Rabu, 06 Januari 2016

My Imagination "Dalam Diam Kau Curi Hati Ku" Part 19

Ost part ini Dayana Amerda-Cinta Dalam Diam (Ost Gigi), D’Masiv - Lukaku (Ost Gigi), Ari Lasso – Seandainya (Ost Raffi).

“Dalam Diam Kau Curi Hati Ku”

Part 19

“nagita slavina. Aku tau ini bukan waktu yang tepat, tapi, aku sudah tidak dapat menahan semuanya lagi. aku ingin bertanya padamu, seperti yang kamu tau perasaan ku kepadamu. Sekarang, bolehkan, aku mencintaimu? Bolehkan aku menunjukkan cintaku? Dan, bolehkan aku memperjuangkannya” ucap nanda, gigi nampak sangat kaget, begitupun dengan raffi dan naura. Gigi tetap diam. Ia menoleh kearah raffi, membaca arti dari tatapan matanya. Bibir raffi mengatup, menahan kata,yang entah apa itu. Gigi kembali melihat kearah nanda. Dengan wajah yang memohon nanda menatap gigi.
“maafkan aku nan. Seperti yang kamu tau...aku masih, menjadi istri raffi. jadi maafkan aku.” Ucap gigi sambil menundukan kepalanya.
“lalu, kapankan kamu akan memberiku izin?” gigi menatap nanda, dengan wajah kebingungan, gigi tidak menjawabnya.
“jawab gi? Apakah, setelah kamu berpisah dengan raffi?” gigi masih diam, ia kembali menatap raffi. raffi menatap gigi dengan wajah yang begitu dingin.
“aku,,,,aku,,,tidak tau nan. Maafkan aku?” jawab gigi.
“jika kamu menyuruhku untuk menunggumu sampai hari itu tiba, maka aku akan menunggumu” ucap nanda dengan wajah memohon.
“raffi, apakah boleh” tanya nanda kepada raffi. raffi menelan ludahnya, begitu sulit untuk menjawab pertanyaan nanda. Gigi menatap raffi begitupun dengan naura.
“kamu,,boleh kok, kalau mau pacaran sama nanda” ucap raffi dengan senyuman hambarnya. Gigi menatap  raffi denga lekat.
“jangan menjadikan pernikahan kita sebagai hambatan untukmu menjalin hubungan dengan seseorang. Bukankah, pernikahan kita hanya diatas kertas! Jadi, hati dan perasaanmu, adalah hakmu sendiri” ucap raffi dengan senyum simpulnya. Gigi menatap raffi dengan tatapan yang begitu dingin, matanya mulai berkaca2, bibirnya mulai bergetar.
“benar...benar sekali raffi. hatiku, adalah milikku sendiri. Aku bebas untuk menjatuhkannya kepada siapapun.dan aku, tidak perlu izinmu” gigi menahan air matanya, dan berusaha tenang, raffi menatap gigi dengan tatapan, entahlah, seperti apa hati dan ekspresi raffi saat ini, hanya dia dan tuhan yang tahu,
“aku tidak memiliki arti apa2 untukmu,,dan..” gigi masih menatap raffi, raffi menatap gigi masih dengan tatapan yang sama.
“dan mulai saat ini, kamu juga tidak memiliki arti apa2 untukku” raffi tertegun, matanya mulai memerah mendengar perkataan gigi. naura dan nanda menatap gigi.
“mulai saat ini, aku juga tidak akan memikirkanmu lagi. kamu, tetap akan menjadi orang asing bagiku.”raffi masih tertegun memandang gigi.
“dan kamu nanda, tidak perlu meminta izin raffi. ini cukup memalukan. Jika kamu mau kita pacaran, makan mulai saat ini, ayo kita pacaran” gigi menjawab pertanyaan nanda. Namun bukan gurat kebahagiaan yang terlihat diwajah nanda. Ia menatap gigi dengan sendu.
“jadi, mulai sekarang aku pacar kamu. Cukup kan!” ucap gigi, yang kemudian berlalu meninggalkan nanda, raffi dan naura yang masih diam. Raffi memandang gigi yang berjalan keluar, ia lalu berlalu entah kemana. Naura mengikuti raffi, namun naura tidak dapat menemukannya, sedangkan nanda berlari mengejar gigi.
“raffi kamu dimana” teriak naura.
“raffi, aku mohon jangan seperti ini. Aku mohon, jangan seperti ini. Ini terlalu jelas” naura mulai menangis.
***
“zaskia, pinjamin gue mobil loe!” ucap gigi dengan tatapan dinginnya.
“ada apa gi. Buat apa mobil.”
“cepat ki, gue mohon. Loe bisa pulang sama irwan kan besok. Kunci mobil loe ki”
“ada dimobil, tapi gi, ada apa sebenarnya” teriak zaskia kepada gigi yang langsung berlalu meninggalkan zaskia. Nanda tiba2 menarik tangan gigi.
“lepaskan nanda. Lepaskan!” teriak gigi dengan wajah yang begitu marah.
“tapi kamu mau kemana, ini sudah malam gi” nandapun meninggikan suaranya.
“lepasin” gigi menarik tangannya dengan kasar.
“waduh, ada apa nih. Gi loe mau kemana, ini sudah malam gi” teriak deni.
“kia, titip tas gue. Besok bawain kerumah.” Ucap gigi yang masuk kedalam mobil.
“gi, kamu gak boleh kayak gini. Gigiiiii” teriak nanda. Nanda berlari menuju mobilnya.
“kia, titip tas gue. Gigi tidak boleh pergi sendirian. Gue harus ikut dia” ucap nanda, kia yang nampak khawatir pun mengangguk mengiyakan. Nandapun melajukan mobilnya dengan cepat untuk mengikuti mobil gigi.
“ada apa sih sebenarnya? Kenapa nanda ngikutin gigi, raffi mana?” ucap irwan.
“eh, kok muka loe pada jadi kayak gitu semua” ucap bily yang baru saja datang dari kamar mandi.
“ada apa sih? Eh, malah pergi, jawab dulu, kenapa wajah kalian kayak gitu?” tanya billy.
“berisikkkk” jawab irwan, deni dan zaskia secara serentak. Billy memasang ekspresi kagetnya sambil memegang dadanya.
“ayo kita cari raffi” ucap deni. Mereka pun masuk ke dalam vila.
“raffiiiiii” teriak deni dan irwan, billy yang masih tidak mengerti, hanya menggaruk kepalanya. Tiba2 terdengar bunyi suara motor yang keluar dari garasi vila deni.
“itu bunyi motor siapa” tanya billy. Irwan dan deni saling memandang.
“raffi!!!” jawab mereka serentak sambil berlari keluar untuk mencari asal suara motor tersebut.
“raffi, loe mau kemana?” teriak deni saat motor yang ditumpangi raffi melaju melewati mereka.
“raffiiii” teriak irwan sambil mengejar motor raffi.
“wah, gawat nih. Ada apa sih sebenarnya” ucap kia dengan wajah yang sangat panik.
“itu motor siapa?” tanya irwan.
“motor gue” ucap deni yang menyapu wajahnya dengan kasar.
***
Gigi menyetir mobil dengan kecepatan penuh dengan air mata yang terus jatuh membasahi pipinya. Sementara nanda mengikuti mobil gigi dari belakang dengan berusaha mengimbangi kecepatan mobil gigi agar tidak kehilangannya. Dimalam yang cukup larut, suara gemuruh dan petir dilangit saling menyambar menandakan hujan akan turun dimalam itu. Gigi masih melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh hingga tidak disadarinya, hujan mulai turun membuat jalan semakin licin. Nanda yang berada dimobilnya mulai terlihat panik melihat kecepatan mobil yang dikemudikan gigi.
