Kamis, 14 Juli 2016


Ost part ini GAC – Cinta, Raffi Feat Nagita – Jika, Gamaliel – Terbang, Raisa-Kali Kedua.

“Dalam Diam Kau Curi Hati Ku”

Part 31

***
“ih, a raffi sama mba gigi lama banget sih. Ngapain sih mereka dihutan!” oceh shahnas yang mulai khawatir.
“bentar lagi nyampe kok nas! Sabar aja!” ucap billy. Selang beberapa menit, nampak raffi dan gigi keluar dari hutan sambil berpegangan tangan. Raffi masih menyalakan lampu hp nya.
“cie,,,cie,,yang udah bahagia!” goda deni.
“a raffi, kita harus segera pulang!” ucap shahnas yang mendekati kakaknya. Gigi pun nampak khawatir melihat shahnas menangis.
“aa,,,papa masuk rumah sakit. A robi menjual saham papa a.” oceh shahnas.
“apaa,,kamu tau darimana?” tanya raffi yang mulai khawatir.
“ada pak roni di depan. Ayo a kita pulang!” ucap shahnas lagi.
“robiiiii” geram raffi dengan marah. Ia mulai mengepal tangannya. Tiba-tiba tangan gigi memegang tangan raffi. raffi menoleh kearah gigi. gigi menatap raffi seakan memberi isyarat agar raffi tenang.
“tenang dulu. Kita pulang malam ini. kita kerumah sakit untuk lihat keadaan papa munawar dulu. Em!” ucap gigi. raffi hanya berusaha mengatur nafasnya.
***
“ayo a turun” ucap shahnas yang baru saja keluar dari mobil. Shahnas tanpa menunggu kakaknya langsung berlari masuk kedalam rumah sakit. Raffi hanya diam. Gigi menatap raffi yang masih terdiam.
“ayo kita turun” ucap gigi mengajak raffi untuk turun. Raffi hanya mengikuti gigi dan masih saja diam. Setelah sampai didepan ruangan papa munawar dirawat, raffi menghentikan langkahya. Gigi menatap lekat kearah raffi. raffi masih saja terdiam.
“kamu masuk saja duluan. Aku harus menyelesaikan semua ini!” ucap raffi yang melepaskan tangan gigi dan berlari meninggalkan gigi.
“raffiiii” teriak gigi. namun raffi terus berlari hingga hilang dari pandangan gigi. shahnas dan caca yang mendengar teriakan gigi langsung keluar dari kamar perawatan pak munawar.
“mba. A raffi mana?” tanya shahnas. Gigi nampak khawatir.
“nas, ca, jaga papa munawar. Mba mau nyari raffi dulu” ucap gigi, lalu berlari meninggalkan caca dan shahnas yang masih dalam kebingungan.
“gigi mau kemana?” tanya zaskia, yang baru saja datang bersama irwan, deni dan billy. Caca dan shahnas hanya menaikkan kedua bahunya dengan wajah khawatir.
***
“raffi,,,apa yang akan kamu lakukan!” gumam gigi sambil terus berusaha menelpon raffi. raffi memarkirkan mobilnya didepan perusahaan ayahnya. Seseorang berdiri dan menyambut kedatangan raffi.
“pak raffi!” sapa laki-laki stengah baya itu.
“pak guntur, bisa anda jelaskan apa yang sebenarnya terjadi?” tanya raffi dengan tatapan dinginnya. Pak guntur mengeluarkan laptop, dan dengan proyeksi menampilkan beberapa laporan kepada raffi, beberapa menit pak guntur menjelaskan keadaan perusaan ahmad group saat ini.
“jadi kesimpulannya, ahmad group sekarang, sudah menjadi milik roby.” Ucap pak guntur mengakhiri laporannya.
“jadi dia menukar, nama ayahku dengan namanya, dan ayahku tanpa sadar menandatanganinya?” ucap raffi.
“ia. Seperti itu tuan raffi.” jelas
“sepertinya, kita harus membukanya sekarang” ucap raffi menatap yakin kepada pak guntur.
“sepertinya” ucap pak guntur dengan senyuman kecilnya.
“segera adakan rapat pemegang saham besok pagi. kita harus menampar balik. Aku tidak akan memberi ampun lagi kepada robi.”ucap raffi lalu berdiri meninggalkan pak guntur.
“sepertinya ada yang datang tanpa diundang?” ucap seseorang kepada raffi saat hendak masuk kemobilnya. Raffi tau betul itu suara siapa. Ia menoleh dan melihat robi dengan tajam.
“hahhhhhh, bagaimana keadaan papamu?” tanya robi. Ia tidak sendiri, ia bersama beberapa orang dengan pakaian yang rapi.
“dia akan baik-baik saja” jawab raffi dingin.
“aku,,akhirnya,,berhasil,,mengambil semua milikmu,hah,,,ahahahah” tawa puas robi.
“benarkah. Apa kau tau, orang serakah sepertimu,,,tidak akan mendapatkan apa-apa.” Ucap raffi lagi. robi menatap raffi dengan tatapan menyindir.
“apa kau tidak tau, penyebab ayahmu dirawat?”
“aku tau. Ular sepertimu, dengan kelicikanmu, menipu, orang yang sudah baik padamu. Apakah, kamu bahagia dengan apa yang kamu peroleh? Sungguh menjijikkan” ucap raffi.
“yap...mungkin memang menjijikkan. Tapi aku berhasil, berkali-kali menyakitimu. Gigi meninggalkanmu pun karena aku. kamu tau kenapa? Tanpa kamu sadari, semua yang terjadi itu karena kamu.” Ucap robi sambil menatap tajam kearah raffi.
“apa,,,hahhhhh,,” raffi menatap robi dengan emosi.
“tentu saja. Kamu menyakiti gigi hingga dia meninggalkanmu. Berusha melindungi orang sepertimu. Sebanarnya, aku, sangat kasian kepada gigi. tapi,,yah, mau apa lagi. papamu,,jika kamu tetap diperusahaan ini, maka mungkin ini semua tidak akan terjadi. Intinya adalah, aku, bisa merebut semuanya, karena,,,,kamu tidak bisa,,,melindungi mereka” ucap robi dengan senyuman jahatnya.
“dan aku,,,tidak akan perduli!” tambah robi lagi. raffi mengepal tangannya, matanya mulai memerah. Robi melihat itu.
“wow,,,mau memukulku! Apa kau..” belum juga robi menyelesaikan ucapannya, satu pukulan melayang dipipi kanannya.
“ah sial...” robi menyapu darah yang keluar dari mulutnya.
“bos tidak apa-apa?” tanya kedua orang yang sedari tadi berdiri dibelakangnya.
“hei..” salah seorang mulai maju menghadapi raffi. raffi mulai memasang kuda-kuda, jika pemuda itu menyerangnya.
“berhenti. Dia urusanku!” perintah robi. Ia mulai berdiri menghadapi raffi.
“jadi kau ingin berkelahi!” ucap robi.
“aku benar-benar kasihan padamu!” ucap raffi.
“apa kau bilang?” tanya robi dengan wajah yang mulai berubah.
“aku, sangat kasihan padamu. Jadi kamu hanya menghabiskan waktumu untuk merebut semua yang kumiliki? Padahal jika kamu memintanya, maka akan kuberikan. Kedudukan sebagai CEO, akan kuberikan padamu. Kamu terlalu bermain-main dengan denganku.” Ucap raffi.
“jangan pernah kasihan padaku. aku, tidak perlu dikasihani olehmu!” ucap robi dengan wajah emosinya.
“berhentilah robi. Kamu sepupuku. Orang yang sedang kamu sakiti adalah keluargamu. Kumohon. Berhentilah!” ucap raffi dengan mata yang mulai berkaca2.
“apa....kamu yang berhenti. Berhentilah untuk selalu terlihat baik. Jangan berbuat baik padaku. apa kau pikir, itu akan merubah pikiranku?”
“tentu saja. Karena aku mengenalmu. Karena aku, adik sepupumu?” ucap raffi.
“berhenti mengatakan kau mengenalku. Berhenti membawa nama keluarga dalam masalah ini. kalau kita keluarga, semua ini tidak akan pernah terjadi” teriak robi.
“apakah ini semua masih berhubungan dengan papamu?” tanya raffi lagi.
“oh,,,,kamu mulai mengerti. Yah,,,aku akan mengembalikan nama baik papaku!” ucap robi.
“berhentilah menjadi seperti dia robi. Kamu bisa mnjadi orang yang lebih baik darinya” ucap raffi. tiba2 satu pukulan melayang dipipi raffi.
“itu masalahnya. Kalian semua, menganggap papaku adalah orang penjahat. Sampai dia meninggalpun kalian masih menganggapnya seperti itu!” teriak robi lagi.
“sadarlah robi.” Teriak raffi lagi.
“apa yang perlu aku sadari!” teriak robi dengan wajah yang memerah.
“kamu sekarang sedang menjadi dia. Apakah menurutmu berita tantang pembalikan nama itu tidak akan diketehui oleh keluarga kita dan orang banyak.” Teriak raffi lagi.
“berhenti untuk mengatakan ayahku sebagai orang jahat” ucap robi sambil mengangkat kedua kerah baju raffi. raffi menatap robi.
“robi, keluarlah dari kesepianmu. Carilah seseorang dan menikahlah!” ucap raffii. Robi nampak sangat geram.
“berhenti mengajariku. Apakah, aku harus menikahi mantan istrimu!” ucap robi. Raffi langsung membenturkan kepalanya kekepala robi.
“ahhhhh” teriak robi.
“kau boleh mengambil semua milikku. Tapi jangan berani menyentuhnya.” Ucap raffi. robi langsung berdiri dan kembali memukul wajah raffi. raffi kembali membalas pukulan robi. Beberapa pukulan robi berhasil ditepis oleh raffi. satu pukulan keperut robi, kewajah robi hingga ia terjatuh kelantai.
“bos,,,bos” teriak kedua pemuada itu.
“aku,,,,,sudah sangat ingin memukulmu sejak tau kamu yang membuatnya pergi” ucap raffi lagi.
“hajar dia!” perintah robi kepada dua orang pemuda itu.
“hoho,,,,jadi begitu. Ayo maju” tantang raffi. kedua orang itu pun mulai memukul raffi. namun raffi masih berhasil menepis beberapa pukulan mereka. akan tetapi, karena pukulan dari dua orang itu semakin bertubi-tubi, raffi akhirnya kewalahan, dan beberapa pukulanpun mendarat ditubuhnya dan membuat raffi terjatuh kelantai. Saat raffi terjatuh, kedua orang itu menendang tubuh raffi secara bergantian.
“mampus loe” gumam kedua orang itu seperti puas membuat raffi tidak berdaya.
“seharusnya loe jangan main-main sama gue raffi” ucap robi sambil membasuh darah yang keluar dari bibirnya.
“hei” panggil seorang wanita yang berdiri dibelakang robi. Saat robi berbalik, satu pukulan diwajah, diperut dan satu tendangan dikepalanya mampu membuat robi terduduk.
“sini kalian!” tantang gigi kepada kedua pria yang sedang menghajar raffi. gigi memperhatikan raffi yang sudah penuh dengan darah.  Ia melihat kearah mobil raffi dengan kunci yang menggantung dipintu mobil.
“sedang apa kalian. Cepat hajar wanita itu!” teriak robi dengan kesal. Kedua orang itu pun maju dan menghadapi gigi.
“yahhhh,,,,kalian mau kemana?” teriak raffi berusaha berdiri, dengan wajah yang sudah babak belur. Ia mulai berdiri dan memegangi perutnya. Gigi sesekali melihat kearah raffi.
“ayo cepat kesini!” ucap gigi sambil berjalan mundur. Membawa kedua orang itu lebih jauh dari raffi.
“hahahhh,,ngancam dia,,dasar per..” ucap salah seorang pria itu, namun gigi langsung melayangkan tendangan dikepalanya. Begitu pun dengan pria disebelahnya. Belum siap, namun gigi sudah melayangkan beberapa pukulan dan tendangan hingga mereka tersungkur kelantai. Saat melihat kedua orang itu terjatuh kelantai, gigi berlari kearah raffi yang berusaha mendekat kearahnya. Ia menarik tangan raffi dan memasukkannya kemobil. Robi yang berusaha mencegatnya, kembali mendapat tendangan dari gigi. ia lalu masuk kedalam mobil raffi dan mengunci pintu mobilnya. Kedua orang itu berusaha membuka pintu mobil raffi. namun gigi langsung menjalankan mobil tersebut, dan dengan cepat berlalu meninggalkan robi beserta anak buahnya.
“ahhhh sial,,,ahhhhhh” gerutu kedua pemuda itu.
“kalian memang gak ada gunanya. Ngadapin satu wanita saja gak becus.” Omel robi pada kedua bodyguardnya itu. Sementara raffi masih menatap gigi tanpa berkedip.
“bener-bener yah. Kalau mau mati, gak usah pakai acara berkelahi. Langsung main tembak-tembakan, jadi siapa yang duluan kena itu yang duluan mati.” Omel gigi kepada raffi. raffi masih melihat gigi dengan tatapan yang aneh.
“udah dibilang..tenang, ngadapin sesuatu itu, gak perlu dengan berkelahi. Kayak anak SMA aja” omel gigi lagi.
“sekarang bagaimana? Papa kamu dirawat, papa aku masih dirawat. Sekarang kamu yang mau dirawat! Bikin pusing aja!” omel gigi lagi. raffi masih melihat gigi sambil memanyunkan bibirnya.
“ayo kita kerumah sakit!” ucap gigi lagi.
“jangan!” ucap raffi.
“lalu bagaimana. Wajah kamu, lihat!” ucap gigi lagi.
“mama akan semakin khawatir kalau tau keadaanku seperti ini!” ucap raffi. gigi langsung memarkirkan mobilnya. Ia menarik nafasnya dengan dalam. Lalu kembali menjalankan mobilnya. Tiba didepan sebuah apotek, gigi memarkirkan mobil.
“tunggu disini” ucap gigi lalu turun dari mobilnya. Berselang beberapa menit, gigi kembali masuk kemobil dengan beberapa obat dan alat kesehatan yang baru saja dibelinya.
“jadi kita mau kemana? Emm,,kekamar hotelku atau ketempatmu” tanya gigi dengan canggung.
“jangan kekamar hotelmu. Itu didepan rumah sakit. Kita ke apartemenku saja” ucap raffi.
“hahhh,,ok. Tinggal arahkan jalannya.” Gigi kembali menjalankan mobilnya. Tidak cukup waktu yang lama mereka akhirnya sampai digedung apartemen yang cukup mewah dikawasan jakarta pusat. Setelah memarkirkan mobil. Gigi langsung turun. Ia lalu membuka pintu mobil raffi dan hendak membantu raffi untuk turun. Namun, raffi nampak berfikir.
“ayo sini. Aku bantuin turunnya!” ucap gigi, yang sudah mulai menunduk.
“aku masih bisa jalan kok!” ucap raffi lalu keluar dari mobil.
“dasar!” gumam gigi. raffi berjalan kedepan dengan wajah yang cukup khawatir. Sampai didepan pintu apartemen raffi. raffi tidak langsung membuka pintu apartemennya, ia melihat kearah gigi.
“apa? Cepet buka pintunya!” ucap gigi.
“kamu, bisa tunggu sebentar disini? Apartemenku sangat berantakan..hahah” ucap raffi berusaha memberikan senyumnya, namun ia memegang wajahnya yang masih sakit.
“tidak mengapa. Cepat buka.” Perintah gigi. raffi nampak begitu khawatir. Ia memasukkan kode untuk membuka pintunya, dan gigi melihat kode yang dimasukkan oleh raffi (17028788). Gigi hanya sedikit menaikkan alisnya. Raffi membuka pintu apartemennya dengan pelan, namun gigi langsung menerobos masuk. Ia melihat sekeliling apartemen itu. Nampak sangat rapi.
“apanya yang berantakan. Ini mah, rapi banget. Ayo cepat masuk. Badanmu harus cepat di obati!” ucap gigi. raffi hanya memaksakan senyumannya.
“cepet masuk!” perintah gigi yang melihat raffi hanya berdiri dibelakang pintu.
“kita harus ngompres luka kamu, sama air anget dulu. Aku bisa masak air disini kan?” tanya gigi. raffi hanya menganggukkan kepalanya. Gigi pun pergi kearah dapur dan mulai memasak air untuk raffi.
“kita butuh handuk, dikamar kamu!” ucap gigi yang berjalan hendak masuk kekamar raffi. raffi langsung berdiri dan mencegah gigi untuk masuk.
“aku saja yang ngambil. Butuh apa, handuk aja!” ucap raffi lalu masuk kekamarnya dan dengan cepat menutup pintu kamar itu.  Gigi nampak heran melihat sikap raffi.
“apaan sih dia,” gumam gigi. ia pun berjalan kedapur untuk melihat air masakannya yang sudah mendidih. Mencapurnya dengan air lagi agar menjadi hangat. Saat ia hendak membawa mangkuk yang berisi air hangat itu kedepan, ia berhenti melihat sebuah aquarium dengan dua ekor ikan didalamnya. Ia lalu menyimpan mangkuk itu diatas meja, dan memperhatikan kedua ikan didalam aquarium itu. Satu ikan yang nampak asing, dan satu ikan yang begitu ia kenal.
“hai meli. Apa kabar?” ucap gigi sambil mengembangkan senyumnya.
