalau begitu kita kerumah sakit” ucap raffi lagi.
“gak fi, kan habis minum obat demam. Bentar lagi juga turun” ucap
naura, yang mulai memejamkan matanya. Raffi yang melihat naura seperti itu
tidak dapat berbuat apa2, ia hanya mengompres kepala naura, sesekali merabanya,
apakah masih panas atau sudah mulai turun.
Sampai malam tiba, raffi masih belum juga pulang. Nampak gigi
memperhatikan meja makan yang msih penuh dengan makanan yang ia masak sejak
siang tadi. Sesekali ia melihat layar Hpnya, memilih no telopon, “manusia
purba” ia hendak memencet tombol call, namun ia mengurungkan niatanya. Gigi
membuka pintu, mencari apakah akan ada taxi yang berhenti didepan rumahnya,
namun berselang beberapa lama, tidak ada mobil yang berhenti di depan rumahnya.
***
Pagi pun tiba, gigi menunggu sampai ketiduran disofa ruang tamu. Ia
bangun, melihat jam menunjukkan Pukul 5.40 pagi. Tidak ada yang berubah. Meja
makan masih tetap sama seperti kemarin. Bahkan makanan yang ia masak sudah bau
dan tidak dapat lagi untuk dimakan. Gigi membereskan meja makan. Ia naik
kekamar untuk ganti baju dan bersiap berangkat kerumah sakit. Sebelum berangkat
ia memperhatikan sisi rumahnya. menarik nafasnya. Ia melihat ikannya
diakuarium, memberikan senyuman dan ucapan selamat pagi.
“selamat pagi blue. Ayo, blue, makan dulu yah. Mama mau pergi kerja
dulu. Kamu yang baik yah dirumah” ucap gigi dengan senyuman kecilnya pada blue
dipagi itu. Sesampainya di rumah sakit, ia mulai menjalani aktivitasnya seperti
biasa.
“hai, ki, loe lagi dines dimana?” tanya gigi kepada kia yang baru saja
datang.
“gue dines di lantai dua gi. Tumben nih IGD sepi, biasanya pagi gini
juga pasien bejubel” tanya kia.
“elo mah, jangan didoain gitu. Asyik kan bisa santai2” ucap gigi lagi.
“hmm gi, gimana” tanya kia.
“apanya yang gimana?” tanya gigi lagi.
“loe kan udah 3 bulan nikah ama raffi. gimana rasanya? Ada yang
berubah gak?” tanya kia.
“biasa aja, apanya yang berubah.” Ucap gigi dengan ekspresi datarnya.
“masa sih?” goda kia.
“pagi semua. Ada yang belum sarapan?” ucap nanda yang membawa beberapa
kotak makanan.
“wah,,gue blom” teriak kia.
“ih, dokter mah, sarapannya mau yang gratisan” teriak beberapa orang
perawat.
“iya dong, siapa yang gak mau gratis, hari gini” ucap kia yang membuat
semua orang tertawa dipagi itu. Nanda membagikan semua makanan kepada semua
perawat, kepada kia dan tentunya kepada gigi.
“Loh, kok beda sih, kita semua bubur ayam, tapi gigi mie goreng. Kok
gigi beda sendiri sih?” protes zaskia yang melihat perbedaan menu sarapan pagi
mereka.
“beda dong, dia kan ibu direktur” ucap nanda
“iya yah, aku mah apa atuh” melas kia, yang membuat semua orang ikut
tertawa termasuk gigi. Tiba2 ada seorang pria masuk menggendong seorang wanita
dengan sangat panik.
“gi, tolong gi” ucap raffi dengan panik.
“raffi” gigi pun tidak kalah kagetnya. Nanda dan kia pun nampak kaget
melihat raffi membopong seorang wanita di belakangnya.
“baringin disini cepet.” Ucap gigi yang menyuruh raffi untuk segera
membaringkan naura disalah satu bed di ruang IGD tersebut. Raffi masih terlihat
panik.
“loe tenang dulu ada apa?” tanya gigi kepada raffi. beberapa perawat
mulai melakukan pemeriksaaan tanda2 vital pada naura.
“dari semalam dia panas gi, udah minum obat tapi gak turun2 panasnya.