“gigi, kumohon, hentikan semua ini” gumam nanda. gigi masih menangis, sambil berusaha menfokuskan pandangannya yang mulai kabur karena air matanya, dan kaca mobil yang mulai menyamarkan jalan karena hujan yang cukup deras dimalam itu, tiba2 gigi dikagetkan dengan tumbangnya batang pohon yang tepat jatuh diatas mobil yang dikemudikannya. Karena kaget, gigi membanting stir mobil tersebut hingga menabrak sisi kanan jalan. Nanda yang melihat kejadian itu langsung memberhentikan mobilnya untuk melihat keadaan gigi.
“gigiiiiiii” teriak nanda dengan wajah yang sangat panik sambil berlari mendekati mobil gigi.
“gi, gigi, gigi” teriak nanda dibalik kaca pintu gigi sambil berusaha membuka pintu tersebut.
“gi, gigi” teriak nanda yang melihat gigi tidak sadarkan diri. Disisi lain nampak seorang pemuda dengan jaket hitam yang terlihat robek dsiku tangan kananya dan helm yang masih melekat dikepalanya. Celananya robek, ia berjalan dengan kaki pincang mendekat kearah mobil gigi. nanda memalingkan pandangannya menengadah melihat kearah pemuda itu, berusaha mencari tau ditengah gelapnya malam dan derasnya hujan.
**Flashback 30 menit yang lalu**
Raffi memandang gigi dari kejauhan, dibalik garasi mobil dalam kegelapan. Ia melihat saat gigi melajukan mobil dan diikuti oleh nanda. ia menundukkan pandangannya, ia memalingkan pandangannya dan melihat motor yang ada didalam garasi tersebut. Entah apa yang dipikirkannya, ia berlari kekamar, mengganti bajunya dan mengenakan jaket hitamnya. Ia segera turun dan masuk kegarasi disaat semua orang masuk mencarinya kedalam vila. Ia memakai helm dan mengambil kunci motor yang digantung tidak jauh dari parkiran motor tersebut, iapun langsung memanaskan mesin motor tersebut dan melajukannya. Ia melajukan motor tersebut tanpa perduli dengan teriakan teman2nya. Ia terus melajukan motornya, menembus kegelapan malam.
“itu motor siapa?” tanya irwan.
“motor gue” ucap deni yang menyapu wajahnya dengan kasar.
“hadeuh, itu motor remnya udah mulai aus, hampir gak berfungsi lagi. aduh, raffi” deni mengacak2 rambutnya dengan kasar.
“sabar sayang, kita pulang malam ini. Bereskan semua barang2 yang ada, kita susul mereka. Irwan dan kamu duluan saja, takut terjadi apa2 sama mereka. Biar barang2 yang ada disini kita yang urus. Ia kan ki” usul santi ditengah kepanikan dimalam itu.
“ia, usul santi ada benarnya. Billy bantu kita untuk membereskan barang2 yang ada, barang dikamar raffi dan gigi biar aku yang urus, kamu bil urus barang nanda billy dan irwan. san, bantu beresin kamar yah” ucap kia. Billypun mengangguk, walaupun dia masih belum mengerti dengan keadaan yang sedang terjadi dimalam itu.
“ia. Tapi ngomong2, naura dimana?” tanya santi. Mereka semuapun saling memandang.
“yah udah, kita duluan. Tapi kalau menurut aku, kalian pulangnya besok pagi aja. Ini sudah terlalu malam. Billy, titip mereka yah. Jangan lupa bantu mereka untuk beres2. Telpon kita jika terjadi apa2.” Ucap deni dan irwan mulai naik kemobil. Billy pun mengangguk dengan wajah penuh tanya.
“ingat, jangan pulang malam ini. Besok pagi, ok” ucap irwan memperjelas.
“ia, hati2 yang” ucap zaskia. Semua orang sedang dilingkupi kepanikan dimalam itu. Naura dengan air mata dipipinya memandang kejadian itu melalui balkon kamarnya.
***
Raffi melajukan motornya dengan kecepatan penuh, berusaha untuk mengejar mobil nanda dan gigi. hujanpun mulai turun membasahi bumi. Raffi terus melajukan motorya, ia mulai melihat lampu mobil nanda. ia mulai mengurangi kecepatannya, namun rem depan dan belakang motor itu mulai tidak bisa digunakan. Ia berusaha tenang, disaat ia melihat kedepan, nampak mobil gigi menabrak pagar jalan. Mata raffi terbelalak, ia membanting motornya dan melompat turun dari motor. Tubuhnya berguling dijalanan. Beruntung, jalan sudah sunyi dimalam itu. Nampak ia memgang lengan tangan kanannya. Ia berusaha berdiri dengan kaki yang pincang. Nampak aliran hujan bercampur darah mengalir turun membasahi celana sebelah kanan raffi. ia terus berjalan mendekat kearah nanda yang berusaha membuka pintu mobil gigi. ia mendekati nanda, nanda menengadahkan kepalanya, berusaha mencari tau sosok yang sedang mendekatinya.
“raffi” ucap nanda setelah melihat pemuda yang ada dihadapannya itu membuka helmnya.
“minggir” ucap raffi dingin.
“bisa apa kamu dengan tubuh yang seperti itu” ucap nanda yang menyadari kondisi raffi saat ini.
“aku bilang minggir. Minggir” teriak raffi sambil mendorong tubuh nanda untuk menjauh dari mobil gigi. nanda menatap raffi dengan gurat tidak percaya. Raffi membuka jaketnya, menggulung dilengannya untuk memecahkan kaca mobil tersebut. Percobaan pertamanya gagal, karena rasa sakit akibat terjatuh tadi. Namun ia berusaha menahan rasa sakit itu. Ia berusaha dengan percobaan keduanya namun nanda menahannya.
“hentikan raffi” ucap nanda sambil memegang kerah baju raffi, raffi langsung menepis tangan nanda dengan kasar.
“kita harus menyelamatkannya terlebih dahulu.” Ucap raffi.
“kamu pikir apa yang sedang kamu lakukan?” teriak nanda.
“aku sedang berusaha menyelamatkan istriku. Kenapa? Apa kamu marah?” teriak raffi ditengah hujan deras. Ia menatap nanda dengan tajam. Raffi seperti sedang kesetanan, matanya memerah dan tidak perduli dengan keadaannya saat ini. Ia kembali mencoba memecahkan kaca mobil tersebut, dan ia berhasil melakukannya. Ia segera membuka pintu mobil, dan menarik gigi. nampak kepala gigi mengeluarkan darah karena benturan akibat kecelakan yang dialaminya. Nanda terdiam, raffi berusaha mengeluarkan tubuh gigi, dan menggendongnya. Deni dan irwan yang menyusul merekapun tiba ditempat kejadian.
“itu motor yang dibawa raffi tadi kan” ucap irwan yang melihat motor deni tergeletak dipinggir jalan.
“tidak papa motornya hancur, yang penting orangnya masih bisa berdiri” ucap deni yang melihat raffi menggendong gigi. irwan yang tadinya hanya memperhatikan motor, melihat kedepan dan melihat raffi berusaha menyadarkan gigi.
“apa yang sedang terjadi den?” tanya irwan yang terlihat khawatir.
“entahlah, ayo turun” ucap denni.
“gi,, bangun gi” ucap raffi memukul2 pipi gigi, berusaha membangunkannya. Nanda memperhatikan raffi yang terlihat sangat panik.
“gigi, bangun,,,,aku mohon” ucap raffi yang mulai menangis dibawah derasnya hujan.