“apa handuk ini cukup!” ucap raffi. raffi nampak kaget melihat gigi yang sedang berbicara dengan ikan diaquarium itu.
“cukup!” ucap gigi lalu mengambil dua handuk yang dibawa raffi. satu berukuran kecil dan satu lagi berukuran besar.
“ayo duduk disini!” perintah gigi. raffi pun langsung mengikuti perintah gigi. gigi menarik sebuah bangku dan duduk didepan raffi.
“buka bajunya!” perintah gigi.
“emm?” gumam raffi. gigi langsung membuka kemeja yang dikenakan raffi.
“aku mau melihat lukamu. Baju dalamnya dibuka juga yah...ehem..” ucap gigi dengan ekspresi sedikit malu. Raffi hanya diam menahan rasa malunya. Ia lalu membuka baju dalam raffi. nampak beberapa memar dipunggung raffi. gigi menarik nafasnya.
“sebenarnya apa yang kamu cari disana?” tanya gigi sambil membasahi handuk ditangannya dan membersihkan beberapa luka diwajah raffi.
“aku kesana bukan mau bertemu dengan robi”
“lalu..knapa bisa ada perkelahian?”
“aku memang sudah ingin memukulnya, saat tau dia yang membuatmu pergi. Tapi, aku mengurungkan itu karena mengingatmu”
“terus, kenapa kamu tetap berkelahi dengannya?” tanya gigi lagi sambil terus membersihkan wajah raffi.
“dia kembali mengusikmu, dan aku tidak suka itu!” ucap raffi. gigi menghentikan aktifitasnya dan menatap raffi. dia menarik nafasnya dengan dalam.
“kamu sendiri,,,kenapa bisa ada disana?” tanya raffi.
“aku mencarimu. Karena aku tau hal itu akan terjadi. Tempat paling mungkin untuk menemukan kalian berdua adalah ahmad group. Aku bertanya pada satpam, dan katanya kamu sudah keluar dari kantor. Yah begitulah” jelas gigi, lalu kembali membersihkan luka raffi. setelah membersihkan dengan handuk ia mulai menggunakan kasa dan nacl yang baru saja ia beli.
“ahhhh,,,ahhhhh. Perih gi..pelan,pelan” omel raffi saat gigi membersihkan lukanya.
“makanya jangan berkelahi” ucap gigi lalu kembali membersihkan luka raffi.
“hahh,,ahhah” tiba-tiba raffi mulai tertawa.
“kenapa? Ada yang lucu?” tanya gigi.
“aku pikir kamu akan menjadi supergirl tadi. Ternyata, kabur! Ckck” tawa raffi. gigi yang kesal langsung menekan keluka raffi.
“awwww,,,gigiii” teriak raffi.
“kalau aku gak bawa lari kamu, mau mati sia-sia. Kamu aja gak bisa ngelawan itu dua cowo. Kamu pikir kayak di film-film, 1 cewe lawan 10 cowo, bisa mati semua cowonya. Hadeuh,,,,imposible. Emang aku wonderwoman.” Oceh gigi.
“hahah,,,tapi terima kasih yah...bagiku,,,,kamu itu emang wanita super,,,super segalanya.” Ucap raffi. sekali lagi gigi menekan luka raffi, yang langsung membuat raffi berteriak.
“aaaaaa,,,yah,,kalau gak ikhlas, gak usah dibersihin lukanya,,isssss” omel raffi.
“hadeuh,,,bener-bener yah. Emang kalau udah tabiat, susah dirubah!” omel gigi yang kembali membersihkn wajah raffi. ada beberapa luka lecet diwajahnya dan ada satu luka kecil terbuka dabagian kepalanya. Raffi hanya memanyunkan bibirnya. Setelah memberi salep dan menutup luka dikepala raffi, gigi langsung meraba dada raffi.
“yahhh,,kamu mau ngapain!” teriak raffi yang nampak histeris dan menutup kedua dadanya dengan kedua tangannya.
“astaga. Aku mau meriksa dada kamu. Kalau ada masa, berarti loe harus kerumah sakit. Jadi, gak usah pakai acara ditutup-tutupin. Buka!” perintah gigi. raffi pun dengan terpaksa membuka tangannya. Sesekali ia menelan ludahnya saat gigi mulai menyentuhnya.
“sakit gak?” tanya gigi. namun raffi hanya diam.
“sakit gak” tanya gigi sekali lagi dengan sedikit penekanan.
“emm,,gak!” ucap raffi tanpa memandang gigi.
“kalau sakit bilang. Sakitt?” tanya gigi.
“gak”
“sakit?”
“gak..ehem” ucap raffi sambil menarik nafasnya.
“bagus. Berarti gak ada apa-apa. Sekarang kita periksa belakang loe? Nanti kalau misalnya kamu pipis, terus warnanya merah, bilang ke aku yah!” ucap gigi lagi.
“iya,,,bawel. Cepetan periksanya!” omel raffi.
“dasar. Punggung loe. Sepertinya baik-baik aja. Loe mandi dulu, terus Kita olesin salep aja, biar memar sama bengkaknya cepet turun. Dan minum obat ini biar gak terlalu nyeri.” Ucap gigi lalu memberikan beberapa butir obat untuk diminum oleh raffi. raffi langsung meminum obat yang diberikan oleh gigi.
“bagaimana caranya aku mandi?” tanya raffi.
“emm,,,rambut sama muka kamu..em, atau kepala kamu gak usah dibasahin. Mandi pakai air hangar. Mau aku siapin?” tanya gigi.
“gak usah. Biar aku sendiri aja. Em,,kamu tunggu disini aja.” Ucap raffi yang nampak khawatir.
“emang kenapa? Kamu gak mau aku mandi dikamar mandi kamu?” tanya ggi.
“emm? Oh,,,kamu mau mandi juga?” ucap raffi yang nampak sangat lugu.
“yah iyalah raffi. yah udah aku mandi dikamar mandi luar aja!” ucap ggi lagi.
“gak usah, mandi dikamar mandi aku aja. Tapi setelah aku mandi. Tunggu disini. Jangan kemana-mana. Kalau mau makan, makanan ada dikulkas” ucap raffi lalu masuk kekamarnya.
“hufttt” raffi menarik nafasnya dan segera mengunci pintu kamarnya. Ia lalu melihat disekeliling kamarnya. Semua foto gigi, foto pernikahan mereka semua ada dikamar itu.
“aku harus segera menyembunyikannya.” Ucap raffi lalu menurunkan semua foto gigi. beberapa dimasukkan kedalam laci. Foto yang agak besar dimasukkan kedalam lemari bajunya. Beberapa ia masukkan kebawah ranjang.
“ok...udah beres. Sekarang ayo kita mandi!” ucap raffi yang menarik nafasnya dengan lega. Gigi membuka pintu balkon apartemen dan membiarkan udara malam masuk. Ia kembali masuk kedalam dan melihat meli yang berenang bebas dengan senyumannya.
“hai meli. Apa dia mengurusmu dengan baik? Sepertinya begitu. Karena kamu nampak sangat bahagia!” gumam gigi yang nampak bahagia melihat ikannya.
“siapakah dia. Maukan kamu memperkenalkannya padaku?” tanya gigi kepada ikan lain yang ada diaquarium itu. Beberapa menit, raffi keluar dengan mengenakan celana pendek dan handuk yang dilingkarkan kelehernya.
“udah selesai. Kemari, biar aku olesin salepnya!” ucap gigi. raffi pun mendekat kearah gigi. gigi mengoleskan salep dipunggung raffi.
“cukup.”
“makasih” jawab raffi singkat.
“apa sekarng aku boleh mandi?” tanya gigi.
“iya. Handuk yang baru, sudah ada dikamar mandi” jawab raffi dengan gugup.
“ok” ucap gigi.
“apa kamu mau teh?” tanya raffi masih dengan wajah yang gugup.
“boleh” ucap gigi sambil melemparkan senyumnya lalu segera masuk kekamar raffi.
“ya Allah, kuatkan hamba!” gumam raffi sambil memegang dadanya. Gigi yang berada dikamar raffi melihat kesekelilingnya.
“bersih banget nih kamar” gumam gigi. ia lalu segera masuk kekamar mandi.
Raffi yang berada diluar sedang membuat teh untuknya dan gigi.
“aduh, kenapa aku gak ngambil baju sih tadi. Apa gue masuk aja yah. Dia belum selesai mandi kan!” ucap raffi. setelah meletakkan dua gelas teh dimeja. Ia mengetuk pintu kamarnya.
“giiii” panggil raffi. namun tidak ada jawaban.
“berarti dia masih dikamar mandi kan!” gumam raffi meyakinkan dirinya. Ia menarik nafasnya dan membuka pintu kamarnya dengan pelan.
“ahhh, aman” gumam raffi yang tidak mendapati gigi didalam kamarnya.
“giiiii?” panggil raffi.
“iya,,ada apa fi?” tanya gigi dari balik kamar mandi.
“gak, aku,masuk kamar, mau ngambil baju. Mau ngasih tau aja!” ucap raffi yang nampak gugup.
“yah udah. Sekalian ambilin baju buat aku yah” ucap gigi yang tiba-tiba keluar dari kamar mandi, dengan handuk melilit ditubuhnya, dan rambut basah terurai. Raffi terdiam melihat gigi yang sekarang berdiri dihadapannya.
“raffii” panggil gigi. raffi menelan ludahnya, dan berusaha mengatur nafasnya.
“em,,,i,,iya. Mau pakai baju apa, kaos apa kemeja?” tanya raffi dengan membuang pandangannya dari gigi. ia melihat kearah lemari sambil terus menarik nafasnya.
“em,,,baju kemeja aja” ucap gigi.
“oh,,iya” jawab raffi yang mulai salah tingkah. Ia lalu membuka pintu lemari disebelahnya, dan tiba-tiba saja, foto yang berusaha disembunyikan raffi jatuh keluar.
“ah,,seat,,,” gerutu raffi, yang berusaha memasukkan foto-foto itu. Gigi yang melihatnya datang mendekati raffi.
“itu foto pernikahan kita?” tanya gigi. raffi nampak salah tingkah.
“ah,,,oh,,,emmm,,,ia,,ahahah. Ini,,,em,,daripada rusak dirumah itu, jadi,,,aku menympannya disini,,ahahah” jelas raffi dengan tawa yang nampak sangat dipaksakan. Raffi segera memasukkan foto-foto itu. Gigi hanya melihat raffi dengan bingung..
“eh,,,,ini bajunya. Ada lagi?” tanya raffi yang masih salah tingkah. Ia bahkan tidak berani menatap gigi.
“ada handuk lagi gak? Buat ngeringin rambut aku.” tanya gigi.
“oh,ada,,bentar!” ucap raffi yang masih salah tingkah. Ia membuka salah satu laci dilemari itu, dan lagi-lagi, foto yang disembunyikannya jatuh.
“seatttt” gerutu raffi..
“ahahahah,,,emmm” tawa hambar raffi, seperti sudah tidak bisa menjelaskan apa-apa lagi kepada gigi.
“ini handuknya. Em,,,” ucap raffi, yang masih nampak grogi.
“celana?” tanya gigi lagi.
“oh,,,celana,,,emm,,,,aku tidak punya yang kecil untukmu.” Ucap raffi sambil melihat kearah lemarinya.
“celana pendek yang biasa kamu pakai...itu juga boleh!” tambah gigi. raffi masih nampak salah tingkah. Ia kembali membuka laci yang berisi celana pendeknya. Disana nampak ada foto gigi. raffi segera menyembunyikannya.
“ahahahah,,,em,,,eh,,,mau yang warna apa?” tanya raffi dengan salah tingkah.
“putih juga boleh.” Tambah gigi lagi. raffi segera mengambil celana yang berwarna putih, lalu menyerahkannya ke gigi.
“ini...emmm,,aku tunggu diluar. Em,, buat minum teh! Eh,,,,em,” ucap raffi yang msih sangat grogi. Ia lalu menutup lemarinya.
“em,,gi,,,aku suka kalungmu,,” ucap raffi sambil menunjuk kalung dengan inisial ‘A’ yang melingkar dileher gigi. raffi tersenyum malu, begitupun dengan gigi.
“aku keluar dulu” ucap raffi. gigi hanya menganggukkan kepalanya. Raffi lalu keluar dari kamarnya.
“aduh,,sial banget sih..malu banget” gerutu raffi pada dirinya sendiri. Gigi yang melihat raffi meningglkan kamar itu hanya tersenyum sendiri.
“ahahah,,raffi,,raffiii,,,masih aja!” ia lalu membuka lemari raffi. dia melihat beberapa foto yang disembunyikan raffi. gigi hanya tersenyum geli melihat foto-foto itu. Ia lalu mengeluarkannya, memperhatikan didinding dikamar itu, nampak sangat jelas, bekas ukuran foto didinding kamar raffi. ia membuka foto2 yang berusaha disembunyikan raffi. semua foto dirinya. Gigi terus tersenyum.
“dasar...raffi,,raffi” ia duduk dimeja raffi untuk mengeringkan rambutnya. Ia membuka laci meja milik raffi. terdapat foto dirinya dan raffi. ia mengeluarkan foto itu dan meletakkannya diatas meja.
“manis banget” gumam gigi sambil tersenyum.
“jadi papa udah baikan. Magh kronis. Em,,,baguslah. Aa akan kekantor besok” ucap raffi pada shahnas dibalik telpon.
“papa munawar baik-baik aja fi?” tanya gigi yang berada dibelakang raffi. raffi nampak kaget.
“em,,nas udah dulu. Nanti aa telpon lagi!” ucap raffi.
“aa sama mba gigi?” tanya sahahnas dari balik telpon. Namun raffi segera mematikan HP nya tanpa menjawab pertanyaan shahnas.
“ah,,,em,,,iya. Kata shahnas, papa hanya magh kronis aja. Mungkin karena stress.” Jelas raffi. raffi kembali terdiam, melihat gigi yang ada didepannya, dengan mengenakan kemajanya dan celana pendek miliknya, cukup membuat raffi sesak nafas. Gigi memperhatikan bajunya.
“ada yang salah dengan bajuku?” tanya gigi yang nampak bingung.
“gak ada kok. Kayaknya yang salah bukan sama kamu, tapi ada yang salah denganku. Em,,,diminum tehnya gi. Keburu dingin.” raffi meneguk tehnya dengan sekali tegukkan.
“emang udah gak panas!” gumam gigi. ia lalu meneguk teh yang telah dibuatkan oleh raffi.
“panas,,,kok,,,” gumam gigi yang bingung melihat tingkah raffi.
“jadi..kapan kamu mau melihat papa munawar?” tanya gigi.
“em? Oh,,,nanti aja. Aku harus menyelesaikan masalah ini dulu.” Ucap raffi yang terus menundukkan pandangannya dari gigi.
“memang apa yang akan kamu lakukan?” tanya gigi lagi.
“Robi tidak akan memiliki ahmad group. Wakti itu ahmad group pernah terpuruk. Aku memasukkan sebagian besar sahamku kesaham papaku tanpa sepengetahuan papa. Jadi, besok dirapat direksi, aku akan membawa semua bukti itu. Dan aku pun sudah menyiapkan pengacaraku. Sehingga, jika dibagi dua, saham milik papaku, sebagian besar adalah milikku. Jadi, tanda tangan papaku, akan menjadi tidak sah. Dan robi tidak akan memiliki ahmad group. Aku tau dia akan melakukan ini.” jelas raffi.
“Alhamdulillah kalau begitu. Lalu, aku khawatir dengan, apa yang akan dilakukan robi” ucap gigi lagi.
“tidak usah khawatir. Aku mengenalnya. Dia adalah orang yang baik. Sampai papanya meninggal, dia berubah menjadi seperti itu. Dia tidak akan berani mencelakaiku lebih dari ini. jika dia mau, dia bisa saja membunuhku dari awal. Tapi dia tidak melakukannya. Akupun tidak akan melakukan hal yang salah lagi, seperti yang dilakukan keluargaku kepada ayahnya. Aku hanya akan mengembalikan milik papaku. Dan akan memberikan sesuatu, yang seharusnya menjadi miliknya. Perusahaan dibandung, itu akan menjadi miliknya. Nanti, aku akan bicara dengan papa.” Jelas raffi lagi.
“oke. Aku senang mendengarnya. em,,,sudah malam, aku mau tidur duluan” ucap gigi yang nampak grogi.
“em,,,yah,,kamu boleh memakai kamarku.” Ucap raffi memasuki kamarnya diikuti oleh gigi.
“em,,,kamu boleh tidur diranjangku. Aku hanya akan mengambil bantal dan selimut. Lalu aku akan tidur di sofa. Em,,,selamat malam” ucap raffi yang masih salah tingkah sambil memeluk bantal dan selimutnya.
“selamat malam” jawab gigi sambil tersenyum malu. Raffi hanya menatap gigi tanpa bergerak. Gigi menatap raffi yang masih terdiam.
“em,,,hahaha,,,aku akan keluar. Selamat malam” ucap raffi lagi dengan senyum malu.
“selamat malam” awab gigi lagi. raffi pun berjalan hendak keluar dari kamarnya.
“em,,kalau butuh sesuatu. Tudak usah sungkan untuk membangunkanku!” tambah raffi lagi dengan senyuman malunya.
“oke, terima kasih” jawab gigi lagi. raffi terus memperhatikan senyum gigi.
“ok” ucap raffi lalu berbalik dan berjalan kearah ppintu.
“raffi!” panggil gigi. raffi segera berbalik.
“iya”
“terima kasih telah merawat meli dengan baik” ucap gigi.
“oh,,si meli. Em,,karena dia juga makhluk hidup, jadi, aku tidak tega meninggalkannya sendiri dirumah itu. Entar dia ketakutan lagi. dan,, em,, kita harus menjadi manusia yang berperikemakhlukhidupan. Makannya aku membawanya kesini. Aku juga membawakannya teman, agar dia tidak kesepian. Iya, seperti itu” jelas raffi yang masih nampak malu-malu.