Terus tadi pagi dia muntah2, udah gak tau berapa kali, gak lama dia jadi
lemes.” Jelas raffi dengan paniknya.
“tekanan darahnya 80/50 mmHg dok, nadinya 120x/menit, suhunya, 39.8
derajat celsius” ucap salah seorang perawat yang memeriksa TTV dari naura. Gigi
langsung memeriksa naura. Setelah memeriksa naura, gigi langsung memberikan
instruksi kepada perawatnya.
“drip paracetamol 1 g, setelah itu drip pantozol, masukan ondasentron,
lalu guyur dua kolf ring as. Dia dehidrasi.” Perintah gigi.
“baik dokter” ucap perawat tersebut.
“melihat kondisinya, sepertinya dia harus dirawat fi” ucap gigi kepada
raffi.
“lakukan apapun, yang penting dia bisa sembuh gi.” Ucap raffi sambil
memegang tangan gigi. Gigi melepaskan tangan raffi, gue kasih pengantar rawat,
nanti loe cari kamar digedung sebelah. Nanti aku coba telfon dari sini, untuk
membantu menyiapkan kamar buat naura.” Jelas gigi.
“naura, masihkah” ucap nanda.
“iya gi,” raffi mengikuti belakang gigi sampai di kursi dokternya.
“pagi fi” sapa nanda kepada raffi.
“nanda” ucap raffi. gigi sedikit heran mendengar nanda memanggil akrab
kepada raffi dan raffi menjawab seperti sudah mengenal nanda.
“itu naura yang sakit” tanya nanda.
“ini surat pengantar rawatnya.” Ucap gigi yang menyodorkan pengantar
rawat kepada raffi.
“gue harus kasih kemana nih” tanya raffi.
“tat, tolong antar pak raffi untuk mencari ruangan” perintah gigi
kepada salah satu perawatnya.
“baik dok, lewat sini pak” ucap perawat itu. Raffi berlalu pergi tanpa
menghiraukan pertanyaan dari nanda. Zaskia yang melihat kelakuan raffi seperti
kebakaran jennggot, ia malah terlihat lebih marah.
“gi, sini, gue mau ngomong sama loe” ucap kia yang menarik tangan gigi
masuk keruang istrahat dokter.
“itu tadi apaan gi? Kok raffi sama cewe lain?” tanya kia dengan nada
marah.
“ki, kenapa loe marah, santai aja sayang” ucap gigi.
“gimana gue mau santai, dia itu suami loe gi” ucap kia lagi dengan
emosinya.
“kan loe tau ceritanya. Gue ama raffi gak ada larangan untuk bisa
berhubungan dengan wanita atau pria lain. Pernikahan ini hanya diatas kertas
ki. Dan yang buat gue tenang kenapa mau nikah sama raffi karena gue tau dari
awal kalau dia suka sama naura. Jd gue gak perlu khawatir dia bakalan suka sama
gue.” Jelas gigi. “dan loe gak khawatir, sama diri loe sendiri?” tanya zaskia
lagi.
“mengkhawatirkan apa?” tanya gigi lagi
“khawatir kalau loe bakal jatuh cinta sama rafi?” jelas zaskia. Gigi
terdiam beberapa saat.
“itu gak akan mungkin ki, aku tidak akan pernah jatuh cinta pada
raffi, ini hatiku” jelas gigi lagi.
“emang bener gi, hati loe adalah milik loe. Tapi satu hal yang perlu
loe tau, cinta itu tidak pernah memilih, kepada siapa dia akan jatuh. Loe gak
akan bisa mengaturnya, karena Allah lah yang maha membolak balikan hati. Hati2
gi, dalam diam dia bisa masuk kedalam hati loe” ucap kia lagi. gigi terdiam, ia
tidak mampu berkata apa2 lagi. nanda, yang berada dibalik pintu, terdiam
setelah mendengar semua percakapan antara gigi dan zaskia. Ia pun berjalan
menjauhi pintu dengan wajah yang penuh tanya. Ia duduk ditempatnya semula
sambil memikirkan percakapan antara gigi dan zaskia. Gigi pun keluar dari ruang
istrahat dokter.