“biar aku memeriksanya raffi” ucap nanda ingin melihat kondisi gigi.
“jangan menyentuhnya,,,,jangan menyentuhnya” teriak raffi dengan wajah yang sangat marah.
“urusan kita belum selesai nanda. jangan pernah menyentuhnya” wajah raffi memerah menahan emosi yang begitu memuncak. Deni dan irwan nampak kaget melihat emosi raffi.
“raffi loe gak papa? Gigi, ada apa sebenarnya raffi?” tanya irwan yang mendekati raffi dan gigi.
“ayo kita bawa dia kerumah sakit. Sekarang!” ucap raffi yang lalu berdiri sambil menggendong gigi dengan kaki pincangnya. Ia menuju mobil irwan dan deni. Irwan dan deni hanya dapat memandang raffi.
“ayo cepat! Buka pintunya” teriak raffi.
“i..iya” ucap deni.
“nan, loe ikut aja mobil kita dari belakang. Ok!” ucap irwan.
“dia tidak perlu ikut. Ayo cepat” teriak raffi. deni pun berlari kearah mobil, irwan dengan tenang berjalan menuju mobil. Nanda masih terdiam sambil melihat mobil deni melaju meninggalkannya.
“cepat cari puskesmas, klinik atau rumah sakit terdekat. Cepat den” ucap raffi sambil memeluk gigi dan menutupnya dengan jaketnya yang basah.
“ok,,ok,,” ucap deni yang melajukan mobilnya dengan tenang.
“apa kalian punya sesuatu yang hangat. Dia kedinginan!” tanya raffi.
“pakai aja jas gue fi. Ada dikursi belakang” ucap irwan. raffi pun dengan segera mengambil jas irwan dan menutupi tubuh gigi yang masih menggunakan gaun pestanya. Ia lalu membuka kaosnya untuk menekan luka dikepala gigi untuk menghentikan pendarahannya. Raffi bertelanjang dada sambil memeluk gigi. irwan dan deni diam diam melihat sikap raffi kepada gigi melalui kaca depan mobil, dengan raut penuh tanya irwan dan deni seperti bingung dengan sikap yang ditunjukkan raffi.
“nah, itu ada klinik fi.” Ucap irwan yang melihat sebuah klinik 24 jam.
“cepat den, kita harus kesana” ucap raffi. Denipun segera menepikan mobilnya. Raffi langsung turun sambil menggendong gigi.
“suster, dokter,,tolong istri saya.” Ucap raffi dengan panik masih dengan menggendong gigi. seorang suster dan dokter jaga diklinik tersebut langsung menuntun raffi untuk membaringkan gigi disebuah brankar klinik tersebut.
“tolong suster, tolong dokter” ucap raffi dengan paniknya.
“bapak tenang dulu, kami akan segera melakukan tindakan. Kalau bapak tidak sanggup, bapak tunggu didepan saja. Deni dan irwan pun membawa raffi untuk menunggu diruang tunggu.
“tapi dok” ucap raffi.
“ayo fi, kita tunggu didepan aja.” Ucap irwan. raffi pun menuruti. Sementara dokter melakukan tugasnya raffi terlihat mondar mandir tidak tenang. Irwan dan deni melihat raffi dengan heran.
“tangannya luka, kakinya pincang, berdarah pula. Bukankah dia jauh lebih parah dari gigi yang hanya luka dikepalanya” ucap deni sambil memperhatikan raffi yang masih saja mondar mandir.
“apa dia tidak kedinginan. Kita aja yang pakai baju kedinginan” tambah irwan yang juga masih memperhatikan raffi. diluar. Nanda memarkirkan mobilnya, dan masuk kedalam klinik.
“bagaimana keadaan gigi?” tanya nanda yang baru saja tiba.
“waduh, ngapain tuh anak kesini. Nyari masalah aja” ucap deni yang mulai khawatir melihat kedatangan nanda. raffi berbalik melihat kearah nanda dengan tatapan tajamnya.
“ngapain loe kesini?” tanya raffi dengan dingin
“aku ingin melihat keadaan gigi” jawab nanda tanpa peduli. Dengan kasar raffi mendorong nanda keluar.
“loe gak berhak ada disini. Pergi loe sana” marah raffi.
“hei, kenapa kamu begitu marah. Seakan semua ini salahku!” bela nanda ditengah derasnya hujan. Irwan dan deni menonton dari depan pintu.
“tuh anak dua, lagi kenapa sih. Hujan2 kayak gini. Mau ikutin adegan dalam drama2” omel deni.
“memang salah loe! Ini semua salah loe. Kalau loe gak ngomong kayak gitu didepan gigi, semua ini pasti tidak akan terjadi. Kita semua masih akan tetap di vila dan semua akan baik2 saja.” Ucap raffi dengan marah.
“oh yah, jadi semua karena salahku. Kamu sungguh tidak tau diri raffi. bukan aku yang menyakitinya. Tapi kamu!” ucap nanda dengan emosinya.
“aku menyakitinya..hah,, elooo, semua ini karena elo, jadi pergi loe dari sini” raffi meneriaki nanda.
“harus bagaimana caranya menyadarkanmu, bahwa kamulah yang menyakitinya. Orang bodoh macam apa yang bahkan kesalahannya sendiripun tidak ia ketahui. Ketahuilah apa yang baru saja terjadi, kata-katamulah yang paling menyakitinya. Apa aku perlu memperjelas perkataanmu yang mana?” emosi nanda
“apa, kata2ku?” tanya raffi masih dengan emosinya.
“percuma kamu hidup dengannya, tapi kamu tdak mengenalnya raffi” ucap nanda menyindir raffi lalu berjalan hendak meninggalkan raffi.
“gue udah bilang untuk pergi dari sini” teriak raffi menarik nanda yang hendak masuk kedalam klinik. Tiba2 nanda menoleh dan melayangkan pukulan dipipi raffi.
“itu sebagai pelajaran buat kamu, agar kamu bisa sadar” ucap nanda dengan emosinya. Raffi dengan emosi yang memuncak membalas pukulan nanda. nanda kembali melayangkan pukulan dipipi raffi, begitupun dengan raffi, dan terjadilah perkelahian mereka di malam itu.
“ya Allah, apa yang sedang terjadi. Mereka mau bunuh-bunuhan apa!” ucap deni yang mulai panik melihat perkelahian raffi dan nanda.
“jangan cuman lihat aja, ayo lerai mereka!” ucap irwan yang berlari kearah nanda dan raffi. irwanpun menarik dan menahan raffi, sementara deni menahan nanda.
“kalian ini apa2an sih. Kalau mau bunuh2an, jangan dihadapan kita. Kita gak mau jadi saksi.” Omel deni. Raffi dan nanda dengan nafas yang menderu menahan emosi mereka masing2.
“nan, mendingan loe pergi dari sini. Untuk keadaan gigi nanti kita kabarin. Untuk menenangkan suasana dulu.” Bisik deni ditelinga nanda. raffi dengan nafasnya yang menderu menatap nanda dengan dingin.
“urusan kita belum selesai. Aku tidak akan menyerah raffi” ucap nanda melepaskan pegangan deni, dan pergi kearah mobilnya dan meninggalkan mereka. Raffi masih dengan nafasnya yang menderu berusaha tenang. Ia kemudian memegang lengannya dan kembali teringat akan gigi. ia berlari masuk kedalam klinik. Deni dan irwan dibuat bingung dengan sikap raffi yang sedikit aneh buat mereka. Ia kembali mondar mandir sambil sesekali melihat kedalam. Deni dan irwan ikut masuk dan duduk sambil memperhatikan raffi yang mondar mandir. Tidak lama berselang, dokter yang menangani gigi keluar.