“iya,,,terima kasih” jawab gigi lagi dengan senyumannya.
“oke,,aku keluar dulu. Em,,” ucap raffi sambil berjalan mundur dan terus melihat gigi dengan senyuman malunya.
“em,,,aku keluar dulu. Selamat malam” tambah raffi lagi sambil terus berjalan mundur.
“selamat malam!” jawab gigi lagi dengan tersenyum.
“mimpi yang indah” tambah raffi lagi.
“iya,,mimpi yang indah” jawab gigi lagi. akhirnya raffi sampai didepan pintu.
“pintunya aku tutup yah” ucap raffi lagi. gigi hanya menganggukkan kepalanya.
“selamat malam!” ucap raffi lagi.
“iya, selamat malam raffi” jawab gigi. raffi pun akhirnya menutup pintu kamarnya. Ia menghembuskan nafasnya, dan memegang dadanya.
“apa yang barusan saja terjadi. huftttt” raffi memegang dadanya sementara gigi hanya tertawa melihat tingkah raffi.
“raffi,,,rafii,,hahaha” gumam gigi sambil tertawa. Ia lalu naik keranjang raffi, namun senyum kebahagiaan nampak jelas diwajahnya. begitupun dengan raffi. dengan senyum dibibirnya, ia melompat dan berbaring disofanya.
“selamat malam gi. Hahhhhh, malam yang indah!” ucap raffi lalu memejamkan matanya.
***
Pagi pun menjelang. Terdengar samar-samar oleh raffi, seseorang yang sedang memasak didapurnya. Ia mencyium wangi masakan. Namun ia masih enggan untuk membuka matanya. Ia teringat bahwa gigi sedang  ada diapartemennya. Ia langsung membuka matanya. Bangun dan berjalan menuju kearah dapur, didapati gigi yang sedang memasak didapurnya. Senyuman simpul mengembang dibibirnya.
“kamu sudah bangun!” tanya gigi yang mendapati raffi sedang melihatnya.
“em,,tidurmu nyenyak?” tanya raffi.
“yaps. Bagaimana dengan lukamu? Masih sakit?” tanya gigi lagi.
“oh, em,,sedikit” jawab raffi sambil terus tersenyum.
“jam berapa rapatnya?” tanya ggi lagi.
“sekitar jam 09.00.”
“sekarang sudah jam 07.00. sebaiknya kamu mandi dan segera bersiap-siap” ucap gigi.
“baiklah. Em,,,apa aku boleh mencuci rambutku?” tanya raffi.
“yaps, kali ini boleh. Setelah mandi, akan kubersihkan lagi lukamu.” Ucap gigi lagi.
“ok.” Ucap raffi lagi. masih nampak kekakuan diantara mereka berdua. Beberapa menit, raffi telah selesai mandi, gigi pun telah selesai menyiapkan sarapan untuk mereka.
“kamu akan membersihkan lukaku sekarang?” tanya raffi kepada gigi.
“iya..aku cuci tangan dulu.” Setelah cuci tangan, dengan posisi yang sama seperti semalam, gigi mulai membuka perban dan membersihkan luka raffi.
“emm,,,kamu dapat telor dari mana?” tanya raffi.
“Aku menyuruh kurir untuk membelikan telur.” Jawab gigi.
“oh” ucap raffi singkat.
“kenapa bisa tidak ada telur dilemari esmu?” tanya gigi.
“aku tidak pernah lagi makan telur dan ayam, setelah kamu pergi” ucap raffi lagi. gigi terdiam dan menatap raffi. raffi menatap gigi.
“cepat bersihkan! Ini” ucap raffi manja, sambil memajukan mukanya.
“apa sekarang, kamu masih tidak mau memakannya?” tanya gigi lagi.
“aku akan memakannya.”
“kalau, kamu tidak mau. Kamu boleh membuang telurnya” ucap gigi lagi.
“aku akan memakannya. Mulai dari sekarang. Karena, aku tidak akan merasa sedih lagi.” ucap raffi sambil menatap gigi. gigi pun menatap raffi. beberapa detik, gigi hanya tersenyum, dan memalingkan pandangannya.
“ayo kita sarapan. Setelah itu, bersiaplah untuk kekantor” ucap gigi sambil merapikan meja durang tamu raffi. raffi hanya tersenyum. Merekapun berjalan kemeja makan. Masih dengan sikap yang kaku.
“em,,,ayo makan.” Ucap gigi. raffi pun tersenyum dan mulai memakan, masakan gigi. nasi goreng, rasa dan warna yang sama. Spesial telur ceplok, yang biasa dibuatkan gigi dulu. Raffi melahap masakan gigi sampai habis.
“wow,,,tumben,,biasanya suka ngomel.” Ucap gigi, yang nampak heran melihat raffi.
“emm,,,entahlah. Tiba-tiba, ini menjadi nasi goreng terenak yang pernah kumakan.” Ucap raffi. ia langsung berdiri dan masuk kekamarnya. Gigi hanya tersipu malu, dan kembali memakan makanannya. Setelah makan, gigi mulai membersihkan dapur raffi dan mencuci piring. Raffi keluar dengan pakaian yang sudah rapi. Jas hitam, dan kemeja merah maron.
“aku berangkat yah gi!” pamit raffi.
“raffi” panggil gigi sambil mengeringkan tangannya. Iapun berjalan kedepan tempat raffi berada.
“ada apa?” tanya raffi.
“emm,,kapan kamu akan ketemu sama papa munawar?” tanya gigi.
“oh,,itu,,emm,,,nanti saja. Aku harus menyelesaikan masalah ini dulu” jawab raffi.
“em,,,secepatnya. Kalau bisa secepatnya raffi. ketemulah sama papa munawar. Lalu minta maaflah.” Ucap gigi.
“hahh, kenapa aku harus minta maaf” ucap raffi lagi.
“raffi...karena kamu anaknya. mau sebenar apa pun dirimu, kamulah yang harus memulainya. Pergi temui papa munawar, dan minta maaflah kepadanya. Karena, aku tidak akan berani untuk menemui papa munawar dan mama amy, kalau kamu belum berbaikan dengan papamu. Aku mohon raffi. temuilah papamu?” ucap gigi dengan serius. Raffi hanya diam dan menatap gigi.
“aku pergi dulu. Doakan semuanya berjalan dengan baik! Assalamualaikum” ucap raffi dan berjalan keluar. Gigi hanya menarik nafasnya dengan dalam.
“dasar keras kepala!” gumam giigi.
***
“memang kenapa lagi harus diadakan rapat direksi?” tanya robi kepada pak guntur.
“ini permintaan semua pemegang saham. Untuk menentukan siapa yang akan menjadi pemegang saham tertinggi sekaligus direktur utama Ahmad Group” jelas pak guntur.
“memang apa yang harus ditentukan lagi. bukankah itu sudah jelas.” Ucap robi lagi.
“kalau pun itu anda, sekalian kita akan melantiknya” jelas pak guntur lagi.
“oh,,,baiklah!” ucap robi lagi.
“tapi, ada apa dengan wajah anda?” tanya pak guntur, yang melihat lebam diwajah robi.
“bukan urusan anda!” jawab robi.
“pak,,semua pemegang saham sudah siap diruang rapat!” ucap seorang wanita kepada robi dan pak guntur.
“silahkan pak robi!” ucap pak guntur mempersilahkan. Robipun berjalan diikuti oleh para sekutunya.
Pak robi melihat kesekitar, mencari keberadaan raffi.
“apa rapat bisa kita mulai sekarang?” tanya seseorang yang berusia hampir sama dengan pak munawar.
“tentu saja, mari kita mulai. Semua pemegang saham sudah datang semua” ucap robi.
“tunggu sebentar. Satu orang belum datang” ucap pak guntur.
“memang siapa lagi pemegang saham diperusahaan ini?” tanya robi lagi dengan kesal. Tiba-tiba pintu ruang rapat itu terbuka. Nampak raffi diikuti oleh pengacaranya masuk keruang rapat, dan langsung berdiri didepan kursi utama. Robi dan koleganya nampak kaget dengan kedatangan raffi.
“maaf, aku datang terlambat. Maaf telah membuat kalian menunggu” ucap raffi dengan sopan.
“apa yang kamu lakukan disini?” tanya robi dengan wajah yang kesal.
“meluruskan kesalahpahaman yang terjadi.” Jawab raffi.
“kesalahpahaman apa pak raffi? bukankah sudah jelas, bahwa pak munawar, dengan sukarela menyerahkan ahmad group kepada pak Robi. Bukankah karena anda tidak ingin ikut campur lagi dengan perusahaan ini.” ucap seseorang yang mendukung robi.
“sekarang jadi terlihat jelas, siapa yang berhati busuk,,dan juga seorang penjilat, tuan Andreas” ucap raffi lagi.
“apa maksud anda” ucap pria itu yang nampak marah dengan ucapan raffi.
“sebenarnya kami belum mengerti, mengapa pak munawar bisa melakukan ini. padahal kami selalu mendukung setiap ide yang dibuatnya” ucap seorang pemegang saham yang lain.
“sebaiknya kamu keluar saja raffi. kamu tidak punya kepentingan disini” ucap robi.
“tentu saja aku punya kepentingan. Bagaimana bisa, kamu menempati kedudukanku!” jelas raffi,
“kedudukanmu!” geram robi.
“biarkan pengacara saya, yang menjelaskan semuanya. Silahkan pan dwi!” ucap raffi mempersilahkan pengacaranya untuk bicara.
“selamat pagi semuanya. Sepertinya semua sudah mengetahui siapa saya. Saya Dwi Hasono, pengacara dari Ahmad group. Saya akan menjelaskan, saham yang ada diperushaann ini, beserta presentase dan pemegang saham tertinggi. Hal tersebut akan menentukan, siapa yang akan menjadi pemimpin perusahaan ini. kita mulai dari yang paling bawah” jelas pengacara itu. Semua memperhatikan dengan seksama, termasuk robi yang nampak sangat khawatir. Pak Dwi pun menjelaskan panjang lebar tentang pemegang saham di Ahmad Group.
“semuanya sudah jelas?” tanya pak dwi
“iya, cukup, memang segitu” ucap pak andreas.
“baik, kita langsung kepemegang saham utama. Pak Munawar.” Ucap pak dwi.
“tentu saja, dan itu sudah dialihkan kepadaku.” Ucap robi.
“ada satu hal yang perlu anda ketahui tuan Robi, termasuk kepada pemegang saham di perusahaan ini. ini, didalam Flash ini, terdapat data rahasia perusahaan, dimana yang mengetahuinya, hanya pemilik saham tertinggi. Satu tahun lalu, Ahmad group, pernah mengalami keterpurukan, sehingga, tuan Munawar meminta bantuan investasi lain dari perusahaan Garmen Tekstil Indonesia, yang waktu itu bersedia membantu dengan syarat, yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Dimana kesepakatannya, saham pak munawar tetap menjadi 60%, dengan bagian 40% untuk investasi yang dilakukan oleh pemimpin Garmen Tekstil Indonesia. Dengan kata lain, pemilik Garmen Tekstil indonesia memiliki andil yang lebih besar dari pak Munawar. Oleh karena itu, tuan Raffi Ahmad sebagai pemilik Garmen Tekstil indonesia, yang juga ikut memiliki bagian saham dari tuan Munawar, memiliki hak untuk membatalkan kesepakatan yang telah dibuat oleh pak munawar. Olehnya itu, tanda tangan pemindahan hak atas saham tuan munawar, karena tidak mendapatkan persetujuan dan Tuan Raffi Ahmad, maka dimata hukum, persetujuan tersebut dianggap tidak sah. Oleh karena itu, Ahmad Group tetap dimiliki oleh pemegang saham terbesar diperusahaan ini, karena pak munawar sedang sakit, maka semuanya dialihkan ke tangan Tuan Raffi Ahmad” jelas pak Dwi dengan lantang.
“tidak mungkin” geram robi yang nampak sangat marah.
“silahkan mencari ahli hukum yang memiliki pendidikan paling tinggi tuan robi. Siapapun itu, tidak akan bisa membenarkan pengalihan jabatan Anda” jelas pak Dwi. Robi yang nampak sangat kesal, keluar dari ruang rapat dengan wajah yang sangat marah. Ruang rapatpun menjadi sangat ramai, raffi berdiri dan mengikuti robi keluar.
“robi” panggil raffi. robi menghentikan langkahnya.
“kau puas sekarang? Kau berhasil mengalahkanku lagi. selamat” ucap robi dengan emosinya, dan berjalan hendak meninggalkan raffi.
“a robi!” panggil raffi. robi menghentikan langkahnya. Mata raffi mulai berkaca2.
“berhenti memanggilku dengan panggilan itu” ucap robi tanpa menoleh kearah raffi.
“a robi. Raffi mohon. Berhentilah. raffi tau semua salah. Apa pun yang raffi katakan akan tetap salah. Raffi mohon, maafkan untuk semuanya. Raffi minta maaf, untuk semua, untuk semua yang pernah kami katakan tentang papa a robi. Raffi mohon, maafkanlah!” mohon raffi. robi tidak menjawab apapun dan berlalu meninggalkan raffi sendiri. Raffi hanya menyapu air matanya dan terdiam memikirkan semua yang telah terjadi.
***
“benarkah. Jadi, semua sudah kembali normal?” ucap pak munawar kepada seseorang dibalik telpon.
“syukurlah. Terima kasih pak guntur!” ucap pak munawar lalu mematiikan HP nya.
“ada apa pa?” tanya mama amy kepada pak munawar.
“semuanya sudah kembali seperti semula ma.”
“Alhamdulillah. Mama ikut senang pa” ucap mama amy lalu memeluk suaminya itu. Shahnas dan caca yang baru datang membawa makan siang untuk mama amy hanya bingung melihat pak munar dan mama amy yang menangis sambil tersenyum.
“orang tua loe belum gila kan nas?” bisik caca kepada shahnas.
“apaan sih loe!” jawab shahnas.
“sayang,,,kalian udah datang.” Tanya mama amy.
“mama gak papa?” tanya shahnas.
“gak syang.”
“tante, kita bawain makanan. Tante jangan sedih lagi.” tambah caca.
“gak sayang. Kalian ini. perusahaan papa sudah kembali normal seperti semula.” Ucap mama amy.
“bener ma? Aaaaa” teriak shahnas.
“wahhh,,,Alhamdulillah” ucap caca yang juga ikut senang.
“bagaimana kabar papa kamu sayang?” tanya papa munawar kepada caca.
“Alhamdulillah, papa udah mulai jalan. Papa malah mau kesini, tapi dimarahin sama mama” jelas caca. Shahnas dan mama amy hanya tertawa.
“bagaimana dengan gigi?” tanya mama amy.
“mba gigi sedang a raffi?” ucap shahnas.
“masa sih!” mama amy nampak kaget.
“iya ma. Semalem, a raffi nelpon nanyain kabar papa, terus, nanas denger suara mba gigi. dia bersama dengan mba gigi...cccc” jelas shahnas dengan serius.
“dasar anak itu, dia kan harus nikah lagi sama gigi. hadeuh, mama jadi pusing” gumam mama amy. Tiba2 pintu kamar pak munawar terbuka. Nampak raffi berdiri sambil menundukkan kepalanya. Semuanya menjadi diam.
“sayang, ayo kita makan diluar!” ucap mama amy kepada shahnas dan caca. Mama amy memegang bahu raffi. pak munawar melihat anaknya itu dengan tatapan yang sulit diartikan.
“duduklah” ucap pak munawar. Raffi berjalan masuk dan duduk di sofa dekat dengan ranjang pak munawar. Raffi memberanikan diri untuk menatap papannya.
“bagaimana keadaan papa?” tanya raffi yang nampak canggung.
“sudah semakin membaik.” Jawab pak munawar.
“baguslah!” ucap raffi singkat.
“terima kasih, untuk apa yang sudah kamu lakukan untuk Ahmad Group” ucap pak munawar.
“bukankah papa yang mengajarkan itu. Untuk selalu menyimpan rahasia dalam sebuah bisnis” ucap raffi sambil terus menunduk.
“baguslah. Papa sudah percaya padamu” tambah pak munawar.
“raffii,,raffi minta maaf pa. untuk semua yang pernah raffi katakan pada papa. Maafin raffi pa” ucap raffi tanpa menatap papanya. Pak munawar langsung berdiri dan mendekati anaknya itu.
“berdirilah” perintah pak munawar. Raffi pun akhirnya berdiri dihadapan papanya. Pak munawar langsung memeluk anaknya itu. Anak laki2 satu2nya.
“maafkan papa. Maafkan papa, jika terlalu keras mendidikmu. Papa hanya ingin kebahagiaan untuk kalian. Papa ingin, kamu bisa melindungi mama, shahnas dan juga keluargamu kelak. Karena kamu, adalah laki-laki. Anak laki-lakiku. maafkan papa raffi” ucap pak munawar sambil membelai kepala anak yang tingginya sudah lebih darinya. Mata raffi berkaca2. Untuk pertama kalinya, ia merasakan kembali kehangatan dari pelukan papanya. Raffi pun membalas pelukan papanya dengan hangat. Mama amy, shahnas dan juga caca yang melihat dari balik pintu pun ikut terharu.