“nan, kamu aja yang jd dokter internisnya yah.” Nanda tidak merespon.
“nanda” gigi berteriak.
“eh, ia gi, kenapa?” jawab nanda yang dibuat kaget oleh gigi.
“kamu mikirin apa sih. aku bilang kamu aja yang jd dokter internisnya
nn. Naura. Yah” tanya gigi.
“emang dia mau, aku yang jd dr. internisnya?” tanya nanda lg.
“emang kenapa?” tanya gigi lagi.
“gak sih, ok deh, aku aja yang jd dr. internistnya” ucap nanda.
Setelah nanda memberikan beberapa instruksi, naura pun dimasukkan kekamar
perawatan VVIP. Raffi masih terus menemani naura.
“dokter, tadi itu suami bu naura kenalan dokter yah. Cakep banget yah
dok?” ucap salah seorang perawat kepada gigi. Gigi merasa aneh, raffi disebut
sebagai suami naura.
“itu bukan suaminya” jawab gigi.
“oh, itu bukan suaminya, tapi kok kayak panik gitu yah dok” ucap
perawat itu.
“soalnya, ibu naura itu sudah dianggap kakak dari raffi.” jawab gigi
menjelaskan.
“oh gitu. Kok dokter banyak tau sih?” tanya perawat itu lagi. sambil
menarik nafasnya ia menjawab.
“karena raffi adalah suamiku!” jelas gigi, seketika suasana menjadi
hening, ada kecanggungan antara gigi dan para perawat diruangan saat itu.
***
Nanda melakukan visite kepada pasien, hingga akhirnya tiba untuk
visite di kamar naura ditemani oleh seorang perawat.
“selamat sore” sapa nanda. Naura dan raffi yang melihat nanda terlihat
kaget.
“hai naura. Gak nyangka kita bisa ketemu seperti ini.” Ucap nanda
lagi.
“senang bisa bertemu lagi denganmu,,,,nanda”ucap naura, nanda hanya
mengeluarkan senyumannya, dan raffi terlihat sedang memikirkan sesuatu.
“oh iya, hasil lab nya sudah keluar, positif naura mengidap DBD.
Trombositnya sangat rendah, 60.000. jd mungkin kamu akan dirawat dalam beberapa
hari sampai trombositnya kembali membaik” jelas nanda.
“ok, tidak masalah” ucap naura. Setelah memeriksa naura nanda pamit,
karena masih ada beberapa pasien yang harus dia periksa. Raffi pun mengantar
nanda sampai didepan pintu.
“kamu duluan dulu, ada yang mau sy bicarakan dengan keluarga pasien”
perintah nanda pada perawatnya.
“apa kabar fi?” tanya nanda kepada raffi. sekarang mereka berada
didepan pintu kamar ruang rawat naura.
“baik” ucap raffi singkat.
“selamat atas pernikahanmu.” Ucap nanda lagi.
“terima kasih. Saya harus masuk” ucap raffi lalu berbalik membuka
pintu naura.
“tidak seharusnya kamu berada disitu raffi!” ucap nanda lagi. raffi
menghentikan langkahnya.
“kenapa? Apakah kamu masih mencintai naura?” tanya raffi, nanda hanya
mengeluarkan senyumannya.
“bukan, bukan itu. Aku hanya memikirkan gigi” ucap nanda lagi.
“tidak usah repot2 memikirkan gigi, dia urusanku” ucap raffi lagi lalu
melangkah masuk keruangan naura. Nanda hanya mengeluarkan senyumannya sambil
berfikir.
“ternyata dia masih menyukai naura. Apa yang harus aku lakukan gi”
gumam nanda.
“dok, kamar no 4 menunggu”teriak perawat tadi memecah lamunan nanda.
“oh, iya,” nanda pun berlalu pergi. Gigi yang sudah selesai dengan
tugasnya di IGD beranjak untuk merebahkan tubuhnya diruangannya. Ia memikirkan
semua kata2 zaskia, mengingat kejadian tadi pagi.
“aku tidak akan jatuh cinta padanya” gumam gigi pada dirinya sendiri.