“selamat malam” ucap dokter muda itu.
“iya dokter, bagaimana istri saya?” tanya raffi dengan panik.
“bapak suaminya?” tanya dokter itu
“iya benar!”
“boleh ikut saya kedalam. Saya akan menjelaskan kondisi pasien, dan ada beberapa hal yang harus bapak isi.” Jelas dokter itu.
“iya, baik dok” ucap raffi lalu masuk kedalam, sementara deni dan irwan tetap menunggu didepan. ia menoleh kearah perawat yang sedang membalut luka dikepala gigi.
“jadi bagaimana dok?” tanya raffi.
“sementara, kondisi istri bapak tidak ada masalah. Kami melakukan jahitan pada luka didahinya karena sedikit dalam dan juga untuk menghentikan pendarahannya. Hanya dua jahitan saja dan dikontrol dalam waktu tiga hari lagi.”
“jadi dia baik2 saja dok? Alhamdulillah. Tapi, kenapa dia belum sadar juga dok?” tanya raffi lagi.
“menurut perkiraan sementara dari saya. Itu karena kagetnya dan sepertinya pasien kelelahan. Tanda2 vitalnya baik semua, tapi harus tetap diobservasi dalam waktu 2x24 jam. Bila ada muntah maka segera lakukan CT-Scan kepala. Tapi kalau menurut saya dia baik2 saja. Saya akan berikan antibiotik dan penghilang rasa nyeri. Kalau bapak ingin lebih yakin lagi, bapak boleh memriksakannya langsung dirumah sakit yang peralatannya lebih lengkap. Mungkin itu saja pak, dan bapak mohon isi ini sebagai identitas pasien.” Jelas dokter itu lagi.
“baik dok!” raffi pun mengambil berkas yang harus diisi tersebut, saat ia hendak menulis, ia merasakan sakit dilengannya, kembali ia memaksakan tangannya untuk menulis.
“ini dok, ada lagi yang perlu saya isi?” ucap raffi sambil memgang tangannya.
“ini sudah cukup pak. bapak tidak papa? Sepertinya bapak juga terluka?”
“saya tidak papa dok, cuman lecet sedikit saja. Jika semua sudah selesai apa saya boleh langsung membawa istri saya?” tanya raffi.
“tentu saja pak. Tapi, apakah tidak lebih baik kalau bapak sama ibu disini dulu sampai besok pagi? Hujan diluar masih sangat deras.” Jelas dokter itu lagi.
“terimakasih dokter. tapi, kami harus segera pulang.”
“oh, baiklah.” Setelah semua urusan administrasi dibereskan, gigi belum juga bangun dari pingsannya. Raffi kembali menggendong gigi, hujan sudah mulai reda.
“dokter, sustter. Terima kasih” ucap raffi, irwan dan deni.
“iya, hati2 pak” mereka pun meningglkan klinik tersebut.
“kita langsung pulang fi?” tanya deni.
“tidak. Kita harus kerumah sakit. Gigi harus diperiksa lebih lanjut!” ucap raffi sambil menutupi tubuh gigi dengan jas irwan.
“baiklah” deni dan irwan secara bergantian menyetir sampai kekota untuk menemukan rumah sakit yang lebih besar. Sampai pagi menjelang mereka akhirnya menemukan salah satu rumah sakit terbaik dikota bogor.
“fi, bangun. Kita sudah sampai dirumah sakit” ucap deni. Raffi kembali menggendong gigi dan memasukkannya ke IGD. Saat gigi diperiksa oleh dokter, raffi berusaha mengistrahatkan tubuhnya. Raffi nampak sangat lelah dengan lebam diwajahnya, dan tubuh yang penuh luka lecet. Wajahnya mulai pucat. Ia mulai kedinginan.
“si raffi gak sadar apa, kalau semalaman dia gak pakai baju. Ambilin jas loe, pakein ke rafi wan!” ucap deni.
“loe gak lihat, jas gue dipakai gigi” jawab irwan
“oh iya, ya. gue aja udah mulai kedinginan nih, apalagi dia” ucap deni
“bapak suami ny. Nagita?” tanya dokter jaga igd tersebut. Raffi terbangun.
“iya pak, bagaimana keadaan istri saya.?”
“bapak boleh duduk disini.” Ucap dokter tersebut sambil mempersilahkan raffi untuk duduk.
“lukanya sudah dikerjakan dengan sangat baik. Dia belum sadar bukan berarti dia penurunan kesadaran. sepertinya karena kelelahan dan ia belum makan ia akhirnya tertidur dengan lelap.”
“tertidur? Maksud dokter?”
“ia Jadi tubuhnya jadi sedikit lemah. Kelelahan dan kelemahan, yang menjadikan dia tertidur bukan pingsan. Kami anjurkan untuk sebaiknya kami memberikan nutrisi melalui infusan.” Jelas dokter tersebut.
“lakukan apapun dokter. em, apakah dia tidak perlu di CTScan?”
“untuk sementara, tidak ada indikasi untuk dilakukan CT-scan. Tapi kami akan observasi sampai dia bangun. Kalau semuanya baik2 saja. Siang juga boleh pulang.”
“yah, terserah dokter!” ucap raffi.
“anda sepertinya juga terluka. Bolehkah saya memeriksa anda pak?”
“tidak perlu, saya baik2 saja”
“lakukanlah dok, dia juga jatuh dari motor” ucap irwan.
“tidak perlu, itu tidak perlu. Saya baik2 saja dokter” ucap raffi. irwan lalu memaksa raffi untuk tidur dibrankar igd agar dokter bisa memerksanya.
“saya baik2 saja dok” jelas raffi.
“dok, suhu Tn. Raffi, 38,80C” jelas suster yang mengukur suhu tubuh raffi.
“anda demam, dan anda bilang baik2 saja” ucap dokter tersebut. Dokter segera melakukan pemeriksaan kepada raffi. melakukan rontgen ditangan dan kaki, dan lain sebagainya.
“siapa yang bertanggung jawab kepada tn. Raffi?” tanya dokter tersebut.
“kami berdua dok” jawab irwan dan deni.
“silahkan. Saya mau menjelaskan kondisi bapak raffi” irwan dan denipun duduk untuk mendengarkan penjelaasan.
“kami sudah memberikan obat demam melalui infus untuk tn.raffi. untuk ibu nagita sendiri, kondisinya stabil. Tapi bapak raffi memerlukan perawatan lebih. Berdasarkan hasil rontgen pada tangannya, ada retakkan. Jadi tangannya harus kami imobilisasikan, dalam artian tidak boleh digerakkan dulu. Jadi, kami akan bebat dan memakaikan arm sling. Untuk luka diluttutnya, sudah kami bersihkan. Untuk tangannya, akan kami berikan vitamin tulang dan penghilang rasa nyeri, karena tadi saat saya periksa lengannya sudah mulai bengkak. Jadi akan saya berikan juga anti peradangannya. Kami akan observasi keadaannya ny. Nagita dan tn. Raffi satu jam kedepan, kalau sudah mulai membaik, boleh berobat jalan saja. Ingat, tn. Raffi tidak boleh menggerakkan tangannya dulu.” Jelas dokter tersebut.
“baik dokter” ucap irwan dan deni.
“benar kan kata gue, si raffi lebih parah dari gigi. dasar, keras kepala” gerutu deni yang melihat raffi mulai tertidur setelah diberikan obat.
“ia. Semalaman, gak pake baju, gimana gak demam, hahhhhh” tambah irwan.
“tapi alhamdulillah, gigi juga gak kenapa2” deni berbalik melihat kearah gigi, yang juga masih tertidur. Tempat tidur raffi berada disebelah kiri tempat tidur gigi dengan tirai diantara mereka.