Teman-teman sekalian, nanti aku lanjutin lagi yah,,,tiga hari lagi deh, soalnya udah malem nih,,,,heheheh, semoga suka yah, ini udah mau ending. Rencana gue mau buat cerbung yang baru, dengan cerita yang baru. Idenya udah ada diotak gue. Tapi mau namatin cerbung ini dulu. Heheh.

Preview untuk part 32.
“em,,,raffi mau bilang sesuatu kepapa” ucap raffi yang nampak sangat takut, didampingi oleh gigi disebelahnya.
“aa mau bilang apa?” tanya pak gideon.
“emmm,,tapi sebelumnya maafin raffi pa” ucap raffi yang langsung berlutut  memohon didepan papanya.
“raffi jangan seperti itu! Ayo bangun!” ucap gigi menyuruh raffi bangkit. Namun raffi tetap pada posisinya.
“kamu mau bilang apa raffi. kalian kenapa? Cepat bangun” tanya pak munawar yang nampak khawatir.
“raffi!” ucap gigi, yang juga akhirnya berada pada posisi yang sama dengan raffi.
“gigi mohon. Jangan pukul raffi om!” mohon gigi yang juga akhirnya ikut berlutut mengikuti raffi.
“sayang bangun.” Ucap pak munawar kepada gigi.
“sayang, kalian kenapa?” tanya mama amy dan shahnas yang baru saja sampai dirumah.
“pa,,,em,,,raffi,,,raffi,,,gigi,,,gigi” grogi raffi.
“a raffi atau mba gigi!” campur shahnas.
“diam nas!” ucap raffi.
“aa kenapa? Gigi sayang jangan berlutut kayak gitu” tanya mama amy.
“anak mama udah mulai gila kayaknya!” ucap pak munawar.
“gigi sedang hamil anak raffi!” ucap raffi dengan cepat. Pak munawar terdiam dengan wajah yang nampak sangat syok, begitu pula dengan shahnas dan mama amy.
“ahhhh,,sudah aku bilang kan fi” ucap gigi pelan kepada raffi.
“apa kamu bilang barusan!” tanya pak munawar kepada raffi.
“em,,raffi hamil anak gigi,,em,,maksud raffi,,gigi hamil anak raffii” ucap raffi sekali lagi. pak munawar jongkok dan menatap dengan lekat wajah anaknya itu.
“apaaaaaaaa” teriak pak munawar. Raffi menjauhkan wajahnya dari wajah papanya.
“anak kurang ajar!” teriak pak munawar yang hendak memukul raffi.
“pa,,jangan pa!” ucap gigi yang menghalangi tubuh raffi dengan tubuhnya.
“sayang. Kamu bangun, jangan duduk dibawah. Duduk disini. Jagain cucu papa. Papa harus berurusan dulu sama dia. Yah,,,duduk disini. Jangan kemana2. Ma, nas, jagain gigi!” ucap pak munawar yang begitu lembut pada gigi. mama amy memeluk gigi, begitupun dengan shahnas yang nampak sangat senang.
“raffi juga boleh dong pa!” ucap raffi yang hendak duduk dikursi sebelah gigi.
“siapa yang nyuruh kamu duduk,,hahhh” satu pukulan melayang dibahu raffi.
“ahhh,,sakit pa,,,” teriak raffi yang memegang bahunya.
“segitu sakit,,kamu ini,” pak munawar hendak memukul raffi lagi.
“sebentar pa,,tahan dulu” ucap raffi menyuruh papanya untuk berhenti sebentar.
“sayang,,,aku akan kembali,,jaga anak kita!” ucap raffi kepada gigi, sambil memegang perut gigi.
“anak kurang ajar!” ucap pak munawar yang langsung memukul pundak raffi dengan majalah yang sedang dipegangnya.
“sabar pa!” ucap raffi lagi.
“sabar kamu bilang,,,siapa yang ngajarin kamu kayak gitu” omel pak munawar lagi.
“iya,,raffi tau,,,udah pa,,,” ucap raffi yang langsung lari. Pak munawar langsung mengejarnya.
“mau lari kemana kamu?” ucap pak munawar sambil membawa majalah ditangannya.
“maafin raffi pa!” teriak raffi ditengah pelariannya.
“rafffiiiii” teriak pak munawar.
“maaf pa” teriak raffi yang terus berlari.

Ok,,,sampai jumpa dipart selanjutnya.

Sabtu, 04 Juni 2016

My Imagination "Dalam Diam Kau Curi Hati Ku" Part 30

Ost part ini Ari Lasso – Tuhan Kau tahu (ost Raffi), Geisha-Tak kan pernah ada (ost Gigi), Raffi, Nagita – Jika.