“apa aku harus melihat keadaan naura. Gue pergi lihat aja deh, mau
cepat pulang juga, si raffi kan ada disini” gumam gigi lalu beranjak keruang
rawat naura. Ia ingin mengetuk pintu kamar naura, namun tangannya terhenti saat
melihat raffi sedang meraba dahi naura. Ia langsung berbalik, berusaha mengatur
perasaannya. Nanda yang baru saja selesai dengan visite nya melihat gigi yang
masih berdiri di depan kamau naura.
“kenapa gak masuk” ucap nanda yang memecah lamunan gigi.
“ah, udah kok, em, udah makan siang blom?” ucap gigi yang nampak gugup
kepada nanda, senyumannyapun terlihat dipaksakan.
“jangan tersenyum seperti itu, jelek banget. Kamu blom makan?” tanya
nanda balik
“blom” ucap gigi.
“ayo, aku udah pesen makanan, buat kamu juga, kita tunggu ditaman
belakang. Mau?” ajak nanda. Gigi hanya menjawab dengan anggukan. Mereka duduk
ditaman belakang rumah sakit sambil membuka kotak makanannya. Gigi hanya
mengaduk2 mie gorengnya.
“dimakan, jangan diaduk gitu” ucap nanda yang mencampur mi goreng
gigi.
“mau aku suapin” tambah nanda lagi yang mengarahkan sumpit kemulut
gigi.
“gak usah, sini aku makan sendiri” ucap gigi yang berusaha mengambil
sumpitnya dari nanda.
“eits, satu suapan, ayo dibuka mulutnya” pinta nanda lagi. gigi
akhirnya menerima suapan nanda. Nampak ada yang memperhatikan mereka dari
jendela kamar, yah raffi, ia melihat nanda dan gigi dari jendela kamar ruang
rawat naura. Ia mengerutkan dahinya. Ia terus memperhatikan nanda dan gigi yang
terlihat tertawa bersama menikmati makan siang mereka.
“raffi” panggil naura, namun raffi terus memperhatikan nanda dan gigi.
“raffi” panggil naura lagi, tapi raffi masih belum merespon.
“rafffiiiii” teriak naura yang berhasil mengagetkan raffi.
“iya, ada apa?” tanya raffi kepada naura.
“kamu lihat apa dibawah.” Tanya naura.
“gak kok, cuman lihat orang2 ditaman aja” jelas raffi.
“tolong ambilin minum fi” ucap naura.
“gak nyangka, si nanda sekarang yang ngobatin kamu” ucap raffi kepada
naura.
“iya, sudah lama sejak kejadian itu. Kamu masih marah sama nanda?”
tanya naura.
“hah,, gak, sudah lama berlalu juga” jelas raffi.
“iya, semua sudah begitu lama yah fi” ucap naura.
“iya, loe istrahat aja. Mungkin nanti sore, papa sama mama kamu datang”
ucap raffi.
“iya, makasih yah fi” ucap naura, raffi hanya memberikan senyuman, dan
beranjak pergi kekamar mandi. Dikamar mandi ia membersihkan wajahnya,
memikirkan apa yang baru saja dilihatnya.
“ngapain si nanda nyuapin si gigi makan. Emang gigi gak bisa makan
sendiri apa. Gigi juga mau aja di suapin
sama nanda, kayak gak punya tangan aja.” Gerutu raffi.
Ditaman gigi dan nanda sudah selesai makan. Mereka mengobrol ringan
sebagai seorang sahabat.
“raffi, suami kamu kan gi” tanya nanda.
“hah,,oh,,iya, kenapa?” tanya gigi balik.
“kamu kenal naura?” tanya nanda lagi.
“kenal, oh iya, aku mau nanya. Tadi, ekspresi kamu waktu ketemu raffi
seperti sudah kenal. Emang kamu udah kenal sama raffi?” tanya gigi kepada
nanda.
“iya, cukup kenal. Sama naura juga” jelas nanda.
“oh, gitu, pantes” ucap gigi lagi,
“kamu gak mau tau, kenapa aku bisa kenal sama raffi dan naura?”tanya
nanda lagi.
“em,,emm, kenapa emangnya” tanya gigi lagi.