 “loe sudah kabarin yang lain?” tanya deni.
“udah, gue udah bilang ke kia, kita sedang dirumah sakit. Mereka juga sedang dalam perjalanan kesini.” Jelas irwan. “baguslah” merekapun meninggalkan raffi dan gigi untuk mencari makan dan mengganti baju mereka. Beberapa menit kemudian nagita mulai bangun, ia mengosok matanya, seperti orang yang baru bangun dari tidurnya. Ia melihat tangannya yang terpasang infus dan memegang kepalanya yang terasa nyeri. Ia mulai mengumpulkan kesadarnannya untuk mengingat kejadian semalam. Tiba2 seorang perawat datang.
“eh, ibu nagita sudah bangun. Bagaimana perasaan ibu sekarang?” tanya perawat tersebut.
“baik. Em, suster, siaapa yang membawa saya kesini?”
“suami ibu. Beruntung banget ibu punya suami yang begitu khawatir pada ibu, saya jadi iri. Sekarang saya tambahkan vitamin kedalam cairan infus ibu. Kita observasi beberapa menit lagi. saya tinggal yah bu” jelas perawat tersebut sambil tersenyum.
“terima kasih” jawab gigi dengan senyumnya.
“itu pasti nanda. hahhhh” gumam gigi sambil menarik nafasnya. Diranjang sebelah raffi yang ternyata juga sudah terbangun, berdiri hendak melihat keadaan gigi. namun, ia yang hendak membuka tirai tersebut berhenti saat mendengar ucapan gigi. ia kembali duduk diranjangnya. Dengan tangan kanan yang dibalut, dan tangan kiri dengan infusan. Raffi membaringkan tubuhnya dan berusaha menutup matanya. Namun, ia kembali membuka matanya.
“hah, nanda” gerutu raffi pelan dan dengan kasar menarik selimut menutupi tubuhnya.
“ehm, mba Nagita!” panggil raffi dari balik tirai sambil menyamarkan suranya. Gigi yang mendengar suara raffi merasa aneh.
“iya, ada apa pak?”
“apa, anda sudah baik2 saja?” tanya raffi lagi dengan suara yang menyerupai sinchan.
“iya. Anda siapa?” tanya gigi mulai penasaran.
“saya, saya, pak ahmad. Iya pak ahmad. Saya tadi melihat anda dibawa kesini oleh seorang pria yang sangat tampan. Sepertinya dia suami anda?” ucap raffi lagi.
“nanda, oh, bukan. Dia bukan suami saya.” Ucap gigi dengan suara yang mulai melemah.
“tapi tadi saya dengar, katanya dia suami anda. Namanya tn. Raffi.” ucap raffi masih dengan suara sinchannya.
“siapa?” tanya gigi kaget.
“iya, namanya tn. Raffi. apakah dia bukan suami anda?” tanya raffi. namun gigi yang mendengar hal tersebut malah terdiam. Entah dia harus percaya atau tidak.
“mba nagita?” panggil raffi lagi.
“oh...raffi.... dia bukan suami saya” ucap gigi. raffi terdiam mendengar jawaban dari gigi.
“em, maaf, saya mau istrahat.” Ucap gigi, namun tidak ada jawaban lagi dari raffi.
***
Beberapa menit kemudian, irwan, deni, bily, shanti dan zaskia masuk ke igd.
“gigi, loe gak papa kan” tanya kia sambil memeluk gigi dengan wajah yang sedih.
“iya, gue gak papa ki...ki, mobil loe”
“loe masih sempet2nya mikirin mobil. Yang terpenting itu loe gak kenapa2. Mananya yang luka, untung loe gak knapa2 gi. Ya Allah” ucap kia yang terus memeluk gigi.
“udah ah,,kia” ucap gigi yang berusaha melepaskan pelukan dari zaskia.
“kata dokter gigi gak papa. Semua hasilnya bagus, hanya luka dikepalanya perlu dikontrol lagi.” ucap irwan
“jangan khawatir, gue yang bakal jadi dokter loe. Ok” ucap kia dengan semangat.
“iya, iya” jawab gigi yang mulai risih dengan pelukan berlebihan dari zaskia.
“nyokap, bokap gue gak tau kan ki, kejadian ini?”
“tenang aja, gak kok. Aman terkendali.” Jawab kia.
“em, dari semalem, gue itu udah bingung” ucap billy. Semunya pun berbalik menatap billy.
“bingung karena, pertanyaan gue gak pernah dijawab, itu aja” ucap billy yang mulai merasa aneh dengan tatapan teman2nya. Mereka pun kembali melihat gigi. billy hanya memanyunkan bibirnya dan menggaruk kepalanya.
“ngomong2, raffi mana?” tanya billy.
“oh ya Allah, hampir lupa si raffi” ucap irwan. diapun langsung membuka tirai yang memisahkan tempat tidur raffi dan gigi. gigi nampak kaget melihat pria yang tidur di tempat tidur sebelh kirinya.
“raffii” ucap gigi dengan tatapan kaget.
“oh, ya Allah bro, loe kenapa?” ucap billy yang langsung menggoyang2kan tubuh raffi. raffi langsung terbangun dan berteriak kesakitan saat billy menyentuh tangannya.
“billy tangan gue” omel raffi saat billy menganggu tidurnya. Raffi langsung terdiam saat melihat gigi menatapnya dengan tajam. Raffi mulai salah tingkah, ia pura2 berdehem dan langsung tidur dengan punggung membelakangi gigi.
“raffi, loe masih sakit” tanya irwan.
“iya, masih. Masih sakit. Gue mau tidur yang nyenyak” jawab raffi. gigi terdiam dan menarik nafasnya dengan dalam. Mengingat kejadian semalam, dan kebohongan konyol yang baru saja dilakukan raffi.
“loe gak tau gi, kalau raffi tidur disebelah loe?” tanya deni kepada gigi.
“gak, yang gue tau tn. Ahmad yang tidur disitu.” Jawab gigi, dan langsung menarik tirai pembatas tersebut. Raffi yang mendengar hal tersebut langsung memanyunkan bibirnya.
“tn. Ahmad. Maksudnya?” tanya deni. Semua menaikan bahunya. Tidak lama kemudian, dokter datang menghampiri raffi dan gigi. tidak tau apa yang sedang terjadi, dokter tersebut membuka tirai yang memisahkan antara raffi dan gigi dan berbicara ditengah mereka.
“ok, bagaimana ny. raffi dan tn.raffi? bagimana perasaan kalian?”tanya dokter tersebut.
“Alhamdulillah, saya sepertinya sudah boleh pulang dok” jawab gigi dengan senyuman.
“alhamdulillah. Kalau bapak raffi, bagaimana perasaan bapak saat ini?”
“udah enakan kok dok” ucap raffi memberikan senyum hambarnya dan kembali berbalik.
“baiklah. Kalau begitu saya bicara sama ny. Ahmad saja. Suster, tolong infusan ny. Ahmad dibuka, setelah itu, ny. Ahmad boleh bicara sama saya” jelas dokter tersebut. Gigi nampak bingung, ia berbalik melihat keadaan raffi. setelah dokter membuka infusan gigi, ditemani kia, ia menemui dokter jaga igd tersebut.
“em, jadi bagaimana dok?” tanya gigi.
“melihat latar belakang pendidikan ibu, saya pikir tidak sulit menjelaskannya.”