“Dalam Diam Kau Curi Hati Ku”

Part 30

“kamu mencintaiku?” tanya raffi, gigi hanya mengeluarkan senyumannya. Raffi menggenggam tangan gigi.
“apa kamu mencintaiku?” tanya raffi lagi.
“apa kamu sangat ingin mendengarnya?” tanya gigi lagi. raffi tersenyum dan menggukkan kepalanya. Tiba2 gigi mengecup bibir raffi. raffi nampak kaget, sedangkan gigi hanya tersenyum.
“aku mencintaimu raffi ahmad, sangat mencintaimu!” ucap gigi, raffi langsung tersenyum dan memeluk gigi. dia memeluknya dengan sangat erat.
“katakan sekali lagi!” ucap raffi. gigi melepaskan pelukannya.
“tidak ada siaran ulang!” ucap gigi,
“aku mohon.” Mohon raffi,
“aku mencintaimu raffi,,aku mencintaimu!” ucap gigi lagi, raffi tersenyum senang, dan langsung mendaratkan ciumannya dibibir gigi. gigi berusaha melepaskan ciiuman raffi.
“aku belum memberimu izin untuk menciumku” ucap gigi yang mendorong tubuh raffi dan tersenyum nakal. namun raffi hanya tersenyum jahil dan kembali mencium bibir gigi. gigi hanya tersenyum dan membalas ciuman raffi. beberapa menit raffi mencium gigi. raffi mulai melepaskan ciumannya, meyatukan dahinya dengan gigi, ia membuka matanya dan menatap gigi dengan senyuman dibibirnya. Begitupun dengan gigi. ia menatap raffi dengan senyuman mengembang dibibirnya. Raffi tersenyum malu sambil menggenggam kedua tangan gigi, menautkan jari2 mereka sambil menggoyang2kannya. Raffi menyium dahi gigi beberapa detik, lalu melepaskannya, ia tersenyum malu kembali sambil menundukkan kepalanya. Gigi menatap raffi sambil tersenyum geli melihat tingkah raffi.
“kamu kenapa. Mukanya kok merah gitu!” goda gigi sambil berusaha menaikan wajah raffi yang tertunduk malu. Raffi hanya tersenyum malu sambil sesekali melihat kearag gigi.
“yah ampun. Kamu imut banget sih!” goda gigi sambil menyubit kedua pipi raffi. raffi menaikkan alisnya, dengan ekspresi tidak suka memperlakukannya seperti itu.
“apa2an sih, imut...” ambek raffi.
“iya...imut banget!” godak gigi yang kembali mencubit pipi raffi dengan gemesnya.
“lepasin. Aku gak imut. Tapi tampan!” ucap raffi sambil menaikturunkan kedua alisnya. Tangan mereka kembali bertautan.
“apa kamu tidak merindukanku?” tanya raffi kepada gigi.
“emmmmmm,,,,,,bagaimana yah!” jawab gigi sambil berfikir. Wajah raffi kembali berubah.
“yah,,,,masa kamu tidak merindukanku?” ucap raffi dengan bete sambil melepaskan kedua tangan gigi. gigi hanya tersenyum jahil dan memeluk kedua leher raffi yang mulai membelakanginya.
“suka banget sih ngambek. Senyum atuh!” goda gigi kepada raffi. raffi mulai tersenyum, dan berbalik memeluk gigi dan menggelitiknya.
“rasaain nih....ahhhh”
“ahhh raffi,,,,geliiii,,,ahahahah,,,raffi” teriak gigi kepada raffi yang terus menggelitknya hingga mereka berdua jatuh keair. Gigi bangun dari air dan mengatur rambutnya dan menyapu wajahnya. Raffi kembali menatap gigi tanpa berkedip. Gigi memiringkan kepalanya dan menaikkan kedua alisnya, tiba2 raffi hendak memeluk gigi, namun gigi segera berenang menjahi raffi. ia yang berenang menjahi raffi, kembali bangun dan melihat kearah raffi. raffi hanya tersenyum melihat tingkah gigi.
“bisa gak kejar gue?” tantang gigi sambil memanggil raffi dengan jari telunjuknya. Raffi tersenyum jail dan mulai berenang mengejar gigi.
“awas yah...” ucap raffi. merekapun mulai kejar2an didalam air, sesekali raffi menangkap gigi, namun gigi tetap bsa melepaskan diri dari raffi.
“ahahahah, hadeuh....cemen!” ucap gigi menggoda raffi yang tidak bisa menangkapnya.
“awas yah kamu,,,” raffi kembali mengjar gigi, dan akhirnya dapat menangkapnya.
“nah, nah,,,mau lari kemana lagi!” ucap raffi yang memeluk gigi dari belakang dengan erat.
“ahahaha,,,” tawa gigi. raffi terus tersenyum, ia memeluk gigi dengan erat. Dagunya ia letakkan dibahu kanan gigi, hingga pipi mereka saling menyentuh. ia mulai memejamkan matanya, merasakan kehangatan yang sangat ia rindukan. Seperti dapat merasakan perasaan raffi, gigi hanya diam sambil memegang tangan raffi yang melingkar diperutnya. Gigi mulai menoleh kearah wajah raffi. terus menatapnya. Raffi masih saja memejamkan matanya dengan senyum dibibirnya. Tiba2 ia membuka matanya, dan mendapati gigi yang sedang menatapnya. Gigi yang merasa ketahuan tersipu malu dan kembali melihat kedepan. Raffi memegang dagu gigi dan mengarahkan wajah gigi untuk kembali melihat kearahnya. Raffi mengembangkan senyumnya sambil menatap wajah gigi. ia mulai membelai pipinya, alisnya, matanya dan sampai pada bibir gigi. ia menikmati setiap lekukan wajahnya. Tangan raffi memegang dagu gigi, mengarahkan wajah gigi untuk mendekatinya. Satu kecupan mendarat dipipi kanan gigi. Raffi kembali menatap gigi, gigi hanya tersenyum. Raffi kembali mendekatkan wajahnya kewajah gigi, tinggal beberapa cm lagi, bibir raffi akan mendarat dibibir gigi.
“awwwwww” teriak shahnas yang tiba2 terjatuh dari balik pohon ke dalam air. Caca hanya menutup kedua matanya. Raffi dan gigi yang kaget karena teriakan shahnas, tiba2 langsung saling menjauh.
“nas loe gak papa?” teriak caca dari atas. Shahnas yang baru muncul dari dalam air, hanya tersenyum melihat gigi dan raffi.
“kalian ngapain disana?” tanya raffi. caca dan shahnas hanya tersenyum geli.
“kamu gak papa nas?” tanya gigi yang nampak khawatir.
“gak papa kok mba” ucap shahnas sambil tersenyum. Gigi tersenyum lega.
“astahgfirullah...siapa tadi yang teriak!” tanya zaskia yang baru saja datang karena mendengar teriakan shahnas.
“oh....shahnas jatuh dari sini.” Jelas caca sambil menunjuk tempat shahnas terjatuh.
“kalian ngapain disitu? Katanya mau pipis tadi!” ucap zaskia lagi.
“ia mau pipis,,,,udah dari pipis tadi” jelas shahnas yang merasa malu karena ketahuan mengintip raffi dan gigi. gigi yang merasa malu mulai naik kedarat. Raffi hanya melihat kearah gigi yang mulai menjauhinya.
“mau kemana gi?” tanya raffi.
“mau bersihin diri, sama ganti baju!” ucap gigi dengan wajah malunya, lalu berjalan masuk ke villa. Raffi hanya memandang gigi yang berjalan menjauhinya dengan wajah seperti tidak ingin ditinggalkan. Caca, shahnas, billy, deni dan irwan tersenyum geli melihat raffi dan gigi. zaskia berlari masuk kevilla mengikuti gigi. sedangkan irwan, dan deni berjalan mendekat kearah air.
“sepertinya,,,,ada yang udah baikan nih!” goda irwan kepada raffi.
“yah udahlah. Orang mereka udah peluk2an sama cium2an” tambah caca.
“yah,,,jadi kalian....astaga!” teriak raffi pada caca dan shahnas.
“owhhh,,jadi gitu. Berarti udah gak ada lagi nih, raffi yang galau! Ahahah” tambah deni diikuti tawa oleh shahnas, irwan dan caca.
“apaan sih” ucap raffi menyembunyikan rasa malunya dan mulai berenang.
“yang kamu gak papa?” tanya billy yang berenang mendekati shahnas. Shahnas mulai memanyunkan bibirnya dan seperti hendak menangis.
“ini, lutut nanas sakit.” Manja shahnas kepada billy. Raffi menaikkan alisnya dan sedikit bingung melihat tingkah shahnas dan billy.
“ngapain loe bil?” tanya raffi kepada billy.
“oh,,gak kok fi..emmmmm” grogi billy.
“sana,,sana,,,jangan gangguin adik gue!” ucap raffi yang mendorong tubuh billy untuk menjauhi shahnas. Billy hanya menarik nafasnya dan dengan tampang sedihnya berusaha melihat shahnas yang ditutupi oleh raffi. raffi menoleh kearah shahnas, shahnas hanya menyembunyikan wajahnya. Raffi melihat dengan penuh selidik kearah billy.
“ehemm,,,ada yang ketahuan nih” goda caca. Raffi menatap caca, sedangkan shahnas menatap caca dengan tatapan mengancam.
“daripada kalian semua bete, mendingan kita mandi!” ucap deni, dan mulai menceburkan dirinya kembali ke air.
“giiii, jadiiiiii” selidik zaskia dengan wajah penasaran.
“jadi apaan!” ucap gigi sambil mencari handuk yang dibawahnya.
“loe sama raffi,,,gimana?” tanya shahnas lagi.
“jadi apanya?” tanya gigi lagi.
“dasar loe. Pura2 gak ngerti. Itu,,,udah selesai belum masalah kalian?” tanya zaskia lagi.
“masalah apa?” tanya gigi berusaha menghindari pertanyaan zaskia.
“hadeuh,,udah bersama lagi atau belum!” tanya kia kesal.
“emmmmmm,,gimana yah!” ucap gigi sambil tersenyum malu lalu masuk kekamar mandi.
“yah,,,jangan ngambang gitu jawabannya!” ucap zaskia didepan pintu kamar mandi.
“kia ih,,,malu tau!” ucap gigi dari dalam kamar mandi.
“kalian udah baikan? Tinggal jawab iya atau tidak. biar jelas. Dasar loe!” ucap zaskia lagi dengan wajah ingin taunya. Namun tidak ada jawaban dari gigi.
“gigi,,,iya atau tidak?” tanya zaskia sekali lagi. masih tidak ada jawaban dari gigi.
“ah, tau ah. Nyebelin banget sih” ucap kia bete lalu hendak keluar dari kamar gigi.
“iya ki” ucap gigi yang keluar dari kamar mandi dan menatap zakia dengan malu. Zaskia menoleh kearah gigi, dan dengan wajah bahagianya mendekati gigi.
“beneran. Si raffi sudah bilang cinta sama loe?” tanya zaskia lagi. gigi hanya tersenyum malu dan menganggukan kepalanya. Zaskia tiba2 melompat kegirangan dan memeluk sahabatnya itu.
“gigiiii,,,akhirnyaaaaa!” ucap zaskia sambil memeluk gigi. gigi hanya tersenyum dan membalas pelukan sahabatnya itu.
***
Hari mulai sore, zaskia dan gigi sedari tadi ttidak keluar dari kamar. Irwan dibuat bingung karena istrinya tidak keluar juga dari kamar bersama gigi. raffi yang sudah mengganti baju dan memakai baju irwan, juga ikut duduk disamping irwan. sementara billy, caca dan billy sibuk menyiapkan makan untuk mereka. mereka sedang membakar beberapa ekor ikan. Sambil bercanda, billy yang selalu menggoda shahnas dan caca yang merasa bete karena tingkah billy dan shahnas.
“yah,,,kalian kenapa memandang villa seperti itu?” tanya deni yang menghampiri irwan dan raffi sambil ikut melihat kearah villa.
“dia ngapain sih didalam kamar. Pintu pakai acara dikunci lagi. huftttt” ucap irwan sambil mengertutkan alisnya. Raffi hanya memonyonkan bibirnya. Irwan melihat kedua sahabatnya itu dengan pandangan menyelidiki.
“owh...zaskia ninggalin loe? Wkwkwk” ucap billy. Irwan menatap deni dengan kesal.
“kalau loe?” tanya deni kepaada raffi.
“em,,,,gak,,,gue cuman nemenin irwan doang!” ucap raffi. irwan dan deni melihat kearah raffi. raffi nampak grogi dilihat oleh kedua sahabatnya itu.
“loe nungguin gigi keluar kan?” ucap irwan, raffi nampak kaget.
“em,,gak kok.” Ucap raffi menyembunyikan rasa groginya.
“emmmm,,,loe daritadi gak mau cerita sama kita. Loe udah baikankan sama gigi?” ucap deni lagi.
“oh,,,emmmm,,,,eh,,,ya iyalah. Kita kan harus baikan. Masa mau marahan mulu” ucap raffi lagi.
“sudah mengungkapkan perasaanmu?” tanya irwan lagi. raffi nampak gugup.
“emm,,,heheh” raffi hanya memberikan senyuman malunya kepada raffi.
“ahhhh,,dasar loe!” ucap deni sambil memiting kepala raffi.
“aaaaaa,,,deni sakit” ucap rafffi yang berusaha melepaskan diri dari deni. Irwan hanya tersenyum melihat kelakuan dua sahabatnya itu.
“lalu apa yang mereka berdua ceritakan didalam yah!” ucap irwan lagi sambil menarik nafasnya.
“entahlah. Wanita memang cukup ribet” tambah raffi.
“sana loe panggil gigi. biar dia lepasin istri gue!” ucap irwan lagi.
“ahhh,,,apaan. Nanti juga keluar sendiri” ucap raffi.
“bukannya loe juga ingin ketemu gigi?” tanya deni.
“emmm,,,yahhhh,,,gue kan baru ketemu juga sama dia. Biarin aja dia bersama zaskia!” ucap raffi lagi.
“ohhh...btw, siapa yang duluan ngungkapin perasaan?” tanya deni lagi.
“ah,,oh,,emmmm,,,yah dialah. Dia selalu merindukanku.” Ucap raffi bohong sambil tersenyum bangga.
“gak percaya gue!” tambah deni lagi.
“kita sebagai pria, jangan terlalu memanjakan wanita. Kita harus sedikit cold.” Ucap raffi lagi.
“ohhhhh,,begitu!” ucap irwan yang melihat seseorang dibelakang raffi.
“berarti,,,loe akan bersikap seperti itu kepada gigi?” tanya irwan kepada raffi.
“yahhh,,,,kita jadi pria, jangan takut pada wanita. Wanita yang harus mengikuti kita. Begitulah!” ucap raffi dengan bangga. Gigi hanya menganggukan kepalanya. Zaskia hanya tersenyum geli.
“eh, sayang udah selesai lepas kangen sama gigi?” tanya irwan yang langsung berdiri dan menghampiri istrinya. Deni menahan tawanya. Sedangkan raffi terpaku, tidak berani untk berbalik kebelakang.
“maaf meminjam istrimu terlalu lama!” ucap gigi sambil tersenyum.
“it’s ok” jawab irwan.
“em,,,gue, mau ngelihat, masakan itu anak2” ucap deni yang berdiri lalu meninggalkan raffi sendiri yang masih terpaku.
“ayo sayang. Kita menyiapkan makanan” ucap kia yang mengedipkan matanya kepada gigi dan meninggalkan gigi bersama raffi. raffi masih saja membelakangi gigi.
“mampus gue!” gumam raffi pelan dengan wajah khawatirnya.
“kamu gak mau makan?” tanya gigi. raffi memberanikan diri barbalik memandang gigi.
“ahahahah” tawa raffi yang nampak dipaksakan. Dengan dingin dan tanpa senyuman gigi menatap raffi.
“emmmm,,,kamu mendengar semuanya?” tanya raffi dengan wajah khawatir.
“bagian yang mana?” tanya gigi lagi.
“ahh”
“bagian yang kamu bilang aku yang mengungkapkan perasaan pertama kali, atau aku yang selalu merindukanmu, atau, wanita jangan terlalu dimanjakan, atau bagian...” belum juga gigi menyelesaikan kata2nya raffi langsung berlutut dengan wajah memohon.
“maafkan aku,,,emmm,,,,,,aku hanya,,,,maafkan aku gi!” ucap raffi sambil menundukkan kepalanya. Gigi hanya tersenyum geli melihat tinkah raffi.
“ngapain tuh si raffi? lihat tuh kakak kamu nas?” semua orang melihat kearah raffi dan gigi. sontak, irwan, deni dan zaskia tertawa terbahak-bahak.
“wkkkkkkk,,,rasain loe!” ucap deni.
“raffi,,,raffi. ahahah” tambah irwan. caca, shahnas dan billy hanya mengerutkan dahinya.
Masih dengan posisi yang sama, kadang2 raffi mencoba memandang gigi. gigi mulai jongkok hingga dapat memandang wajah raffi.
“kamu gak mau makan?” tanya gigi lembut.
“emm,,,mau” jawab raffi pelan.
“masalah itu nanti kita bahas. Sekarang, ayo kita makan dulu!” ucap gigi.
“iyaa” ucap raffi seperti anak yang baru saja dimarahi ibunya.
“ayo kita makan fi!” ucap irwan melihat raffi dan gigi berjalan mendekati mereka. raffi masih menundukkan kepalanya. Mereka duduk disamping villa. Raffi duduk berdampingan dengan gigi, billy berdampingan dengan shahnas, irwan berdampingan dengan zaskia. Caca duduk disamping gigi, sedangkan deni disamping billy.
“ayo kita makan!” ucap caca denga bahagia. Billy memotong ikan sangat besar dan diberikan keshahnas.
“yahhhh,,itu terlalu besar billy” omel caca.
“itu masih banyak.” Jawab billy.
“ayo makan.. yang banyak!” ucap billy kepada shahnas. Raffi mengerutkan dahinya dan memperhatikan shahnas dan billy. Gigi memperhatikan raffi yang melihat shahnas dan billy.
“ada apa?” tanya gigi kepada raffi.
“em,,,gak.” Ucap raffi.
“ayo makan!” ucap gigi menyendok beberapa sendok nasi kepiring raffi.
“cie,,cie,,,aa,,ihihihi” ucap shahnas menggoda kakaknya. Raffi hanya melototkan matanya dan berbalik tersenyum kepada gigi.
“ehem,,,” deni berdehem dan menggoda raffi. raffi mulai memakan makanannya. Mereka mulai berbincang ringan bersama sambil tertawa.
“jadi gi, selama tiga tahun itu loe di landon?” tanya irwan.
“iya!” jawab gigi.
“banyak cowo cakepnya kan disana mba?” tanya caca lagi.
“emmm,,,lumayan!” jawab gigi, raffi melihat kearah gigi dengan tatapan tidak suka.
“selama disana loe pernah pacaran gak gi?” tanya deni. Raffi memandang deni dengan tajam. Deni tidak menghiraukan raffi.
“em,,,gak pernah. Gue fokus sama kuliah, setelah kuliah selesai, diterima bekerja disalah satu rumah sakit disana, dan,,tidak pernah ada waktu untuk itu” jelas gigi.
“bagus...” ucap raffi dan memberikan senyumnya kepada gigi.
“apanya yang bagus?” tanya gigi kepada raffi.
“gak” ucap raffi lalu melanjutkan makannya.
“beneran gak ada cowo yang suka sama loe?” tanya deni lagi, raffi kembali menatap deni dengan tatapan tajam.
“ada sih..beberapa orang.” Jawab gigi. raffi mentap gigi dengan penuh tanya.
“lalu?” tanya kia lagi.
“emmm,,,tidak ada yang mempesonaku!” jawab gigi lagi.
“owhh,,,” ucap kia lagi.
“lalu laki2 seperti apa yang bisa mempesona mba?” tanya shahnas lagi. raffi menatap kearah gigi. semua menunggu jawaban gigi.
“emm,,,tidak ada kriterianya. Saat dia mampu membuat jantungku berdebar, itu berarti, dia sudah mampu mencuri hatiku dan mempesonaku!” jelas gigi lagi.
“wowww,,,sungguh sangat indah.” Ucap shahnas lagi. raffi tetap memandang gigi.
“apa jantungmu berdebar untukku?” tanya billy kepada shahnas.
“billyyyyy” teriak raffi kepada billy.
“raffi. kenapa teriak kayak gitu” ucap gigi. raffi hanya diam. Tiba2 billy berdiri.
“em,,,raffi. aku mau meminta izinmu. Aku mau bilang. Aku mencintai adikmu. Jantungku berdebar untuknya. Aku memang bukan laki2 sempurna. Tapi, aku akan berusaha menjadi lelaki yang sempurna untuknya!” ucap billy, shahnas terdiam.
“billyyyyyyyy” teriak raffi yang hendak berdiri dan memukul billy. Namun gigi menarik tangan raffi, dan dengan wajah bertanya pada raffi.
“itu, si billy kurang ajar?” ucap raffi.
“salahkah dia mencintai shahnas?” tanya gigi.
“bukan gitu gi, tapi” ucap raffi lagi.
“tapi apa?” tanya gigi lagi, raffi tidak menjawab, hanya memandang billy dengan tatapan seperti ingin memakannya. Shahnas berdiri lalu memeluk billy. Hal tersebut cukup membuat raffi sesak nafas. Sedangkan yang lain hanya tertawa melihat adegan didepan mereka.
“yahhh,,,” raffi hendak berdiri dan mengarahkan tinjunya didepan billy. Billy hanya memejamkan matanya.
“raffiiii.” Teriak gigi menarik tangan raffi.
“tapiiii” ucap raffi lagi.
“shahnas, apa kamu mencintai billy?” tnya gigi.
“iya. Aku mencintai billy” ucap shahnas. Raffi mengangakan mulutnya, seakan tidak percaya dengan apa yang dikatakan adiknya.
“sudah. Mau apa lagi!” ucap gigi kepada raffi.
“tapi!”
“tapi apa. Billy mencintai shahnas, dan shahnas mencintai billy. Biarkan saja, yang penting mereka tau batasannya. Billy sudah cukup berani untuk menunjukan cintanya. Cukup memantau mereka saja. Ok!” jelas gigi. raffi menatap gigi, dan ikut duduk saat gigi duduk. Raffi memandang billy dengan tajam.
“ehem,,,katanya ada yang gak mau takut sama cewe!” goda deni. Raffi menatap tajam kearah deni. Yang lain hanya tersenyum melihat tingkah raffi.
***
“kita pulang sekarang! Sebelum hari gelap!” ucap irwan.
“ok. Billy, pegang obor yang satunya, aku pegang obor yang ini. yang lain boleh pakai HP untuk penerangan. Soalnya, bentar lagi gelap nih! Aku dideapan, billy kamu dibelakang” ucap deni.
“nanti aku temenin beb!” ucap shahnas. Raffi yang melihat itu langsung memandang shanas.
“gak boleh. Sini. Kamu jalan sama aa!” omel raffi, shahnas memanyunkan bibirnya, begitupun dengan billy.
“mau jalan sama shahnas? Yah udah!” ucap gigi lalu berjalan dibelakang irwan dan zaskia. Raffi memandang gigi. ia lalu menarik tangan gigi. gigi memandang raffi. raffi hanya diam.
“billy, sini obornya. Biar gue yang bawa. Kalian jalan didepan. Biar gue yang dibelakang” ucap raffi lalu mengambil obor dari tangan billy.
“jagain adik gue. Awas loe,,” ancam raffi.
“siap bos. Ayo sayang!” ucap billy.
“yahhh” teriak raffi yang kesal melihat tingkah billy.
“apaan sih. Biarin aja. Yang penting mereka gak macem2.” Ucap gigi yang menarik raffi saat hendak memisahkan billy dan shahnas. Raffi hanya memandang gigi. mereeka mulai berjalan, raffi dan gigi nampak canggung. Didepan, deni dan caca berjalan sambil bercanda. Irwan dan zaskia yang berada dibelakang mereka berjalan sambil menikmati malam. Begitupun dengan shahnas dan billy, raffi sibuk memperhatikan billy dan shahnas. Gigi hanya menggelengkan kepala dan tersenyum geli. Raffi hendak mengejar billy dan shanas saat billy memeluk shahnas.
“gak usah.”
“itu yang si billy!” ucap raffi.
“kamu gak lihat. Tadi shahnas hampir jatuh. Makanya si billy menarik shahnas, kayak meluk jadinya. Udah gak usah dikhawatirin. Mereka udah dewasa, tau mana yang bener dan gak bener. Hadeuh.” Gerutu gigi lalu berjalan meninggalkan raffi. raffi berlari mengikuti gigi. hari sudah mulai gelap. Suara malam dan alam menyatu menjadi satu.
“wahhh, gelap banget!” ucap gigi.
“iya,” tambah raffi lagi.
“wow,,,bintangnya indah banget!” ucap gigi yang memandang kearah langit.
“iya,,indah banget!” mereka berhenti sambil memandang kearah langit. Raffi menurunkan pandangannya dan melihat wajah gigi.
“tapi tidak ada yang mengalahkan keindahanmu!” gumam raffi.
“heyyyy,,kalian. Cepetan. Jangan sampai kita terpisah” teriak irwan.
“iya. Hayu” ucap gigi menarik tangan raffi. jalan yang mereka lalui, adalah jalan yang menurun. Saat raffi menuruni penurunan ia mengulurkan tangannya kepada gigi. dengan senyuman gigi menyambut tangan raffi dan tersenyum bersama.
“pegang tanganku. Emm,,,jalanannya,,menurunnn,jadi,,” belum juga raffi menyelesaikan kata2nya, gigi langsung menggenggam tangan raffi dan tersenyum lebar. Mereka pun berjalan sambil berpegangan.
“lihat itu...kunang2” ucap raffi menujukkan kunang2 kepada gigi.
“wow,,indah sekali. Hei lihat, ada kunang2” teriak gigi pada teman2nya yang lain. Kunang2 semakin banyak.
“wow,,keren banget” gumam yang lain.
“fi, jauhin apinya. Biar kunang2nya gak pergi!” ucap gigi. raffi pun menjahi gigi. tba2 kunang2 mendekati gigi, hingga gigi terlihat begitu terang. Raffi memandang gigi yang tersenyum bahagia.
“subhanallah, indah sekali ciptaanmu ya Allah” gumam raffi yang terus memandang gigi. tiiba2 raffi memadamkan obornya dan mendekati gigi.
“kenapa obornya dimatiin!” tanya gigi yang kaget melihat raffi mematikan obornya.
“kalau aku tidak mematikan obornya, kunang2 ini tidak akan mendekatiku!” ucap raffi lagi sambil memandang gigi. mereka saling beradu pandang, dengan kunang2 disekitar mereka. irwan, zaskia, deni, caca, billy dan shahnas, tersenyum bahagia melihat raffi dan gigi.
“tapi kenapa obornya dimatikan, entar kita jalan gimana?” ucap deni.
“sudahlah, bentar lagi nyampe kok! Kita duluan yah fi. Tinggal beberapa meter lagi udah sampai villa” teriak irwan. raffi dan gigi masih saling memandang, dan teman2 mereka pun berjalan menjauhi mereka.
“mereka gak punya obor!” ucap irwan lagi.
“kan ada hp sayang. Biarin mereka berdua dulu!” ucap zaskia yang memluk lengan suaminya.
Raffi dan gigi masih saling memandang.
“em,,boleh aku bertanya?” tanya raffi.
“emm,,tanyalah!”
“siapa pria yang pernah mempesonamu?” tanya raffi.
“em,,,awalnya tidak ada. Semua laki2 tidak ada yang mampu menggerakkan hatiku. Sampai aku bertemu seorang pria, yang sangat, kekanak-kanakan. Segala hal tentangnya, hampir kubenci. Tapi, dialah pria yang mampu mempesonaku.” Jelas gigi dengan senyuman.
“oh yah,,,” ucap raffi dengan raut wajah kecewa.
“ehh,,” raffi membuka jaketnya dan memakaikannya kepada gigi.
“em,,sedikit dingin. Ayo kita jalan lagi!” ucap raffi.
“kamu tidak bertanya? Siapa pria itu?” ucap gigi lagi.
“emm,,,aku tidak mau tau. Siapapun dia. Yang terpenting sekarang, aku adalah laki2 yang ada dihadapanmu. Dan,,,,,aku akan berusaha, mempesonamu,,,berrrrrrrkali-kali” ucap raffi dengan senyuman dibibirnya.
“apa aku mampu mempesonamu?” tanya gigi lagi. raffi tidak menjawab, ia hanya mengmbangkan senyumannya.
“kamu,,,selalu mempesonaku. Jantungku, selalu berdebar karenamu” jelas raffi dengan senyuman manisnya. Gigi pun ikut tersenyum.
“kemarilah!” panggil gigi. raffi berjalan menghampiri gigi sampai berada didepan gigi. gigi langsung memeluk raffi, ia mengarahkan telinganya didada kiri raffi. ia mendengarkan debaran jantung raffi yang mulai tidak karuan. Raffi hanya menelan ludahnya dan berusaha mengatur nafasnya. Gigi bangun dan menatap raffi sambil tersenyum. Raffi pun ikut tersenyum malu.
“kemarikan tanganmu!” ucap gigi. dengan penuh tanya, raffi memberikan tangannya. Gigi langung meletakkan tangan raffi didada kirinya. Raffi yang kaget hendak menarik tangannya. Gigi menahannya, membiarkan raffi merasakan debarannya. Raffi memandang gigi, gigi hanya melemparkan senyumnya.
“apa kamu merasakannya?” tanya gigi, raffi mengangguk sambil tersenyum.
“kamulah pria yang mampu mempesonaku!” ucap gigi. raffi melebarkan senyumnya.
“aku mencintaimu gi. Sangat mencintaimu” ucap raffi yang langsung memeluk gigi dengan erat. Gigi pun membalas pelukan raffi. dengan dikelilingi oleh kunang2, mereka saling meluapkan rindu satu sama lain. Raffi melepaskan pelukannya dan mencium kening gigi dengan penuh sayang. Ia lalu melpaskan ciumannya. Ia mulai menurunkan wajahnya, mengangkat dagu gigi, ia menatap mata gigi, memita persetujuan darinya. Gigi hanya melemparkan senyumnya, seakan mendapat izin, raffi langsung mengecup bibir gigi dengan lembut. Gigi hanya memejamkan matanya, merasakan sentuhan yang dibuat oleh rafi. Bebrapa kecupan sayang diberikan raffi kepada gigi. ia melumat bibir gigi dengan lembut, gigi pun membalas ciuman raffi dengan lembut. Beberapa menit ciuman itu berlangsung, sampai raffi mulai melepaskan ciumannya. Mereka saling beradu pandang dan saling melemparkan senyuman. Raffi kembali memeluk gigi dengan sayang.
“ayo kita kembali ke villa.” Ucap gigi yang melepaskan pelukan raffi.
“ayo!” ucap raffi yang menarik tangan gigi.
***
“ih, a raffi sama mba gigi lama banget sih. Ngapain sih mereka dihutan!” oceh shahnas yang mulai khawatir.
“bentar lagi nyampe kok nas! Sabar aja!” ucap billy. Selang beberapa menit, nampak raffi dan gigi keluar dari hutan sambil berpegangan tangan. Raffi masih menyalakan lampu hp nya.
“cie,,,cie,,yang udah bahagia!” goda deni.
“a raffi, kita harus segera pulang!” ucap shahnas yang mendekati kakaknya. Gigi pun nampak khawatir melihat shahnas menangis.
“aa,,,papa masuk rumah sakit. A robi menjual saham papa a.” oceh shahnas.
“apaa,,kamu tau darimana?” tanya raffi yang mulai khawatir.
“ada pak roni di depan. Ayo a kita pulang!” ucap shahnas lagi.
“robiiiii” geram raffi dengan marah.