“hehe, aku sekelas sama naura waktu sma. Waktu itu raffi masih smp
kalau tidak salah. Aku dan naura sempat pacaran 2 tahun. Lalu putus karena aku
menduakan dia” jelas nanda.
“wow, jd kamu mantannya naura. Bravo...tapi kok kamu tega banget
ngeduain naura!” ucap gigi sambil bertepuk tangan. Nanda memberikan senyumnya.
“banyak wanita yang menyukaiku, mereka mengejarku, karena aku tampan,
aku kaya” jelas nanda lagi.
“yah, loe kena sindrome sombong yah. Pede banget loe” ucap gigi lagi.
“ahahahaha, aku belum pernah merasa benar2 jatuh cinta pada seorang
wanita gi.” Tambah nanda lagi.
“kalau begitu jatuh cintalah” tambah gigi lagi.
“bolehkah aku menyuruhmu menyukaiku” ucap nanda yang membuat gigi diam
berusaha mencerna perkataan nanda.
“ahahahaha,, wajah kamu jangan kayak gitu, aku cuman bercanda kali”
ucap nanda lagi.
“yah ampun, jangan membuat gue serangan jantung dengan pertanyaan yang
aneh, aku pikir beneran” ucap gigi lagi.
“kalau bener, kamu akan jawab apa” tanya nanda lagi dengan wajah yang
serius.
“udah, jangan becanda. Aku mau pulang duluan. Ah cape banget” ucap
gigi yang menggerakkan lehernya.
“aku balik duluan yah” izin gigi kepada nanda dan berlalu meninggalkan
nanda ditaman sendirian.
“kamu selalu berjalan menjauhiku gi. Hah,” gumam nanda.
Gigi memasuki tempat parkiran. Memasuki meobilnya, tiba2 raffi ikut
masuk kedalam mobil gigi.
“ngapain loe” tanya gigi yang kaget dengan kedatangan raffi.
“mau ikut pulang sama loe, mau ganti baju” ucap raffi.
“keluar” ucap gigi.
“gigi loe tega banget. Tau gak gue belum makan” ucap raffi lagi.
“kenapa gak minta makan sama naura” ucap gigi lagi.
“kan yang bertugas ngasih makan gue itu elo” ucap raffi lagi.
“tega loe ninggalin naura.” Ucap gigi lagi.
“orang tuanya udah datang. Jd dia udah ada temen. Cepet jalan, laper
gue” ucap raffi. dengan terpaksa gigi menjalankan mobilnya melaju pulang. Sesampainya
dirumah raffi membersihkan tubuhnya dan berganti pakaian yang ia pakai dari
kemaren. Begitu pun dengan gigi setelah berganti pakaian gigi masuk keruang
kerjanya untuk mengerjakan beberapa berkas yang ia bawa dari rumah sakit. Raffi
yang menunggu gigi dibawah menjadi resah, karena gigi blom juga turun dari
lantai atas.
“dimana sih itu anak. Gak ada makanan lagi disini, hah..” gumam raffi
sambil melangkah naik kelantai atas mencari gigi. Ia mendapati gigi sedang
mengetik diruang kerjanya.
“gi, kan gue udah bilang gue laper. Masakin cepetan” ucap raffi.
“gue cape raffi. masak sendiri” ucap gigi.
“loe kenapa sih, biasanya juga biar loe lagi cape tetep masak buat
gue. Cepet masak” ucap raffi yang kembali meletakkan kepalanya diatas laptop
gigi.
“minggir, minggir gak, gue bilang minggir” gigi pun mulai meninggikan
suaranya.
“yah, pelan2, loe gak usah teriak2. Kenapa loe gak mau masak” ucap
raffi yang juga meninggikan suaranya.
“loe tau, gara2 loe kemarin gak pulang, gue jadi ngebuang makanan. Jd sekarang
gue gak mau masak” ucap gigi lagi yang berusaha menahan emosinya.
“jd loe marah, karena gue gak pulang. Bukankah dalam perjanjian kita
disebutkan untuk tidak saling ikut campur dalam masalah pribadi masing2, jadi
terserah gue mau pulang jam berapa” teriak raffi lagi.