“oh, silahkan dijelaskan dok” ucap gigi
“anda, dalam kondisi yang baik, suami anda yang terlalu kepanikan semalem. Jahitannya bisa dikontrol 3 hari lagi. saya pikir anda sudah tau itu. Yang saya akan jelaskan kondisi suami anda. tn. Ahmad, ada retakan dilengan kanannya. Kami sudah melakukan bebat dan menggunakan arm sling. Saya pikir perawatannya anda sudah sangat tau. Selama satu minggu kita akan lihat perkambangannya. Jadi, dia akan sangat membutuhkan bantuan ibu dalam urusan kesehariannya.” Jelas dokter tersebut. Gigi masih nampak bingung, namun mengiyakan semua penjelasan dari dokter tersebut.
“jadi, kami sudah boleh pulang dok” tanya gigi.
“iya, silahkan. Ini obat buat keapotiknya, dan ini buat kekasirnya”
“terima kasih dok”
“sama2, cepat sembuh yah bu”
“biar gue sama yang lainnya yang ngurus ini. Loe istrahat aja, baring aja dulu. Ok!” ucap kia.
“makasih yah ki!” gigipun menuruti perkataan zaskia. Ia kembali berbaring sambil membelakangi raffi. raffi pun masih berbaring dengan memunggungi gigi.
“gi, ini ada bubur ayam, sarapan dulu gih” ucap billy sambil menyodorkan bubur ayam kepada gigi.
“makasih yah bil”ucap gigi.
“bro, bangun. Nih sarapan dulu” ucap billy
“males makan” jawab raffi. gigi menoleh kearah raffi, namun seperti tidak perduli ia melanjutkan makannya.
“makan atuh bro..kan lagi sakit” ucap billy lagi
“billy, jangan ganggu gue, gue mau tidur” uca raffi sambil menarik selimutnya dan langsung menutupi seluruh tubuhnya.
***
“oh iya, gue baru sadar. Naura mana?” tanya deni kepada zaskia dan santi.
“oh itu. Tadi kita pisah pas didepan rumah sakit. Katanya dia ada urusan mendadak. Jadi harus cepet pulang. Katanya titip salam aja sama gigi, semoga cepat sembuh” jelas santi.
“emangnya dia gak tau kalau raffi juga terluka?” tanya irwan.
“gak,,kita aja gak tau. Kan kalian bilang, gigi yang kalian bawa kerumah sakit. Jadi mana kita tau kalau rafi juga sakit. Oh, iya, kenapa bisa si raffi jadi kayak gitu? Terus kalian udah tau masalah yang sebenarnya terjadi gak?” tanya kia.
“nah itu dia. Sepertinya raffi ikut ngejar gigi. terus, kan gue udah bilang, kalau rem motornya udah aus. Kita pas lihat motornya, udah jadi bangke dijalan. Lihat raffi jalannya pincang sambil gendong gigi keluar dari mobil. Untuk kejadian pastinya sih, nanda yang paling tau. Soalnya kita ketemunya pas gigi udah gak sadar.” Jelas deni.
“coba kalian lihat raffi semalam. Sepertinya, dia sudah mulai mencintai gigi!” ucap irwan.
“bukan mulai lagi, udah cinta dia. Orang modelnya kayak gitu” tambah irwan.
“emang, raffi semalam kenapa?” tanya kia lagi.
“panik banget yang. Kayak giginya udah mau mati. Dia udah seperti orang gila. Semua bajunya dibuka buat nutupin gigi. sampai akhirnya dia gak pakai baju semaleman. Kita mau bantuin angkat gigi, dianya udah kayak gak bisa disentuh. Gigi hanya boleh disentuh ama dia. Ampe nanda pun diteriakin sama dia. Dia, semalem, udah Kayak orang kerasukan hantu kalau lihat nanda. empe berantem ama nanda, tonjok2an udah seperti mike tison sama muh. Ali. Beuhhh, parah si raffi semalem” jelas irwan.
“kakinya luka, berdarah, gak diperdiliin ama dia. Seumur2 gue temenan sama raffi, gue baru lihat dia seperti itu. Wan, pernah lihat dia nangis karena cewe gak?”
“gak”
“sama. Gue baru semalem lihat dia nangis. Gimana gak demam, semalaman gendong gigi dalam hujan, gak pakai baju pula. Wih, gila pokoknya” jelas deni.
“ampe segitunya. So sweet banget sih” ucap santi.
“yang, jangan khawatir, aku lebih sweet dibanding siraffi” gombal deni.
“keluarga tn. Raffi dan ny. Nagita” teriak salah seorang kasir.
“iya” jawab mereka serentak.
***
Setelah menyelesaikan semua urusan administrasi, mereka semuapun kembali ke igd.
“ok, kita udah boleh pulang. Tapi sebelumnya, ganti baju dulu fi, gi. Mau ditemenin siapa?” tawar deni.
“gue bisa sendiri, sini mana celanya, pakai celana saja!” raffi pun mengambil celana yang disodorkan irwan dan menggantinya dikamar mandi dengan sangat bersusah payah menggunakan tangan kirinya. sedangkan gigi mengganti bajunya ditemani oleh zaskia. Setelah semua selesai, mereka pun pamit untuk pulang. Raffi dan gigi naik ke mobil irwan dan zaskia. Di kursi belakang raffi dan gigi saling cuek dan buang muka. Irwan dan zaskia yang melihat kelakuan merekapun hanya bisa menggelang gelengkan kepalanya.
“udah makan belum fi” tanya irwan.
“belum” jawab raffi singkat.
“kalau loe gi?” tanya kia
“udah” jawab gigi singkat.
“loe, kenapa belum makan fi” tnya irwan lagi.
“gak laper” jawab raffi lagi dengan singkat.
“gak mungkin gak laper, loe kan semaleman kehujanan, belum makan apa2 lagi. pasti loe laper lah” ucap irwan yang membantah jawaban raffi.
“kan perut gue” ucap raffi lagi masih dengan posisi melihat keluar jendela.
“kok loe cuek gitu ama gigi” irwan mulai menggoda raffi. raffi melihat irwan melalui kaca depan mobil tanpa menjawab pertanyaan irwan.
“napa loe lihat gue kayak gitu?”
“pertanyaan loe aneh” jawab raffi.
“yah kan, masalahnya, semalem, gigi seperti gak bisa loe lepasin. Loe peluk, loe gendong, sampai panik banget. Kan aneh sekarang ngelihat kalian berdua kayak gitu” tambah irwan lagi. raffi nampak kesal dengan perkataan irwan. gigi menoleh melihat raffi, dan raffi mulai salah tingkah. Mencari jawaban untuk pertanyaan irwan.
“yah itu, itu kemanusiaan. Semua manusia akan seperti itu. Harus saling tolong menolong. Masa melihat, ada orang yang sekarat, kita biarin gitu aja. Kan harus ditolong” jelas raffi yang masih salah tingkah dan dengan suara yang sedikit gugup karena gigi sesekali melihat kearah raffi.
“oh gitu. Tapi semalam, ada nanda. kan nanda yang lebih dulu ada disitu dibanding loe” tambah irwan lagi, gigi kembali menoleh kearah raffi. raffi kembali salah tingkah, ia mulai gelisah dan mencari cara untuk membela diri.
“karena nanda bukan muhrimnya. Kalau ditanya mana keluarganya, nanda kan bukan keluarganya. Yah, walau bagaimanapun,,,aku kan....suaminya” jelas raffi lagi dengan terbata2.
“oh,,ya,,ya,, benar,,benar,,,semalam, hampir setiap detik ngomong ‘tolong selamatkan istri sya dokter, suster. Iya dia istriku saya suaminya’ berkali2 yah fi loe ngomong gitu.” Raffi yang mulai terpojokkan seperti kehabisan kata.
“bisa gak loe nyetir aja, gue ngantuk, gue mau tidur” ucap raffi sambil menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.