Udah dulu yah.....hmmm,,,rencana aku mau namatin cerbung nih....beberapa part lagi,,,hehehe...maap yah lama. HP gue, habis rusak soalnya. Habis berenang di air sabun. Jadi cuman ada suaranya doang. Keep smile and happy reading.

Rabu, 18 Mei 2016

My Imagination "Dalam Diam Kau Curi Hati Ku" Part 29

Ost part ini Ari Lasso – Tuhan Kau tahu (ost Raffi), Geisha-Tak kan pernah ada (ost Gigi), Raffi, Nagita – Jika.

“Dalam Diam Kau Curi Hati Ku”

Part 29
***
“mba gigi mana?” tanya shahnas dengan wajah yang penuh dengan semangat.
“udah duluan bareng kak zaskia. Sekarang cepetan, loe juga naik kemobil, biar kita langsung cuss” ucap caca yang berada dalam mobil.
“ok” ucap shahnas lagi lalu naik ke mobil caca.
“gue penasaran banget, pengen lihat mba gigi ca!” tambah shahnas lagi.
“ia. Gue malah lebih penasaran, bagaimana nanti mba gigi dan a raffi bertemu,,aaa, loe udah siapin kamera kan?” semangat caca.
“udah dong....” ucap shahnas, mereka pun nampak sangat bahagia.
***
“wowww, bagus banget,,lihat itu” ucap gigi yang kini berada kurang lebih 2 meter dari belakang raffi. raffi yang mendengar suara gigi terdiam. Ia mulai membalikkan badannya, mencari asal suara yang sungguh ia  rindukan. Ia berbalik, dan mendapati gigi sedang memainkan bunga kepada stevie, raffi terdiam, ia memandang gigi dengan tatapan yang sulit diartikan. Gigi berbalik menatap kedepan, dan mendapati raffi yang sedang menatapnya. Gigi terdiam, dan juga ikut menatap raffi. mereka pun beradu pandang. Pandangan yang sudah begitu lama. Perasaan apa yang sedang berkecamuk dihati mereka saat ini.
“cepet ca turun, a raffi sudah bertemu sama mba gigi!” ucap shahnas yang langsung keluar dari mobil dan menyiapkan kameranya. Caca pun ikut turun dari mobil dan mengikuti shahnas.
“hai raffi. apa kabar!” satu kalimat yang keluar dari gigi dengan senyuman kecilnya, membuat raffi semakin terdiam. Raffi terus menatap gigi. gigi memalingkan pandangannya dari raffi kearah billy, deni dan irwan.
“hai bil, apa kabar?” tanya gigi sambil melemparkan senyumnya.
“baik gi! Tambah cantik aja” jawab billy, gigi hanya melemparkan senyumnya.
“bang deni udah nikah yah sama teh santi?” tanya gigi lagi.
“udahlah. Udah punya anak 1. Kamu aja yang sombong, gak mau datang kepernikahan aku.” jawab deni. Sesekali gigi melihat kearah raffi yang terus menatapnya.
“dan raffi!” tanya gigi lagi dengan tatapan yang sedikit grogi. Raffi hanya diam, ia melihat kearah stevie yang sedang digendong oleh gigi. ia melihat stevie dan kembali melihat gigi.
“caaa, mba gigi...” tanya shahnas dengan wajah bengongnya.
“bukan. Jangan salah paham. Mba gigi belum nikah kok!” jawab caca, lalu berjalan mendekati kakaknya. Shahnas hanya diam dan nampak berfikir.
“sayang. Ayo kita tidur!” ucap nanda yang tiba2 datang. Sontak deni, billy, irwan, shahnas dan raffi nampak sangat kaget melihat nanda. Raffi memalingkan pandangannya dari gigi dan nanda.
“owh, anak papa. Pasti udah ngantuk!” ucap nanda yang mengambil stevie dari gendongan gigi. gigi hanya memberikan stevie sambil membelai lembut rambut anak itu. Raut wajah raffi langsung berubah. Ia berkali2 membasahi bibirnya dan menelan ludahnya. Entah apa yang sedang dirasakannya sekarang.
“aku kedalam dulu yah!” ucap raffi pada kawan2nya dengan wajah muramnya.
“hei, raffi!” panggil nanda yang menyadari keberadaan raffi. raffi berusaha menoleh dan memberikan senyuman yang nampak sangat dipaksakan kepada nanda.
“hai nanda. sudah lama tidak bertemu!”  ucap raffi lagi.
“ki, bisa anterin kekamar!” tanya gigi kepada kia. Raffi langsung melihat kearah gigi.
“em, yah. Biar aku anter. Em, yang, aku annterin gigi dulu yah! Jangan lupa dihafalin ijab qabulnya. Da!” ucap zaskia, seperti enggan untuk meninggalkan irwan.
“besok pagi bakal ketemu. Ayo cepetan.” Ucap gigi.
“iya...gak sabaran banget!” ucap kia.
“oh iya nan, kamar kamu, nanya aja ke deni. Ok!” ucap kia.
“siap!” jawab nanda.
“eh kalian, ayo sekalian ikut. Biar aku tunjukkan kamar kalian” ucap kia yang melihat caca dan shahnas. Gigi yang melihat shahnas menatapnya dengan tatapan sendu, memberikan senyumnya.
“hei nas. Udah gede yah sekarang!” ucap gigi menggoda shahnas. Shahnas langsung berlari memeluk gigi dengan tangisan harunya.
“mba gigi kemana aja. Shahnas kangen tau” ucap shahnas. Gigi membalas pelukan shahnas.
“gak kemana2.” Ucap gigi.
“pemandangan indah yah. Lihatnya gitu banget!” goda deni pada raffi yang melihat gigi dan adiknya.
“apaan sih.” Ucap raffi lalu kembali melihat kearah gigi yang mulai masuk kedalam villa untuk tamu perempuan. Tidak banyak yang diundang kepernikahan irwan dan zaskia. Villa yang disediakan hanya untuk tamu dari keluarga dekat dan sahabat dekat mereka berdua.
“terus kamar aku dimana den? Kalau bisa sendiri. Soalnya aku sama anak aku” tanya nanda.
“em,,kenapa stevie gak tidur sama ibunya saja. Jadi, kamu bisa gabung sama kita” ucap deni. Raffi yang mendengar itu bernajak pergi.
“aku duluan yah” ucap raffi lagi.
“jadi aku harus bawa pulang dia kejerman, biar dia bisa tidur sama ibunya. Hadeuh” ucap nanda lagi. raffi yang mendengar perkataan nanda menghentikan langkahnya dan melihat kearah nanda.
“maksud kamu?” tanya raffi tiba2 kepada nanda.
“maksud,,,oh,,,astaga. Jadi kalian pikir ini anak aku sama gigi? owhhh, kenapa gue gak bohong aja. Biar si raffi ini mati penasaran sampai pagi” goda nanda kepada raffi yang nampak bingung.
“owhhh,,,ahahaha,,em,, baiklah. Sini aku anter kekamar kalian. Hai,,anak cantik!”ucap deni, langsung menawarkan untuk mengantar nanda kekamarnya. Nanda pun mengikuti deni. Raffi nampak berfikit sambil mengerutkan alisnya. Irwan dan deni yang melihat ekspresi raffi hanya tertawa.
“loe tega banget fi. Salam dari gigi gak dibales lagi!” ucap irwan sambil merangkul leher raffi. raffi hanya diam.
“katanya, kalau ketemu sama gigi, saya akan bilang ‘hai, apa kabar’, hah, nyatanya, seperti patung.” Tambah billy lagi. raffi melepaskan rangkulan raffi dan pergi meninggalkan kedua sahabatnya itu.
“sudah sangat jelas terlihat. Dia masih mencintai gigi!” ucap billy kepada irwan.
“tidak perlu dijelaskan. Memang sudah sangat jelas. Oh ya Allah. Gue harus nyiapin diri buat besok!” ucap irwan lalu berjalan meninggalkan billy.
“lalu aku. hah,,,sudahlah!” ucap billy yang ditinggal sendirian.
***
“loe yakin, loe baik2 saja” tanya zaskia kepada gigi.
“ia. Sana loe kekamar loe. Besok kan hari penting dalam hidup loe.” Ucap gigi.
“yah sudah. Kalau loe butuh apa2, langsung masuk saja ke villa gue. Ok. Selamat malam gi!” pamit kia. Gigi yang sedang merapikan kamarnya terdiam mengingat kembali pertemuannya dengan raffi. tatapan raffi yang penuh makna yang belum juga ia mengerti. Ia sesekali menarik nafasnya.
“mbaaaa!” panggil caca dan shahnas dari balik pintu kamar gigi.
“masuk aja!” jawab gigi dari dalam.
“yeeee!” ucap shahnas dan caca, berlomba masuk kekamar gigi. gigi hanya membuat senyum kecil dan mengelengkan kepalanya.
“mba gigi kemana aja sih. Ayo cerita ke shahnas!” tanya shahnas kepada gigi. gigi hanya tersenyum.
“kan udah gue bilang. Mba gigi habis kuliah S2, ngambil sp. Bedah jantung. Jangan nanyain pertanyaan yang gak penting gitu. Nanya pertanyaan yang penting!” jawab caca kepada shahnas.
“gue kan nanyanya ke mba gigi, bukan loe!” ucap shahnas langsung diwajah caca.
“udah, jangan berantem. Kalian ini. dari dulu gak ada berubah2nya. Hadeuh!” omel gigi.
“ada yang berubah kok mba, kita berdua udah punya pacar!” ucap shahnas, caca langsung membekap mulut shahnas.
“loe yah, ember banget. Mau gue kasih tau ke mba gigi siapa pacar loe!” ancam caca.
“jangan atuh ca. belum saatnya!” jawab shahnas lagi. gigi hanya tersenyum melihat kelakuan caca dan shahnas.
“mba!” panggil shahnas.
“emm!” jawab gigi sambil membuka ipad nya.
“mba gigi gak kangen sama a raffi!” tanya shahnas, caca langsung mencubit pinggang shahnas. Gigi terdiam dan langsung tersenyum geli melihat kelakuaan dua adiknya itu.
“apaan sih loe. Pertanyaan itu harus bertahap!” omel caca.
“yah udah, loe aja yang nanya. Daritadi gue salah mulu” ambek shahnas.
“jangan ngambek gitu. Mba merindukannya, bohong kalau mba bilang kalau tidak merindukannya!” jawab gigi dengan senyumannya. Caca dan shahnas saling memandang, bingung, dan kembali memandang gigi.
“kalau gitu, kenapa tadi, ekspresi mba sama aa kayak gitu? Kayak orang yang baru ketemu, dingin!” tambah shnans lagi. gigi terdiam, dan melihat kearah shahnas.
“emm, entahlah. Mungkin dia, sudah melupakannya! Dan, selesai!” gigi menjawab dengan raut wajah kecewa.
“gak mungkin mba. Orang a raffi hampir gila mikirin mba. Gak mungkin dia ngelupain mba gigi gitu aja!” jelas shahnas lagi. gigi berbalik menatap shahnas.
“waktu yang berubah nas. Mungkin waktu juga yang merubah segalanya. Lagipula, tidak ada yang perlu diingat.” Ucap gigi lagi.
“mba, shanas belum pernah melihat a raffi seperti itu. Dia marah, menangis. dia bilang, dia mencintai mba. Dia mencintai mba gigi, dan itu membuatnya gila. Kejadian itu, bahkan ingin shahnas lupakan mba. A raffi seperti orang gila. Dia keluar dari rumah, melepeskan semua yang telah diberikan papa. Berusaha menata hidupnya kembali. Bahkan sampai hari ini pun, itu terkahir kelinya a raffi datang kerumah. itu terakhir kalinya a raffi berbicara dengan papa. Dan semua itu, tidak mungkin bisa terhapus dengan mudah. Mba seperti nuklir yang meluluh lantahkannya. Shahnas yakin, a raffi masih mencintai mba!” jelas shahnas. Gigi menatap shahnas.
“iya. Benar apa yang dikatakan shahnas mba. Waktu itu, sekitar dua bulan sejak kepergian mba. A raffi tiba2 datang kerumah. tidak nampak kesedihan diwajahnya. dia datang dengan senyuman,, menyapa mama, papa dan juga caca. Dalam seminggu a raffi selalu datang kerumah. tertawa, makan malam bersama. Tapi dia tidak pernah masuk kekamar mba. Sekalipun. Caca pernah beberapa kali melihat, a raffi menatap pintu kamar mba gigi. dan caca tau, semua itu dilakukan aa raffi, karena cintanya pada mba” tambah caca. Gigi masih terdiam.
“mba, yang perlu kalian lakukan sekarang adalah jujur pada perasaan kalian masing2. Mba mencintai a raffi kan?” tanya shahnas lagi. gigi menatap caca, dan menurunkan pandangannya.
“ah,,,mba mau mandi dulu. Sebaiknya kalian juga istrahat. Biar seger besok paginya. Ok!” ucap gigi lalu berjalan masuk kekamar mandi. Caca dan shahnas hanya memandang gigi dengan penuh tanya.
“gue pikir, saat mereka bertemu, mereka akan menumpahkan seluruh kerinduan mereka. ternyata!” ucap shahnas lagi.
“iya. Isss,,gue juga pusing nas!” tambah caca. Gigi yang berada dalam kamar mandi terdiam memikirkan perkataan sahnas dan caca.
***
“ternyata, malam ditengah hutan, lumayan menengkan yah!” goda deni kepada raffi yang duduk ditaman belakang villa. Raffi masih saja diam.
“ehmm,, apa sih yang loe pikirin fi!” tanya deni. Raffi masih saja diam memandang didalam kegelapan.
“tidak ada yang akan berubah jika kamau tidak mengambil sikap. Hahhh” tambah deni.
“aku tidak tau apa yang kurasakan sekarang!” ucap raffi.
“memang apa yang kamu rasakan. Dia juga masih sendiri ternyata. Apa yang kamu pusingkan. Tinggal katakan padanya, beres kan!” ucap deni lagi.
“hah, sudahlah. Aku pun juga tidak tau. Dia mencintaiku atau tidak.” Ucap raffi lagi.
“menyerah sebelum bertindak, adalah ciri dari seorang pengecut. Terserah padamu!” ucap deni lalu meninggalkan raffi sendiri. Raffi kembali diam.
***
“gue gugup banget bro. hufttttt” ucap irwan. ijab qabul akan dilaksanakan pukul 16.00, para tamu undangan sudah mulai berdatangan. Raffi, deni, billy menemani irwan dikamarnya.
“santai aja bro. tarik nafas dalam.:” ucap deni.
“iyaaa..hufttt, gimana kalau gue lupa bacaannya!” ucap irwan lalu kembali membaca tulisannya.
“santai aja bro. waktu akan terlewati, dan tanpa loe sadari, loe udah jadi suami orang!” tambah raffi.
“iya bener. Santai aja bero!” tambah billy.
“emang loe udah pernah ijab qabul?” tanya deni menggoda billy
“yah,,,bentar lagi” jawab billy bete.
“mempelai pria, boleh turun kebawah!” ucap seorang pemuda kepada irwan.
“iya” jawab irwan gugup. Irwan berjalan menuju ketempat ijab qabul akan dilaksanakan dengan jantung yang berdebar lebih kencang ditemani oleh raffi, deni dan billy dibelakangnya. Para tamu undangan pun mulai duduk dikursi yang telah disiapkan. Suasana alam yang begitu damai dan tenang tercipta dihari itu. Para tamu mulai berdiri saat melihat mempelai wanita mulai masuk ketempat acara. Dengan pakaian adat jawa zaskia nampak sangat cantik dihari itu. Irwan yang melihat calon istrinya berjalan mendekatinya semakin membuat jantungnya berdebar. Berbeda dengan irwan, mata raffi tertuju pada wanita yang berada disamping zaskia. Gigi, dengan gaun putihnya, nampak lebih menarik dimata raffi. raffi memandang gigi tanpa berkedip. Gigi menami zaskia sampai kepada irwan. memberikan tangan zaskia keirwan, dengan senyuman manis, gigi berbisik kepada irwan.
“awas loe salah baca ijab qabul!” ancam gigi, lalu melebarkan senyumnya. Raffi yang sedari tadi melihat gigi, sungguh menikmati pemandangan didepannya. Saat gigi berbalik dan mendapati raffi memandangnya, gigi hanya memberikan senyum manisnya. Raffi yang merasa kedapatan memandang gigi, memalingkan pandangannya. Saat gigi hendak duduk dikursi barisan depan sebelah kanan, tiba2 caca datang dan mendorong tubuh gigi kesebelah raffi.
“ini tempat aku mba!” ucap caca dengan senyuman nakalnya.
“bang billy. Sini!” panggil shahnas kepada billy, billy yang masih tidak mengerti berjalan kearah shahnas.
“bang billy duduk disini yah, disampaing nanas.” Ucap shahnas yang mengatur posisi duduk mereka saat ini.
“dan mba gigi duduk disini!” ucap caca dan memaksa kakaknya duduk dikursi sebelah kanan raffi.
“caca. Apa2an sih kamu!” ucap gigi dan hendak berdiri dari kursinya. Namun tiba2 tangan raffi menarik tangan gigi sehingga gigi kembali terduduk disamping raffi.
“ijab qabulnya udah mau dimulai!” ucap raffi tanpa berbalik untuk melihat gigi. gigi melihat raffi , lalu berpaling dan melihat kedepan. Cukup canggung apa yang mereka rasakan kali ini.
ijab qabul berjalan dengan lancar, irwan dan zaskia telah sah menjadi suami istri, para tamu berdiri memberi tepuk tangan. Raffi dan gigi berdiri berdampingan sambil memberi tepuk tangan.  Gigi yang merasa canggung memilih untuk pergi dan mendekati zaskia dan memberikan selamat. Pesta dimulai sampai malam. Raffi dan gigi saling menghindar, suasana canggung tercipta diantara mereka. teman2 mereka cukup risih melihat tingkah mereka.
“gue heran sama tu dua makhluk. Dari kejauhan saling mencari, tapi kalau udah berdekatan, malah saling menghindar. Hadeuhhh” ucap deni.
“iya, seperti anak kecil yang baru mengenal cinta!” tambah billy. Deni menatap billy, billy hanya manik turunkan alisnya.
Pesta pun usai. Beberapa tamu undangan ada yang memilih untuk langsung pulang, dan beberapa teman dekat dan keluarga zaskia irwan memilih untuk tetap tinggal sampai besok. Begitu pula dengan raffi, deni, billy, shahnas, caca, nanda dan juga gigi. mereka duduk disalah satu meja besar, raffi, deni billy, shahnas dan caca. Raffi hanya diam sementara yang lain saling bercanda. Zaskia dan irwan sedang becakap2 dengan keluarga mereka masing2, sedangkan gigi sedang membantu nanda menidurkan stevie. Raffi sesekali memandang gigi dan nanda.
“maafin gue yah gi!”ucap nanda.
“gak papa.” Ucap gigi sambil berusaha menidurkan stevie dalam pelukannya.
“yah ampun lucunya!” ucap ibu irwan kepad stevie.
“dia belum mau tidur. Yah, mau sama nenek gak?” ajak ibu irwan. steviepun digendong oleh ibunya irwan.
“sana sayang, temenin temen2 kalian. Papa sama mama mau istrahat dulu. Kalian juga yang cepat tidurnya. Stevie biar tante yang tidurin gak papa kan!” tanya ibu irwan lagi.
“gak papa kok tante. Dengan senang hati!” jawab nanda. keluarga irwan dan zaskia pun masuk untuk istrahat. Diluar tinggal beberapa orang, termasuk raffi dan gigi. irwan berjalan mendekati teman2nya.
“yahhh, selamat yah bro. akhirnya loe jadi suami orang!” ucap billy memberi selamat kepada irwan. zaskia pun berjalan mendekati irwan, satu persatu, mereka memberi selamat dengan pelukan. Mungkin hari ini terlalu ramai untuk mereka memberikan selamat secara pribadi. Nanda pun ikut bergabung dengan mereka. sedangkan gigi hanya memandang dari kejauhan.
“ki, gue masuk duluan yah!” ucap gigi.
“apaan sih loe gi. Kesini gak! Ini hari spesial gue. Dan gue ingin loe duduk disini bareng kita!” ucap zaskia,
“em, tapi,,,”
“gak usah pakai tapi2an. Cepat kesini” ajak zaskia lagi.
“kalau dia gak mau, gak usah dipaksa kali!” tambah raffi sambil meminum tehnya. Gigi menarik nafasnya, rasa tidak percaya dengan yang dikatakan raffi. ia mulai berjalan mendekati meja dan duduk tepat didepan raffi disamping nanda. sesekali raffi melihat kearah gigi dan memalingkan kembali pandangannya. Suasana menjadi hening, melihat kekuan antara raffi dan gigi.
“ok,,em,,,jadi bagaimana perasaann kalian sebagai pengantin baru!” tanya nanda memcah keheningan yang terjadi.
“bahagia. Sangat bahagia. Ia kan sayang!” jawab irwan sambil merangkul zaskia yang duduk disampingnya.
“perasaan yang tidak bisa tergambarkan. Peraassaan yang,,,woww,,hahha” jawab zaskia dengan rona bahagia diwajahnya.
“yah,,itulah perasaan seseoarang yang sudah menikah...ahahah,,” jawab deni.
“berarti disini, yang belum nikah, aku, shanas dan caca dong!” ucap billy.