“tapi gue cape masakin buat orang yang gak tau pulangnya kapan. Loe pikir
gak cape nungguin elo. Seharusnya loe hubungin gue kalau loe nginep ditempat
naura, biar gue makan semua makanan itu dan gue gak usah cape2 nungguin elo”
ucap gigi lagi dengan suaranya yang tinggi. Terdengar suara gigi sudah mulai
bergetar karena menahan tangisnya.
“siapa juga yang suruh loe nungguin gue. Gue gak pernah suruh elo buat
nungguin gue” teriak raffi lagi.
“memang, itu sebuah kesalahan, nungguin manusia kayak loe. Gue gak
bakal nungguin loe lagi” ucap gigi yang sudah tidak tahan, air matanyapun
jatuh. Ia menyapu air matanya dan berlalu meninggalkan raffi.
“sana pergi loe, loe juga bisa kok kalau gak mau pulang. Itu urusan
loe.” Ucap raffi dengan nafas yang menderu dengan emosi. Gigi masuk kekamarnya,
menyapu air mata yang jatuh dipipinya.
“kenapa ini air mata keluar mulu sih. Berhenti, cukup, jangan keluar
lagi” gumam gigi yang menyapu air matanya yang terus jatuh membasahi pipinya. Raffi
masuk kekamarnya dengan emosinya, ia menghempaskan semua barang yang ada diatas
mejanya. Lalu berusaha mengatur nafasnya kembali.
Raffi pun pergi kembali kerumah sakit untuk melihat keadaan naura.
“malam tante, om” sapa raffi kepada keluarga naura.
“eh raffi. terima kasih yah kamu udah ngejagain naura” ucap papa naura
kepada raffi.
“iya sama2 om. Kan dulu naura juga pernah ngejagain raffi waktu
dirumah sakit” ucap raffi lagi.
“ayo sini makan fi, tadi tante habis bawa makanan dari rumah, ada bebek
bakar, Telur goreng.Ayo sini makan” ajak mama naura kepada raffi. raffi
terlihat sedih.
“gak tante, raffi sudah makan kok. Naura udah baikan kan, kalau
begitu, raffi mau permisi pulang tante, nanti besok raffi kesini lagi. “ ucap
raffi lalu memberikan salam kepada orang tua naura dan kepada naura lalu keluar
meninggalkan kamar naura. Saat berjalan ketempat parkir motornya ia berpapasan
dengan nanda yang juga akan pulang.
“hai fi” sapa nanda.
“hai nan” rafi balik menyapa.
“aku boleh tanya sesuatu?” tanya nanda kepada raffi.
“mau nanya apa” ucap raffi.
“kalau sikapmu seperti saat ini, sebagai apakah kau anggap gigi?”
tanya nanda. Raffi terlihat diam.
“kenapa loe suka tanya masalah gigi. Loe suka ama gigi?” tanya raffi
dengan tatapan dingin ke nanda.
“iya, aku menyukainya” ucap nanda dengan wajah sangat serius.
“hah,,hahahahah.. loe nyadar gak, kalau dia sudah punya suami” ucap
raffi kepada nanda.
“seharusnya gue yang tanya kayak gitu, loe nyadar gak kalau sudah
punya istri? Jaga sikap loe raffi, bersikaplah dengan benar. Genggam salah
satunya, karena kamu tidak akan pernah bisa menggenggam keduanya.” Ucap nanda
yang kemudian berlalu meninggalkan raffi. raffi menarik nafasnya, berusaha
mencerna semua perkataan dari nanda yang baru saja membuatnya kaget dengan
pengakuannya. Ia pulang melajukan motornya. Sesampainya dirumah, ia melihat
garasi mobil, masih ada mobil gigi, berarti gigi tidak kemana2 dan masih ada
dirumah. Ia memasuki rumah yang nampak sangat sepi.
“hmm, biasanya kalau gue pulang, dia nyerocos kayak burung beo.” Gumam
raffi. ia berjalan keatas, didapatinya gigi yang sedang membaca buku diruang
kerjanya. Tiba2 gigi bebalik, raffi dengan cepat bersembunyi dibalik tembok. Sambil
memegang dadanya karena takut ketahuan oleh gigi.