“iya, gue lupa, semaleman loe gak tidur karena gigi yah” goda irwan lagi.
“yaaaa, bisa diam gak, isssss” teriak raffi yang langsung menutupi tubuhnya dengan selimut.
“raffi, raffi,,hahahah” tawa irwan yang puas mengerjai raffi. sedangkan gigi masih diam sambil memandang keluar jendela mobil.
***
“istrahat yah fi, cepat sembuh” teriak irwan saat raffi langsung masuk kedalam rumah tanpa permisi.
“makasih yah wan, ki. Mobil loe, nanti gue yang urus.”
“udah, gak usah mikirin mobil. Lagian gue juga udah berencana buat ganti mobil kok.”
“gi, titip raffi yah. Dia memang suka seperti itu. Kita berdua tidak tau apa yang terjadi diantara kalian semalam. tapi, setelah melihat apa yang dilakukan raffi semalam sama kamu,,, Saya pikir, dia perduli sama kamu gi. Jadi, tolong, kalian barbaikanlah” ucap irwan kepada gigi. gigi memandang irwan dengan lekat.
“dia tau apa yang telah dia lakukan. Tapi jangan khawatir. Paling tidak aku masih memiliki rasa kemanusiaan” ucap gigi dan berbalik meninggalkan zaskia dan irwan.
“gi!” panggil zaskia.
“hm”
“raffi terjatuh dari motor saat mengejarmu” ucap kia sambil memberikan senyuman kecilnya.
“kita pulang dulu yah gi. Cepat sembuh” ucap irwan, dan merekapun berlalu meninggalkan gigi dengan sejuta tanya dibenaknya. Gigi meletakkan tas mereka diruang tamu, ia naik kekamar untuk membersihkan dirinya. Ia berusaha mengingat kejadian yang dialaminya semalam. Samar2 ia mengingat saat raffi memukul2 pipinya dengan wajah yang begitu panik. Ia mnarik nafasnya dengan panjang.
“ya Allah, apakah aku mencintainya. Kenapa ini begitu sangat menyakitkan. Aku ingin sekali tidak peduli padanya. Bisakah, aku menghilang sekarang” gigi mulai menitikkan air matanya sambil memeluk kedua lututnya.
***
Terdengar bunyi bel rumah mereka berbunyi. Gigi yang masih terlelap mulai mengumpulkan kesadarannya. Ia pun berjalan untuk melihat siapa tamu yang datang disore hari.
“mba gigi...lihat kita bawa si meli” ucap shahnas yang menunjukkan ikan dalam sebuah toples.
“oh, shahnas. Caca. Makasih. Kalian udah mau ngurusin meli” ucap gigi sambil mengambil toples meli.
“kepala mba kenapa? Kok diperban gitu?” tanya caca
“oh, ini.,,em, jatuh waktu naik kuda dipuncak, iya. Ayo masuk. Aduh, mba belum masak nih. Gak ada apa2 dirumah.” Ucap gigi
“kita tau gak ada apa2, makanya kita bawa makan!” ucap caca sambil menunjukan rantang makanan yang dibawahnya.
“iya mba, ini dari mama amy. Katanya kalian butuh makan yang banyak. Biar ponakannya cepet jadi” ucap shahnas dengan begitu bersemangat.
“oh yah, aa raffi mana mba?” tanya caca
“oh, raffi kelelahan, jadi dia lagi tidur” jelas gigi dengan gugup.
“ohhh” tiba2 raffi turun untuk mengambil minum, caca dan shahnas yang melihat kondisi raffi, menaikkan alisnya.
“itu aa raffi kan?” tanya shahnaz yang menunjuk kearah raffi yang sedang berusaha mengambil minum dengan tangan kirinya. Gigi yang nampak kaget melihat raffi yang turun dengan kondisi yang cukup membuat kedua anak itu panik.
“aa kenapa, itu mukanya, kenapa. Tangannya kenapa?” tanya shanas dengan panik.
“ia a, kok muka aa lebam2 gitu kayak habis ditonjokin. Ini tangan kenapa, lutut aa juga pake diperban segala. Emang mba gigi sama aa kenapa?” tanya caca yang tidak kalah paniknya. Gigi mulai bingung begitu pun dengan raffi.
“oh ini...emm,, mba gigi semalem mau dirampok. Akhirnya aa ngelawan perampoknya, jd kayak gini, hehehe” jelas raffi sambil terbata2.
“kata mba gigi, dia jatuh dari kuda” selidik caca.
“tapi, mba gigi kan gak bisa naik kuda, kok bisa jatuh dari kuda” tambah caca lagi.
“terus, yang benar, jatuh dari kuda atau karena perampok?” shahnas ikut menyelidiki.
“jadi gini, perampoknya naik kuda. Emm,,aa sama mba gigi juga naik kuda, aa yang bawa kudanya, eh, terus, perampoknya mau narik tas mba gigi...terus mba gigi langsung jatuh..terus, kepalanya luka,,,terus aa, ngelawan perampok itu, jadinya kayak gini,,hehehe” jelas raffi terbata2. Gigi yang mendengar penjelasan raffi hanya bisa menutup wajahnya dan menggelengkan kepalanya.
“aa sama mba gigi naik kuda. Mba gigi bawa tas. Emang aa sama mba gigi mau kemana?” selidik caca lagi.
“mau, em,,mau, kesupermarket, iya, mau beli cemilan” jelas raffi yang sangat tidak masuk akal. Gigi menepuk dahinya, tidak percaya dengan penjelasan raffi. caca dan shahnas mulai membayangkan.
“kok, kesupermarket naik kuda a?” tanya caca lagi
“buat irit bensin. Dan biar lebih romantis. Udah jangan tanya2 lagi. aa mau istrahat. Sana pulang” ucap raffi yang berlari naik kekamarnya.
“emang benar mba?”
“em”
“itu yang dibilang a raffi!”
“oh, itu,,hehe, iya,,,em,,,katanya biar romantis. Naik kuda. Hehe” jawab gigi dengan senyum hambarnya.
“wah, setelah dibayangkan, romantis juga yah cha, kesupermarket naik kuda sama pacar, sepertinya perlu dicoba,wahhhh” ucap syahnas yang mulai membayangkan.
“iy, bener juga. Kok bisa kepikiran yah a raffi. romantis” tambah caca.
“astaga,” gumam gigi seakan tidak percaya dengan kedua bocah yang bisa dengan mudah percaya cerita bohong yang hampir tidak masuk akal yang diceritakan oleh raffi.
“em, iya, terserah kalian kalau mau coba. Eh.. sana pulang, udah mau malam. Makasih makanannya yah. Sana pulang!” ucap gigi.
“jdi kita diusir nih” tanya caca
“iya”
“ciehhh, yang mau romantis-romantisan, ngerti deh, ahai” goda shahnas.
“iya,,iya,,sana pulang. Jangan bilang2 sama mama papa yah”
“ok, bye mba” ucap shahnas dan caca sambil mencium kedua pipi gigi.
“udah, udah, sana pulang. Hati2” setelah caca dan shahnas pulang, gigi termenung diruang tamu. Sesekali ia menarik nafasnya. Ia melihat kearah meli.
“hei, sayang, kangen gak sama mama. Ayo, kamu sekarang sudah pulang kerumah.” Gigi memasukan meli kembali kedalam aquariumnya.
“lama yah ditinggal mama” ucap gigi sambil memainkan dan memberi makan ikannya. raffi diam2 memperhatikan dari lantai atas, dengan pandangan sendunya, raffi pun ikut menarik nafasnya dengan dalam.