“iya,,,makanya kalian nikah gih!” ucap irwan.
“emang gampang nikah.” Jawab blly lagi.
“iya, apalagi kalau ketemu sama cowo yang tidak berani mengatakan dengan lantang pada semua orang bahwa dia menjalin hubungan dengan seseorang. Gimana mau nantangin dia buat minta dinikahin!” sindir shahnas. Billy memandang shahnas dengan penuh tanda tanya. Shahnas membalas tatapan billy dengan tantangan. Gigi hanya tersenyum melihat tingkah billy dan shahnas. Rafii menatap shahnas dan billy dengan penuh tanda tanya.
“bagaimana denganmu raffi?” tanya nanda tiba2.
“bagaimna apanya?” jawab raffi sambil meminum minumannya.
“yah, perasaanmu waktu menikahi gigi dulu?” tanya nanda lagi. raffi menatap nanda, begitupun dengan gigi.
“jangan bertanya yang aneh nan!” ucap gigi. nanda berbalik menatap gigi.
“pertanyaan itu juga untukmu gi. Bagaimana perasaanmu saat menikah dengan raffi?” tanya nanda lagi, gigi menatap nanda bingung.
“oh,,em,,,,” gumam gigi tidak tau akan menjawab apa. Raffi menatap tajam kearah gigi. gigi berbalik menatap raffi.
“silahkan dijawab duluan raffi.” ucap nanda lagi. raffi masih menatap tajam kearah gigi. gigi pun tidak memalingkan pandangannya dari raffi. menunggu apa yang akan dijawab oleh raffi.
“perasaanku saat menikahinya, seperti aku ingin lari. Menghilangkan satu hari, dimana hari itu juga menjadi hari kelahiranku. Kegugupan yang kalian rasakan, tidak pernah kurasakan.” Jawab gigi sambil terus menatap gigi. jawaban yang cukup membuat kaget teman2nya. Gigi hanya tersenyum dan kembali meminum minumannya.
“begitu. Karena kalian dijodohkan. Bagaimana denganmu gi?” tanya nanda kembali kepada gigi.
“em...perasaanku waktu itu, em... Jantungku berdebar untuk pertama kalinya dihari itu, saat raffi mengucapkan ijab dan dikabulkan. Terbesit tanya, apakah yang akan terjadi pada pernikahanku, dengan laki2 yang baru saja mengambil tanggung jawab orang tuaku dan ditaruh dipundaknya. Apakah sama dengan perasaan pengantin wanita lain,,entahlah!” jawab gigi. raffi terus memandang gigi dengan tatapan tajamnya.
“owhh,,,” ucap nanda, yang mulai sadar dengan kecanggungan yang ada. Semua hanya memandang raffi dan gigi.
“bagaimana perasaan kalian pertama kali bertemu setelah tiga tahun?” tanya caca, shahnas memberi isyarat agar caca diam, namun caca tidak menghiraukan shahnas.
“emm,,,aku juga penasaran!” tambah zaskia. Raffi kembali menatap gigi.
“bagaimana perasaanmu raffi?” tanya deni kepada raffi.
“emmm, sungguh menyakitkan melihat masa laluku kembali. Em!” ucap raffi, gigi menatap raffi.
“oh, masa lalu,,ok.” Gumam gigi dengan eksresinya yang kembali dingin. Raffi masih terus menatap gigi.
“em,,jangan percaya mba. kalau mba gigi? bukannya kata mba gigi, mba merindukan a raffi!” ucap ahahnas. Raffi melihat kearah adiknya, yang seperti tidak mendukungnya.
“siapa yang merindukan siapa,,hahhh” tambah raffi. shahnas seperti bingung. Semua orang disitu pun nampak bingung.
“hmm,,yahh,,tapi ternyata yang kurindukan tidak merindukanku.” Jawab gigi dengan mengeluarkan senyum kecilnya.
“siapa yang kamu rindukan?” tanya raffi kepada gigi.
“kamu raffi.” jawab gigi. raffi mulai tertawa.
“ahahahahahah,,,kalian dengar. Dia bilang dia merindukanku. Hahhh, kamu pikir siapa yang sedang kamu bodohi. Merindukanku...apa kamu tau arti dari kata rindu. Kamu yang meninggalkan semuanya!” ucap raffi dengan nada yang mulai sedikit emosi.
“iya..aku yang meninggalkanmu. Karena memang aku harus meninggalkanmmu!” ucap gigi lagi, masih berusaha tenang.
“harus meninggalkanku. Benar sekali. Kamu yang pergi tanpa berkata apapun. Dan yang kutau, kamu pergi bersama orang lain. Dan saat kamu kembali, seperti semuanya baik2 saja, bersama seseorang yang kupikir sekarang kamu bahagia bersamanya. Apa kamu sedang melanjutkan permainan. Hah,,kamu mengahancurkan semuanya, dan sekarang kembali, berharap semuanya baik2 saja.” Raffi mulai berdiri meluapkan emosinya. Gigi menatap raffi yang masih diliputi emosi.
“emm,,,sepertinya,,,eh,,percakapannya,,,” belum juga irwan melanjutkan perkataannya, raffi kembali bicara.
“apa kamu puas sekarang. Kamu mempermainkan pikiranku. Aku selalu berharap bisa menemukanmu, dan menanyakan semuanya. Alasan kamu meninggalkanku begitu saja. Aku selalu bertanya, dia ada dimana, dia bersama siapa? apa yang sedang dia lakukan, apakah dia bahagia? Saat pertama kali melihatku, kau hanya berkata ‘hai raffi, apa kabar!’, kamu ingin aku menjawab itu. Kamu membuatku diliputi dengan perasaan bersalah. Lalu sekarang apa yang kamu inginkan?” ucap raffi berusaha mengatur nafasnya.
“kamu sudah membuat semua jawabannya dipikiranmu. Lalu kamu ingin aku menjawab apa?” ucap gigi kembali menatap raffi.
“apaaa,,hah,,,apa kamu belum sadar dengan apa yang sudah kamu lakukan,,,apa yang...”
“aku meninggalkanmu dan aku menyakitimu. Itu yang sudah kulakukan. Aku, benar2, berharap kamu sadar raffi. tapi sepertinya, waktu pun tidak dapat mengajarkanmu sesuatu!” ucap gigi lalu berdiri dari kursinya.
“hahhh,,,kamu, bahkan tidak pernah melihatku!” ucap raffi, gigi menatap raffi dengan tajam.
“aku menyerah terhadamu” tambah gigi lalu berjalan meninggalkan raffi dan teman2nya.
“apakah pergi dan meninggalkan sesuatu yang belum jelas sekarang sudah menjadi hobi dan kebiasaanmu!” teriak raffi yang melihat gigi pergi, gigi menghentikan langkahnya, ia berbalik dan menatap raffi.
“hahhh,,,baiklah. Iya, waktu itu aku meninggalkanmu karena aku muak dengan semuanya. Aku pergi bersama dengan nanda kejerman, itu benar. Dan saat itu aku menjalin hubungan dengannya, itu juga benar. Aku meninggalkanmu, agar aku bisa menyakitimu, itu juga benar. Jika kamu ingin mendengar itu semua dariku, maka kamu sudah mendengarnya. Apa kamu puas!” ucap gigi yang kali ini sudah tidak bisa menahan emosinya. Ia lalu pergi meninggalkan raffi dan teman2nya. Nanda menatap raffi yang sedang diliputi oleh perasaan emosi. Raffi yang sedang emosipun pergi meninggalkan teman2nya.
“owhhh,,,maaf. Aku hanya berusaha, agar mereka saling mengungkapkan perasaan. Tapi ternyata..huft” ucap nanda.
“gue bingung dengan mereka. apa sih susahnya mengungkapkan perasaan masing2. Bilang saja aku mencintaimu. Tidak usah dibuat sulit” ucap billy menambahkan.
“kali ini raffi sungguh keterlaluan. Aku sungguh ingin memukulnya!” tambah nanda. yang lain hanya menarik nafasnya dengan dalam.
Gigi masuk kekamarnya, dan menyapu air matanya.
“hah,,,,seharusnya aku membencinya” gumam gigi dan menyapu air matanya dengan kasar.
Raffi dikamarnya tidak kalah gundahnya dengan gigi. ia melempar jasnya, dan berusaha mengatur emosinya. Ia terduduk dibawah ranjangnya dan memegang kepalanya. Kali ini mereka sedang bergelut dengan perasaan mereka masing2.
“apa yang harus kita lakukan ca?” tanya shahnas yang sedang berjalan menuju kamar mereka.
“entahlah. Aa loe tuh yang keterlaluan!” jawab caca.
“apa.,,yah,,,apa loe ingin kita juga bertengkar?” tanya shahnas. Caca menatap shahnas.
“gak lah...ouhhh” ucap caca lalu memeluk shahnas.
“padahal mereka hanya cukup melakukan ini. melupakan semuanya, dan mereka harus sadar, bahwa mereka saling mencintai. Susah banget sih” ucap shahnas.
“sepertinya kita harus turun tangan nas. Ayo kita lakukan yang bisa kita lakukan!” tambah caca. Nanas pun menganggukan kepalanya.
***
Pagi pun menjelang, shahnas dan caca sudah lebih dulu terbangun. Billy dan deni sedang bermain badminton dihalaman villa.
“udah kirim semuanya belum?” tanya shahnas.
“emang loe pikir disini ada sinyal” ucap caca.
“oh iya yah. Terus gimana dong. Kita harus menunjukkan foto2 itu kepada mereka.” ucap shahnas.
“lihat ini!” ucap caca sambil menunjukkan foto raffi dan gigi yang sudah diprintnya.
“wow,,,loe print dimana?”
“itu,,gue minta tolong sama WO. Mereka kan punya printer. Yah udah, gue print aja, dan gue udah taruh dikamar mereka masing2. Kita tinggal lihat bagaimana reaksi mereka!” tambah caca.
“pinter banget sih” ucap shahnas lalu mencium pipi caca.
“ihhh,,sana loe cium si billy! Jangan cium2 gue” ucap caca berusaha melepaskan pelukan shahnas.
gigi yang baru selesai mandi, napak kaget melihat foto2 dirinya dan raffi berhamburan diatas ranjangnya. Dari foto saat mereka kepantai, ciuman pertama mereka, kejadian saat dipantai saat mereka tidur bersama, dan beberapa foto yang cukup membuat gigi tersenyum. Ada kata yang ditulis caca di setiap lembaran foto2 itu.
“pernahkah kalian melihat senyum kalian saat sedang bersama. BAHAGIA” salah satu tulisan caca.
“kalian ditakdirkan untuk bersama. TAKDIR” salah satu tulisan caca lagi.
“sadarkah kalian, tatapan kalian menyiratkan sebuah ketulusan. CINTA” salah satu tulisan caca. Gigi terdiam membaca tulisan adiknya itu. Ia menarik nafasnya.
Dikamarnya raffi juga sedang meliha foto yang disebarkan oleh caca dan shahnas. Ia melihat keluar jendela, matahari mulai menapakkan wujudnya.
“fi!” panggil billy kepada raffi. raffi nampak kaget dan menyembunyikan foto2nya bersama gigi.
“ada apa!” tanya raffi kepada billy.
“ada air terjun disini. Tapi kita harus sedikit mendaki memasuki hutan. Mau ikut gak!” ajak billy.
“gue harus pulang siang ini.” ucap raffi lagi.
“em,,padahal, kita udah rencana disini sampai besok. Beneran loe gak mau ikut!” tanya billy lagi.
“gak” jawab raffi lagi.
“gimana bro. kita harus jalan sebelum siang. Loe ikut kan fi?” tanya deni.
“gak den. Gue harus pulang siang ini!” jawab raffi lagi.
“apa...astaga..karena gigi..hah,,,terserah loe dah. Loe udah cukup melalui semuanya. Dan gue pikir, loe seharusnya udah tau, apa yang harus loe lakuin.” Ucap deni lalu berjalan keluar meninggalkan raffi. billy menatap raffi.
“yah udah deh fi. Gue mau siap2 dulu!” ucap billy lalu meninggalkan raffi sendiri. Raffi terdiam duduk dikasurnya.
Gigi nampak keluar dari kamarnya. Dengan memakai celana panjang coklat, kaos putih, sepatu kets, serta tas ransel dan topi, lengkap sudah peralatan untuk menjelajahi hutan.
“wow, udah ada yang siap nih!” ucap kia yang mendapati gigi dengan keadaan siap.
“kalau bukan karena kalian. Gue gak bakal mau!” ucap gigi.
“ini kan impian gue, ayo kita mulai berpetualang!”
“aneh banget sih loe. Kalian itu seharusnya bulan madu berdua. Bukannya banyak orang!” ucap gigi lagi.
“emang kalau kalian ada kita gak bisa bulan madu. Bisa kan sayang!” ucap irwan sambil mengecuk pipi istrinya. Gigi hanya tersenyum.
“yah sudah. Terserahlah” tambah gigi lagi. caca dan shahnas yang memperhatikan gigi dari jauh dibuat bingung.
“dia beneran lihat foto itu gak sih ca?” tanya shahnas.
“pasti lihatlah. Orang gue naruhnya diatas ranjang” tambah caca lagi.
“kalian ngapain?” tanya billy yang membuat shahnas dan caca kaget.
“astaghfirullah. Bang billy. Ngagetin aja.” Ucap caca.
“sini yang, aku pegangin tasnya!” ucap billy langsung membawa tas shahnas.
“disini aja berani bilang sayang. Coba panggil sayang didepan a raffi” tantang shahnas.
“iaa,, siapa takut. Nanti lihat kondisi hati kakak kamu. Kalau aku bilang sekarang, entar yang ada aku dicincang. Mau aku dicincang!” ucap billy.
“yah gak lah. Emang abang billy ku daging mau dicincang!” ucap shahnas sambil memegang pipi billy.
“yahhh,  udah ah,,,gak lihat gue ada disni. Ayo kita lanjutkan investigasi kita. Billy, loe pergi sana!” ucap caca.
“iyaa,,iya. Dada sayang!” ucap billy lagi. caca dan shahnaspun berjalan dibelakang gigi sambil memperhatikan gigi. saat gigi berjalan melewati halaman villa raffi juga sedang berjalan dan berpapasan dengan gigi. gigi seperti tidak melihat raffi, ia melewati raffi tanpa senyuman ataupun sapaan. Raffi melihat kearah gigi yang seperti tidak melihatnya, dan juga berjalan seperti tidak melihat gigi. Caca dan shahnas kembali bingung.
“kok jadi kayak gitu sih. Seperti mereka gak saling kenal!” ucap caca lagi.
“hadeuh,,,tambah bingung gue!” ucap shahnas sambil menepuk jidatnya.
“semua sudah siap!” tanya irwan. semua sudah berkumpul, hanya raffi dan nanda yang nampak tidak siap.
“gue gak ikut. Gue akan pulang pagi ini dengan stevie. Ibunya nanti sore datang dari jerman. Jadi gue minta maaf” ucap nanda.
“owh,,yah sudahlah. Terima kasih sudah datang yang nan!” ucap irwan.
“kalian perginya jangan terlalu lama yah nak. Kita pulang nanti sore” ucap mama zaskia yang sedang berkumpul dan meminum teh di teras villa bersama keluarga irwan.
“ia ma. Jangan khawatir. Insyaallah, sebelum malam kita udah balik kesini.” Ucap irwan yang terus memeluk zaskia.
“aduh, yang penganten baru, udah kaya perangko aja. Nempel terus!” goda deni.
“iya dong!” ucap irwan yang lalu memeluk zaskia.
“nyesel gue dateng sendiri. Istri gue mana sih!” ucap deni lagi. semua pun tertawa.
“loe gak ikut fi?” tanya irwan yang melihat raffi begitu santai.
“gak. Kalian pergilah. Nanti hari keburu siang!” ucap raffi.
“ayo ki, wan, semuanya kita berangkat!” ucap gigi yang tidak memperdulikan raffi, dan memulai perjalanan. Irwan menatap raffi, begitupun dengan yang lainnya. Caca dan shahnas nampak sangat kecewa.
“yah udah deh. Kita berangkat yah. Kalian hati2 pulangnya.” Ucap irwan meninggalkan raffi dan nanda.  raffi berjalan meninggalkan nanda sendiri, nanda memperhatikan raffi yang berjalan kearah belakang villa.
“nak nanda, stevienya mau pulang sekarang?” tanya mama irwan.
“ia tante.” Jawab nanda lalu mencari kemana raffi perginya.
Raffi duduk dikursi belakang villa sambil memandang kedalam hutan, dengan angin dan bunyi burung yang begitu menenangkan.
“ngapain loe duduk disini? Kenapa gak ikut bersama mereka saja!” ucap nanda yang mendekati raffi. raffi tidak menjawab, ia hanya diam.
“hahhhhh” nanda menarik nafasnya dan duduk disamping raffi yang sipisahkan oleh meja.
“bolehkan aku bertanya padamu?” tanya nanda. raffi masih tidak menjawab.
“apakah kamu mencintai gigi?” tanya nanda. raffi berbalik memandang nanda.
“cinta ataupun tidak. Sudah tidak ada gunanya!” jawab raffi.
“semalam aku ingin sekali memukulmu.” Ucap nanda.
“terlebih lagi aku.” jawab raffi singkat.
“kamu ingin memukulku karena aku pernah lari degan gigi!” ucap nanda lagi,
“jangan mengatakan itu, mengingatnya saja, cukup membuatku ingin menghajarmu!” ucap raffi lagi,
“hahaha,,,sadarlah raffi, bukan hanya kamu yang tersakiti disini!” ucap nanda lagi.
“kamu tidak berhak mengajariku. Tidak berhak!”
“aku akan menceritakan sesuatu. Kamu hanya perlu mendengarkan. Untuk meluruskan semuaya.” Ucap nanda lagi.
“hmm,,,mau menjelaskan apa. Semuanya sudah cukup jelas. Dia bahkan mungkin tdak pernah mencintaiku!” ucap raffi lagi.
“aku akan tetap bercerita, terserah kamu akan mendengarkan atau tidak. Suatu hari, aku menyerah padanya. Aku mulai sadar dia tidak akan pernah mencintaiku, dan aku pun memutuskan untuk pergi dan bekerja dijerman. Namun, dia datang dan meminta pertolongan padaku, pertolongan yang sungguh sangat mustahil buatku. Dia memintaku untuk menjadi kekasihnya, hanya untuk sementara saja” jelas nanda. raffi berbalik memandang nanda.
“itu bukan pertolongan. Itu berarti dia mencintaimu!” ucap raffi lagi.
“dia memintaku untuk menjadi kekasihnya, karena dia mencintaimu.” Jelas nanda lagi.
“jangan membuatku tertawa. Hahaha” ucap raffi lagi.
“waktu itu, dia ingin mengorbankan semuanya untuk cintanya!” ucap nanda lagi, raffi menghentikan tawanya dan menatap nanda.
“dia ingin bertanya padamu, apakah kamu mencintainya? Jika ia, maka tidak mengapa jika kamu ataupun dia akan kehilangan semuanya. Karena dia akan tetap bersamamu. Satu pertanyaan yang akan menentukan semuanya. Namun, saat ia hendak menanyakannya padamu, dia baru sadar, bahwa itu sungguh tidak mungkin. Karena kamu memiliki naura!” jelas nanda lagi, raffi mengerutkan alisnya.
“apa maksudmu?”
“robi, memperlihatkan foto2mu bersama naura. dia akan memperlihatkan semua itu kepada keluargamu, jika gigi tidak mau meninggalkanmu. Keluargamu akan hancur, begitupun dengan dirimu. Dalam hal ini, kamulah yang selingkuh darinya, bukan dia. Apa kamu mulai mengerti?” jelas nanda lagi, raffi semakin bingung.
“robi,,,apa yang kamu bicarakan?” ucap raffi lagi menatap nanda dengan penuh tanya.
“robi mengincar posisi sebagai direktur cabang di bandung. Dia memanfaatkan gigi. gigi tidak ingin kamu kehilangan semuanya. Termasuk cintamu pada naura. apa kamu sadar, bahwa dialah yang sangat tersakiti disini?” jelas robi lagi. mata raffi mulai memerah.
“dia mengorbankan semuanya. Cintanya, keluarganya, semua yang dia miliki untukmu. Untuk melindungimu. Bahkan nama baiknya. Anak dari tengker group meninggalkan suaminya dan lari dengan laki2 lain, agar robi tidak menyebarkan foto2 dirumu bersama naura. Dia menanggung semuanya sendiri. Untukmu raffi? tidak cukupkah dunia menghakiminya, dan, kamu masih menghakiminya?” jelas nanda lagi. mata raffi mulai memerah, bibirnya mulai bergetar.
“kamu pikir dia bahagia. Tidak ada hari yang dilaluinya tanpa air mata. Saat dia mengingatmu, dia mulai menangis. Saat dia mengingat keluarganya, keluargamu, dia mulai menangis. kamu pikir dia mudah melewati semuanya? Tidak raffi. dia terluka. Masihkah kamu mau menghakiminya?” jelas nanda lagi. raffi terdiam.
“tidak mungkin!” gumam raffi.
“dia menghilang darimu, untuk melupakanmu. Untuk mengobati hatinya. Seharusnya kamu memeluknya raffi, bukan menyalahkannya.” Jelas nanda lagi.
“tidak mungkin!”
“itulah kenyataannya! Sadarlah raffi!” ucap nanda lagi.
“sekarang terserah padamu. Aku sudah menceritakan semuanya. Mau kehilangannya lagi!”  nanda berdiri dan meninggalkan raffi dalam kebingungan.