“hampir aja” gumam raffi, namun saat tiba2 ia mau mengintip lagi,
wajahnya berhadapan dengan wajah gigi yang ternyata sudah ada di depan pintu.
“oh ya Allah” ucap raffi kaget memegang dadanya. Tidak ada respon dari
gigi, ia mengunci pintu ruang kerjanya dan berlalu meninggalkan raffi tanpa
mengucapkan satu patah kata pun. Gigi mnuju kebawah, raffi mengikuti gigi
dengan mengendap2.
“hahh, masih marah dia.” Raffi mengintip melihat apa yang gigi
kerjakan dibawah. Ternyata dia mengambil minum dan memberi makan pada ikannya,
menyapa blue, memberikan senyuman dan berlalu pergi kelantai atas. Raffi yang
melihat gigi menaiki tangga, langsung gelagapan bersembunyi dibalik sofa,
karena takut ketahuan gigi. Gigi menoleh kearah raffi yang bersembunyi namun
kakinya kelihatan. Gigi tidak memberikan komentar apapun, ia berjalan memasuki
kamarnya.
“yah, dia lebih menakutkan kalau sedang diam” ucap raffi, tiba2
perutnya keroncongan.
“lapar lagi gue” ucap raffi yang memegang perutnya.
“gue makan apa yah” ucap raffi yang turun kebawah sambil melihat isi
kulkas yang bisa iya makan.
“masa gue makan mi instan lagi.” ia menoleh kearah akuarium, berjalan
mendekati dan melihat kearah si blue yang berenang dengan aktifnya.
“heh blue, sampai kapan mama loe mau marah. Yang dia urusin cuman loe
aja. Sekarang gue gak diurusin. Yah, kenapa gue jadi ngomong sama ikan. Ha, Huft,
kenapa tiba2 gue jd syirik sama ni ikan juga” ucap raffi yang mengacak2
rambutnya dan duduk dengan lemas di meja makan. Ia menoleh kembali kearah kulkas.
“enak kali yah, makan roti sama coca cola. Gak mau susu, bosen gue”
raffi pun mengeluarkan beberapa potong roti. “kita buat roti isi. Yah, pakai
telor ceplok, mau apa lagi, daripada gue mati klaperan” raffi mulai menggoreng
dua butir telur, sebagai isi dari rotinya. Memasukkan keju tomat saos, dan
jadilah sendwich ala raffi ahmad. Ia memakan dengan lahap, roti isi plus coca
cola. Satu botol coca cola ia habiskan. Ia masuk kekamar dengan perut yang
telah penuh.
“ah, gak enak banget nih perut gue” ucap raffi yang mulai merasa aneh
dengan perutnya.
“kayaknya gue udah keterlaluan banget deh sama gigi” gumam raffi,
namun tiba2 ia merasa perutnya semakin mules. Ia masuk kekamar mandi untuk
buang air, beberapa kali dimalam itu.
“aduh, kenapa jadi gini. Mual lagi” raffi yang sudah mulai lemas
karena sudah beberapa kali buang air.
“uekkkk” raffi masuk kekamar mandi dan muntah, beberapa kali ia
muntah.
“gigiiii” panggil raffi disisa tenaganya. Ia berjalan menuju kamar
gigi.
“gi,,gigiiiii” teriak raffi mengetuk pintu kamar gigi. Gigi yang sudah
tertidur bangun dan mengumpulkan kesadarannya. Ia melihat kearah pintu
kamarnya.
“apa gue berhalusinasi” gumam gigi karena suasana sudah mulai hening. Saat
ia mau mulai tidur, ia mendengar kembali suara raffi.
“giiiii, gue sakit gi, buka dong pintunya” ucap raffi disisa2
tenanganya.
“raffi” gigi bangun dan membuka pintu kamarnya, raffi pun jatuh
terkulai dipelukan gigi.
To be continue,,,,,jangan lupa like dan commentnya. Terima kasih
semua.
Bagus banget...next nya jangan lama-lama.......
BalasHapusDirimu penbaca setia diblog aku yah...mksih yah..2 hari lg yah..insyaallah
HapusIyaa...ditunggu kelanjutan nya...
BalasHapusKeren jangan lama kelanjutannya...
BalasHapusNext kk
BalasHapus