***
Ditempat lain nampak naura sedang duduk dikmarnya, sambil mengingat semua kejadian di vila, dan tanpa sadar air matanya pun jatuh membasahi pipinya. Ia menghapus air matanya, dan kembali melihat foto kenangan antra dirinya dan raffi.
“apa aku sudah kehilanganmu, raffi!” gumam naura.
***
Gigi terlihat sudah rapi keluar dari rumahnya. ia melajukan mobilnya. Sambil menyetir gigi nampak berfikir, memikirkan semua kejadian yang telah dialaminya dalam beberapa hari ini, ia sesekali menarik nafasnya sambil terus melajukan mobilnya. Sampai disebuah restoran tradisional, dengan pemandangan alam yang begitu indah dimalam hari.
“udah lama nunggunya ki?” tanya gigi kepada zaskia.
“baru, ini juga minuman pertama gue belum habis. Btw, kenapa loe ngajakin gue kesini. Bukannya loe cape. Itu kepala loe emangnya udah gak sakit lagi?” tanya kia.
“gak, pengen keluar aja. Lagi males ada dirumah. Pokoknya, loe harus nemenin gue malam ini, okey?”
“hah,,ah loe, ada2 aja. Terus siapa yang urusin si raffi?”
“emm,, oh,,itu..dia kan udah gede,,bisa urus dirinya sendiri.” Ucap gigi yang berusaha tidak perduli.
“tapi kan, dia lagi sakit gi”
“apa bedanya. Aku...aku sedang berusaha untuk tidak perduli padanya. Berusaha, mengembalikan semuanya seperti sedia kala” ucap gigi. ia masih berusaha mengeluarkan senyumannya yang begitu dipaksakan. Kia hanya mendengarkan dan menemani gigi makan dimalam itu.
***
“wah, kemana tu alien, apa dia pergi? Kabur dari rumah? Di culik alien sebangsanya? Kemana dia!” ucap raffi sambil mencari keberadaan gigi di setiap sisi rumah, sampai ia keluar dan melihat ke arah garasi mobil. Ia tidak mendapati mobil gigi. raffi menarik dalam nafasnya, ia mulai memegang perutnya. Sepertinya lapar mulai menderanya. Ia masuk kedalam rumah, mencari sesuatu yang bisa ia makan. Ia melihat diatas meja, dibukanya tutup nasi tersebut. Ia melihat, ayam goreng, daging semur, dan beberapa menu makanan yang dibawa oleh shahnas dan caca sore hari tadi. Gigi sudah begitu rapi menata makanan itu diatas meja. Terlihat senyuman kecil raffi. ia kemudian memakan makanan tersebut dengan susah payah menggunakan tangan kirinya. Tapi ia harus tetap makan karena harus meminum obatnya. Setelah makan ia melihat beberapa obat yang ada diatas meja, sepertinya gigi telah menyiapkannya. Setelah meminum obatnya, raffi terdiam, tergambar gurat kesedihan diwajahnya. Ia mengingat kata2 gigi sebelumnya.
“benar...benar sekali raffi. hatiku, adalah milikku sendiri. Aku bebas untuk menjatuhkannya kepada siapapun.dan aku, tidak perlu izinmu”
“aku tidak memiliki arti apa2 untukmu,,dan..”
“dan mulai saat ini, kamu juga tidak memiliki arti apa2 untukku”
“mulai saat ini, aku juga tidak akan memikirkanmu lagi. kamu, tetap akan menjadi orang asing bagiku.”
Raffi menarik panjang nafasnya. Gurat penyesalan nampak jelas diwajahnya.
***
“indah sekali gi, pmandangan dari sini indah banget” seru zaskia yang berada dari luar apartemen gigi. gigi hanya dia memndang kearah langit yang dipenuhi bintang malam itu.
“kok loe gak pernah bilang kalau punya aparetemen?”
“emang apa yang perlu dihebaohkan dengan mempunyai sebuah apartemen?”
“yah, bukan gitu juga. Tapi seengganya kan, kita bisa sering main kesini” gumam kia sambil memandang keindahan kota jakarta dimalam hari.
“emm, gi. Gue boleh nanya gak?”
“tanya aja!”
“itu, malam kemaren. Ada apa sih sebenarnya?”
“nanda nembak gue!” jawab gigi lantang
“hah,,,,nanda nembak loe?” wajah zaskia berubah kaget
“dihadapan raffi dan naura” jawab gigi masih dengan ekpresi yang datar
“apaaaaa,,,wah gila tuh si nanda. terus loe jawab apa? Tanggapan raffi gimana?” zaskia mulai menyelidiki
“raffi mengizinkan...dan, aku menerima nanda”
“hahhhh, maksud loe. Sekarang loe pacaran sama nanda?”
“mungkin”
“ini gila banget. Raffi pacaran sama naura. Loe pacaran sama nanda. sedangkan loe sama raffi berstatus suami istri. Ini yang salah apanya yah!” zaskia terlihat pusing memikirkan hubungan yang sedang terjalin antara raffi, gigi dan naura.
“tidak ada yang salah. Hah sudahlah” gigi menarik nafasnya dan memejamkan matanya.
“tapi,, kenapa loe pergi malam itu. Seperti orang yang melarikan diri” tanya zaskia mulai serius. Gigi langsung membuka matanya.
“entahlah ki. Ukupun bingung. Sebenarnya semua biasa saja. Sudah seharusnya, seperti diperjanjian yang kami buat. Boleh menjalin hubungan dengan siapapun, tidak berhak untuk melarang satu sama lain. Awalnya semua biasa saja. Malam itu pun aku berharap semuanya biasa saja,, tapi,, semua menjadi berbeda saat raffi memberiku izin. Menyakitkan, aku ingin semua kembali seperti dulu. Semuanya. Semua ini sudah salah sejak awalnya. Dan akan semakin salah. Aku ingin sekali tidak perduli padanya, tapi dia selalu membuatku menjadi perduli padanya. Disaat aku tidak ingin melihatnya, aku malah selalu melihat kearahnya, perduli, khawatir” ucap gigi. matanya mulai berkaca2, ia kembali memejamkan matanya.
“apa dadamu terasa sesak?”
“sesak? Hm,...semua menjadi gelap, mataku mulai panas. Oksigen seperti memenuhi semua rongga diparuku. Jantungku serasa mau meledak. Itu lebih dari sekedar sesak ki.”
“kamu tau apa yang sedang terjadi padamu?”
“entahlah. Perasaan apapun ini, aku berharap segera hilang dari hatiku.”
“kamu sedang merasakannya sekarang. Sebuah rasa yang begitu indah yang diciptakan Allah untuk dirasakan. CINTA. Kamu sedang jatuh cinta gi” ucap kia dengan senyuman kecilnya. Gigi terdiam, ia memndang kearah langit.
“jika ini CINTA, mengapa sesakit ini?” ucap gigi sambil memandang bulan dimalam itu. disisi lain raffi dari balkon kamarnya juga sedang memandang bulan dimalam itu dengan wajah yang sendu. Mencari jawaban akan rasa yang disebut CINTA.
***
“apakah banyak bukti foto dari liburan mereka di Vila?” tanya seseorang dibalik kursi besarnya.
“kami hanya merekam beberapa kejadian bos?” ucap seorang pria mirip preman sambil memperlihatkan beberapa rekaman kepada pria tersebut.
“ho..ho..jadi begitu yah, hmm. Cukup menghibur. Kita lihat, akan menjadi seperti apa nanti hubungan mereka. Sepertinya, semakin seru,,,hahahaha” pria itu tertawa puas dibalik kursinya.


To Be continue....2 hari lagi kita lanjutkan part 20 nya,,okay,,,maaf sudah menunggu lama. Jangan lupa comment dan likenya. Semoga terhibur.