“tidak mungkin. Gigi...hahhh” gumam raffi dalam kebingungannya. Matanya mulai berkaca2. Ia berjalan masuk kekamarnya dan mulai memikirkan semua yang dikatakan nanda. berusaha menghubungkan semua yang terjadi. Mengingat robi yang menduduki posisi sebagai CEO saat ini. ia menjambak rambutnya dengan keras. Ia lalu mencari sesuatu ditasnya sampai ada sebuah buku yang terjatuh. Raffi masih tidak memperdulikan buku yang terjatuh dilantai, ia terus mencari tulisan yang ditinggalkan gigi dikamarnya.
“dimana kertas itu” ucap raffi sampai ia menemukannya.
Untukmu
Maafkan aku harus pergi.
Tidak ada kata yang dapat kusampaikan padamu.
Hanya, terima kasih untuk semuanya.
Terima kasih telah memberi warna dalam hidupku.
Hiduplah dengan baik
Jika disuatu saat nanti kita bisa bertemu
Diruang dan waktu yang tepat
aku harap dapat melakukannya.
Sesuatu yang bukan kau inginkan
Tapi yang kuinginkan.
Ia kembali membaca tulisan dikertas itu.
“hahhh” air matanya mulai terjatuh. Matanya tertuju pada buku yang terjatuh dilantai. Buku itu terbuka dan ada tulisan disana.
Dimanakah aku sekarang
Tidak ada celah lagi untuk ku menyusupi bayangmu.
Meninggalkanmu mungkin adalah hal yang benar
namun aku sudah kalah
kalah pada cintaku
hanya jasadku yang kini kubawa pergi
hatiku sudah kutinggalkan disana
tempat yang mungkin pantas ataupun tidak
merenung dibalik kaca
menatap kosong jalan yang sepi
merajuk, menyayat tanpa ampun
hati yang kusimpan mungkin berdarah terluka dalam
hatiku, apakah sama dengan hatimu?
Ingin kupertanyakan itu
Namun, aku tak bisa. NS
Tulisan yang tertulis dibuku itu. Raffi mengerutkan alisnya, ia membuka lembar demi lembar dari buku itu.
Rindu ini sungguh sangat menyiksaku.
Menatap langit yang sama,
Menghirup udara yang sama,
Apakah kita memiliki ingatan yang sama?
Raffi kembali membaca lembar demi lembar dari buku itu.
Entah sejak kapan jantungku mulai berdebar untuk hati yang tidak pantas kusentuh
Menghiba mengharap sinar dibalik kegelapan
Mencari arti dari debaran ini!
Raffi terus membuka dan membaca tulisan dibuku itu.
Apakah aku mencintaimu?
Kenapa aku mulai menangis untukmu?
Mengapa aku mulai tidak suka melihatmu bersamanya?
Raffi kembali membuka lembar demi lembar.
Hei, kamu, bisakah kamu melihat sejenak padaku?
Raffi kembali membuka lembaran, hingga ia menemukan lembaran, yang membuat jantungnya seperti dihujam seribu pedang.
Pada akhirnya aku harus mengakuinya,
Aku mencintaimu, raffi!
Rafi menutup mulutnya, air matanya mulai terjatuh. ia menyapu air matanya dan berlari keluar dari villa. Nanda yang melihat raffi berlari, hanya mengeluarkan senyumnya.
Raffi berlari kedalam hutan,
“maafkan aku gi. Maafkan aku!” gumam raffi yang terus berlari masuk kedalam hutan.
***
Gigi dan yang lainnya sudah sampai di tempat air terjun. Ada villa disana. Setelah meletakkan barang2 mereka, tanpa pikir panjang mereka mulai mencoba terjun kedalam air yang cukup dingin itu.
“owhhh,,dingin banget. Ayo sayang, kemari” ucap billy dan memanggil shahnas.
“siapa yang loe panggil sayang?” tanya deni kaget mendengar billy memanggil shahnas dengan panggilan sayang. Billy hanya diam, tidak tau harus menjawab apa.
“shahnas dan billy sedang pacaran. Jd tidak mengapa kan jika billy memanggil sahahnas sayang!” ucap gigi yang duduk dibatu sambil menggoyang2kan kakinya didalam air. Shahnas yang merasa ketahuan hanya tertawa malu.
“ketahuan juga akhirnya!” ucap caca sambil menepuk jidatnya.
“kalian pacaran?” ucap deni kaget.
“jangan bilang2 keraffi yah. Dia sedang dalam suasana hati yang tidak baik. Entar gue bisa di khek” ucap billy sambil mengarahkan tangannya keleher.
“dasar loe. Harus berani dong” ucap zaskia lalu duduk disamping gigi.
“loe baik2 aja gi?” tanya kia.
“tentu saja.” Jawab gigi sambil berusaha tersenyum.
“gak usah didengerin kata2 si raffi. dia mencintaimu. Hanya saja, dia tidak tau bagaimana cara menunjukkannya. Dia terlalu bodoh. Aku pun tidak sanggup melihat kebodohannya” tambah irwan. gigi hanya tersenyum.
“dia, benar2 mencintaimu gi. Dia mampu, melalui semuanya karenamu. Dia hanya tidak tau, harus berkata apa, dan memulai dari mana. Maklum, dia kan lelaki tampan minim pengalaman.” Ucap deni mencoba membuat gigi tertwa. Gigi hanya tertawa mendengar perkataan teman2nya.
“sekarang, ayo kita berusaha melupakan semuanya, dan menikmati hari ini.” tambah deni dan mulai melompat kedalam air.
“wohoooooo,,seger banget,,,sayang,,maaf,,aku bersenang2 tanpamu!” teriak deni yang mulai menyelam. Gigi hanya melihat semuanya, dan berusaha tersenyum.
“mau kemana gi?” tanya kia yang melihat gigi berdiri.
“mau kevilla sebentar.” Ucap gigi lalu berjalan masuk ke villa.
“dasar raffi bodoh.” Ucap irwan. kia hanya tersenyum melihat suaminya.
“sayang,,ayo kita mandi!” goda irwan, zaksia yang merasa geli, mencoba lari dari irwan.
***
Gigi menatap keindahan alam melalui jendela kamarnya.
“mba,,,” panggil shahnas dan caca dengan baju yang basah kuyup.
“emm” jawab gigi.
“ayo sana mandi!” ucap caca.
“iya,,” caca dan shahnas menarik tangan gigi dan memaksanya untuk keluar dari kamar.
“ehhh,,,aku mau ganti baju dulu” teriak gigi, namun caca dan shahnas langsung menceburkan gigi kedalam air dan mulai tertawa.
“dasar yah kalian! Awas yah” ucap gigi, shahnas dan caca malah berlari masuk kevilla.
Irwan dan zaskia sedang berjalan disekitar hutan sambil menikmati keindahan alam disitu.
“indah banget yah yang, tenang banget!” ucap zaskia sambil menyenderkan kepalanya dibhu irwan. tiba2 raffi datang dengan terengah2.
“yang itu siapa!” teriak zaskia yang melihat seorang pria yang nampak berantakan dan dengan nafas yang saling memburu. Irwan berusaha memperhatikan.
“raffii” gumam irwan, zaskia ikut mempehatikan.
“raffi loe kanapa? Itu tangan loe berdara!” ucap zaskia melihat goresan ditangan raffi.
“oh,,ini Cuma kena kayu,,ajja kok. Emmmm, gigi dimana?” tanya raffi berusaha mengatur nafasnya.
“tadi dia ada didalam villa. Katanya mau..” belum juga zaskia melanjutkan kata2nya, raffi kembali berlari meninggalkan zaskia dan irwan.
“dia gak cape lari kayak gitu. Ini kan jalanannya gak rata yang!” ucap zaskia, irwan hanya tersenyum dan mengangkat kedua bahunya.
“sepertinya kita harus melihat jawabannya!” ucap irwan. mereka pun berjalan mengikuti raffi yang terus berlari. Saat raffi sudah sampai di air terjun, tanpa melihat kesekitarnya ia langsung masuk kedalam villa. Billy yang melihat raffi nampak bingung. Gigi yang sedang menyelam tidak sadar dengan kehadiran raffi.
“raffi,,,bukannya dia bilang gak mau” gumam billy. Gigi yang mendengar sedikit perkataan billy mulai bertanya.
“siapa yang gak mau bil?” tanya gigi.
“oh,,,gak kenapa2 kok!” jawab billy bohong. Didalam villa, raffi memeriksa kamar satu persatu.
“kita harus cari bukti bahwa mba gigi juga mencintai a raffi!” ucap shahnas yang mulai membongkar tas gigi yang ada dalam lemari.
“yah udah aku pipis dulu yah!” ucap caca lalu masuk kekamar mandi.
Raffi membuka kamar yang didalamnya ada shahnas dan caca. Shahnas yang mendengar seseorang membuka pintu, merasa ketahuan, ia terdiam dibalik pintu lemari yang menutup sebagian badannya.
“mampus gue!” gumam shahnas pelan.
“aku mencintaimu!” ucap raffi yang berusaha mengatur nafasnya. Shahnas mulai mengerutkan dahinya. Ia mengenal betul suara yang baru saja mengatakan cinta padanya.
“aku mencintaimu gi. Aku sungguh2 mencintaiumu!” tambah raffi lagi. caca yang mendengar melalui kamar mandi, cepat2 cepat menyelesaikan pipisnya, namun bunyi dari arah kamar mandi terdengar oleh raffi. raffi mengerutkan dahinya, dan shahnaspun mulai menutup pintu lemari dan melihat kakanya dengan tatapan jahil.
“nanas juga mencintai aa kok!” ucap shahnas yang langsung memeluk kakaknya, caca keluar dari kamar mandi dan mulai tertawa.
“kalian!” ucap raffi yang merasa bodoh.
“padahal itu ucapanku yang sudah aku kumpulkan selama dalam perjalanan kesini!” ucap raffi seperti orang yang putus asa.
“mau ketemu mba gigi..ayo ikut kita!” ucap caca, raffi seperti lemas tak berdaya mengikuti caca dan shahnas menariknya.
“kok bisa sih dia lari. Kita aja jalan cape yang!” ucap zaskia baru saja sampai.
“kalian dari mana?” tanya gigi kepada zaskia, zaskia nampak heran melihat ketenangan wajah gigi.
“elo,,,udah ketemu sama raffi?” tanya kia.
“raffi!” ucap gigi yang nampak bingung. Billy dan deni hanya diam.
“ayo cepetan a!” ucap shahnas yang terus mendorong tubuh raffi untuk bertemu dengan gigi. raffi melihat gigi dan kembali menundukan kepalanya. Gigi yang melihat raffi nampak bingung, dan berusaha tidak perduli. Ia kembali menyelam kedalam air.
“mba gigi. ada yang a raffi mau omongin katanya!” teriak caca pada gigi. gigi kembali melihat kearah caca, namun ia kembali beranang.
“em,,kawan2,,bagaimana kalau kita main kebelakang. Ada pemandangan indah disana!” ajak irwan kepada yang lainnya. Berusaha memberi ruang pada raffi dan gigi untuk bicara.
“ayo,,,” ucap billy yang naik dari air. Begitu pula dengan deni, shahnas dan caca.
“semangat a!” ucap shahnas menyemangati kakanya. Mereka pun meninggalkan raffi dan gigi. raffi masih terdiam, berdiri didepan villa,sedangkan gigi masih didalam air. Gigi melihat kearah raffi, namun karena raffi tak berkata apa2, gigi kembali berenang. Raffi melihat kearah gigi, ia menarik nafasnya dan berusaha mendekati gigi yang sedang berenang. Raffi sekarang berada ditepi air.
“ayo cepet a, ngomong!” ucap shahnas yang sedang mengintip raffi dan gigi dibalik pohon.
“ia,,kok lama banget sih dia ngomongnya!” tambah caca yang juga sedang mengintip menemani shahnas.
“bener2 yang ni anak dua.” Ucap zaskia sambil menjewer kuping shahnas dan caca.
“aaaa,,,kak zaskia. Sakittt” protes caca.
“ia,,kita harus melihat ini kak!” tambah shahnas.
“dasar yah kalian. Jangan intip2, ayo pergi.” Ajak zaskia. Shahnas dan caca nampak kesal.
“sini sayang!” ajak billy kepada shahnas.
“apa2an loe bil. Mau disembelih sama raffi!” ucap irwan.
“ia,,ia” ucap billy yang langsung menjauhi shahnas.
Raffi masih saja diam dan memandang gigi yang masih asyik berenang. Gigi mulai berhenti dan memandang raffi.
“bukankah semua urusan kita sudah selesai. Jangan diam disitu. Itu sungguh mengganggu” ucap gigi menyapu wajahnya. Raffi tidak berani menatap gigi.
“maafkan aku!” satu kata akhirnya berani dikeluarkan oleh raffi. gigi menarik nafasnya.
“tidak ada yang perlu dimaafkan. Sekarang pergilah. Aku sedang tidak ingin melihatmu!” ucap gigi lagi raffi memberanikan menatap gigi. gigi kembali berenang. Saat ia sedang asyik berenang terasa ada yang menarik pinggangnya hingga ia terbangun dari air, ada tangan kekar sedang melingkar diperutnya, dan ia tau itu tangan siapa.
“maafkan aku...maafkan aku...maafkan aku” ucap raffi berkali2 ditelinga gigi. gigi berusaha membuka lingkaran tangan raffi yanga ada diperutnya. Namun raffi terus memeluknya dari belakang.
“kumohon. Biarkan seperti ini. cukup dengarkan saja. Aku mohon!” ucap raffi yang berusaha menghentikan gigi yang berusaha melepaskan diri darinya. Gigi kini tidak berusaha melepaskan tangan raffi dari perutnya.
“aku tidak sanggup untuk menatap wajahmu. Aku tidak sanggup. Jadi, dengarkan apa yang akan aku katakan!” ucap raffi lagi.
“katakan apa yang perlu kamau katakan. Dan lepasakan aku!” ucap gigi.
“yah, dengarkan. Setelah itu, aku akan menerima apapun keputusanmu.” Tambah raffi lagi. gigi dapat merasakan degup jantung raffi. ia terdiam, berusaha menepis perasaannya kali ini.
“katakan apa yang perlu kamu katakan!” ucap gigi lagi.
“maafkan aku. aku berbohong, untuk jawabanku semalam. Perasaan saat menikahimu, adalah perasaan yang ingin kuulangi berkali2. Saat pertama kali aku melihatmu, aku ingin memelukmu, bertanya, apa kau baik2 saja. Namun, karena egoku, aku tidak melakukan itu. Seharusnya aku mencarimu, tapi karena egoku, membiarkanmu pergi dengan pikiran kamu bahagia bersama orang lain. Maafkan aku, yang tidak pernah bertanya, apakah kamu baik2 saja, saat kamu masih bersamaku. Maafkan aku yang pernah mengabaikanmu. Maafkan aku, yang terlalu bodoh membiarkan diriku untuk berani merasakan perasaan ini. aku mencintaimu. Aku mencintaimu nagita slavina. Meskipun perkataan ini akan membunuhku, aku akan tetap mengatakannya, aku mencintaimu, aku mencintaimu, aku mencintaimu.” Jelas raffi dengan mata yang mulai berkaca2. Air mata gigi terjatuh saat mendengar perkataan raffi.
“apakah sudah selesai.” Tanya gigi. raffi mulai melonggarkan tangannya yang sedang melingkar diperut gigi. gigi mulai berbalik menatap raffi. ia menyapu air matanya. Raffi berusaha mencari arti dari tangisan gigi. gigi manatap raffi yang sekarang sedang berdiri dihadapannya.
“lalu apa yang kamu ingin kamu dengarkan dariku!” tanya gigi yang berusaha menahan tangisnya.
“maafkan aku gi. Kamu sudah banyak berkorban untukku. Aku sudah mendengar semuanya dari nanda!” ucap raffi kembali menundukan pandangannya.
“pergilah,,pergilah raffi” ucap gigi. raffi menaikkan wajahnya dan menatap gigi, gigi mulai menangis, raffi pun mulai meneteskan air matanya.
“apakah kamu benar2 ingin melihatku pergi?” tanya raffi kembali.
“yahhh,,,pergilah,,pergi raffi...pergiiii” teriak gigi dengan air matanya.
“hahhhhh,,,,aku akan pergi. Jika itu yang kamu inginkan. Tapi, jantungku, terus berdetak untukmu. Apa yang harus aku lakukan. Mataku terus memandang kearahmu, apa yang harus aku lakukan. Dadaku terasa sesak, seperti semua udara habis saat aku mengingatmu, apa yang harus kulakukan. Kali ini kamu ingin aku yang meninggalkanmu. Bagaimana bisa, satu nafasku ada padamu!” jelas raffi lagi.
“kumohon pergilah!” ucap gigi lagi.
“aku sungguh ingin menyediakan dadaku untukmu menangis. merasakan air matamu! Tapi, jika kamu tidak ingin, apa yang bisa aku lakukakan!” ucap raffi lagi.
“maafkan aku. mungkin cinta ini adalah hukumanku!” ucap raffi lalu berbalik hendak meninggalkan gigi.
“apa aku benar2 manyakitimu!” ucap gigi. raffi berhenti.
“aku benar2 tidak tau. Aku pikir kamu akan bahagia bersama naura. aku pikir semua yang kulakukan sudah benar. apa selama ini kamu menderita karena apa yang kulakukan padamu? Kamu meninggalkan semua yang ayahmu berikan padamu. Hiks,,,apa kamu sungguh menderita karenaku?” tanya gigi dalam tangisnya.
“hiks,,maffkan aku”,,gigi menundukkan kepalanya. Dan terus menangis.
“aku,,,bahkan rela menukarkan semua yang kumiliki untukmu. Kamu tidak pernah menyakitiku. Aku hanya marah karena terlalu merindukanmu. Aku ingin bertanya padamu sekali lagi. disurat yang kamu tinggalkan
Apakah itu untukku? Surat itu, seperti memberikanku nafas baru. Jika itu untukku, lalu apa yang ingin kamu lakukan?” tanya raffi yang masih membelakangi gigi. tiba2 gigi memeluk tubuh raffi dari belakang.
“aku ingin melakukan ini. memelukmu. Waktu itu, waktu kamu melindungiku dari tamparan papa, aku ingin sekali memelukmu.” Ucap gigi yang memeluk raffi masih dalam tangisnya. Raffi memegang tangan gigi, berbalik memandang gigi yang sedang menangis didepannya. Ia memegang dagu gigi dan menatap wajah yang sangat ia rindukan.
“aku mencintaimu,,aku mencintaimu,,,aku mencintaimu” ucap raffi berkali2 sambil menatap wajah gigi, gigi menatap wajah raffi. raffi berjalan mundur, dengan tangis dan senyumannya, sedikit menjauhi gigi. ia lalu melebarkan tangannya.
“nagita slavina, aku raffi ahmad, mengatakan, aku mencintaimu, aku akan mencintaimu seumur hidupku. Aku ingin hidup bersamamu lagi. aku ingin melalui sisa hidupku bersamamu. memperbaiki semuanya. Kali ini, apakah kamu ingin, kembali hidup bersama pria, yang mungkin masih akan sering kamu marahi ini. aku mungkin akan selalu membuatmu mengomel, tapi aku ingin diomeli olehmu. Aku rindu padamu, sungguh” ucap raffi masih mengharapkan gigi lari dalam pelukannya.
“dasar bodoh” ucap gigi yang mulai tertawa dalam tangisnya.
“aku masih menunggu” ucap raffi lagi, gigi pun mulai berlari kearah raffi, dan memeluk raffi dengan erat. Raffi membalas pelukan gigi. merekapun menangis dengan haru.
“aku mencintaimu. Sangat mencintaimu” ucap raffi yang melepaskan pelukannya dan memandang wajah gigi dengan lekat. Ia membelai rambut gigi.
“jangan tinggalkan aku lagi. aku tidak tau apa yang akan terjadi padaku jika kamu meninggalkanku” ucap raffi menatap gigi dengan erat.
“kamu mencintaiku?” tanya raffi, gigi hanya mengeluarkan senyumannya. Raffi menggenggam tangan gigi.
“apa kamu mencintaiku?” tanya raffi lagi.
“apa kamu sangat ingin mendengarnya?” tanya gigi lagi. raffi tersenyum dan menggukkan kepalanya. Tiba2 gigi mengecup bibir raffi. raffi nampak kaget, sedangkan gigi hanya tersenyum.
“aku mencintaimu raffi ahmad, sangat mencintaimu!” ucap gigi, raffi langsung tersenyum dan memeluk gigi. dia memeluknya dengan sangat erat.
“katakan sekali lagi!” ucap raffi. gigi melepaskan pelukannya.
“tidak ada siaran ulang!” ucap gigi,
“aku mohon.” Mohon raffi,
“aku mencintaimu raffi,,aku mencintaimu!” ucap gigi lagi, raffi tersenyum senang, dan langsung mendaratkan ciumannya dibibir gigi. gigi berusaha melepaskan ciiuman raffi.
“aku belum memberimu izin untuk menciumku” ucap gigi yang mendorong tubuh raffi dan tersenyum nakal. namun raffi hanya tersenyum jahil dan kembali mencium bibir gigi. gigi hanya tersenyum dan membalas ciuman raffi.


Udah dulu yah,,,heheheh,,,yang sweet2nya minggu depan yah....masih ada yang mau baca gak.