Minggu, 25 Oktober 2015

My Imagination "Dalam Diam Kau Curi Hati Ku" Part 15

Yang udah pada nonton janji suci dan family rans, sekarang waktunya buat baca cerbung gue yah, hehe, ost part ini Melly Goeslaw-Hanya, Naif-Benci untuk mencintai, Maudy Ayunda-Tiba-tiba cinta datang.

“Dalam Diam Kau Curi Hati Ku”

Part 15

“gi” paggil nanda lagi, gigi hanya menatap nanda dengan tatapan dinginnya.
“jika tidak ada cinta dalam pernikahan kalian,,, bolehkah kamu mencoba menerimaku yang mencintaimu?” ucap nanda yang membuat gigi kaget, nanda menatap gigi dengan penuh harap berharap sebuah jawaban yang akan memberikannya ruang. Gigi diam beberapa menit.
“huft, kamu mau becandaiin aku lagi. udah gak mampan, udah tau aku” ucap gigi sambil melanjutkan makannya. Namun nanda tetap memandang gigi dengan tatapan serius.
“mungkin bagimu ini adalah sebuah ungkapan candaan, tapi aku tidak bercanda gi” tambah nanda lagi, gigi pun berbalik melihat serius ke arah nanda.
“kau tau. Hidupku penuh dengan penyesalan saat bertemu denganmu” jelas nanda lagi, gigi masih diam ia tidak tau harus mengatakan apa.
“aku menyesal, kenapa aku bertemu dengan mu, setelah kamu menjadi milik orang lain. Aku menyesal, membiarkan rasa ini tumbuh, hingga membuatku sulit untuk berfikir jernih. Aku harus berbuat apa padamu, akupun tidak tau” ucap nanda lagi, gigi menundukan kepalanya.
“kamu tau aku sudah menjadi milik orang lain, jadi mau bagaimana lagi” ucap gigi dengan senyum hambarnya, nampak terlihat senyum itu hanya dipaksakan olehnya.
“aku tau pernikahan kalian tanpa cinta. Maaf, aku mendengar semua pembicaraanmu bersama zaskia saat raffi membawa naura ke IGD” jelas nanda, gigi berbalik kearah nanda dengan tatapan yang begitu kaget.
“aku tau tidak ada cinta diantara kalian berdua. Dan aku tau raffi mencintai naura. Aku tidak akan memaksamu, aku akan menunggu sampai kamu yang memintaku, untuk berjalan kearahmu atau untuk meninggalkanmu. Jangan pernah melarangku untuk peduli padamu gi, jangan pernah melarangku untuk mencintaimu. Maafkan aku” jelas nanda, yang berdiri lalu meninggalkan gigi dengan kebingungannya sendiri ditaman belakang rumah sakit. Tidak jauh dari mereka, nampak zaskia berdiri sambi memegang kotak makanan ditangannya.
“nanda menyukai gigi, sudah kuduga. Hmm, kenapa hidup loe semakin rumit sih gi” gumam zaskia. Zaskia berjalan mendekati gigi yang masih diam dengan lamunannya setelah mendengar pengakuan nanda.
“heyy” teriak zaskia mengagetkan gigi.
“hm” gumam gigi.
“ya Allah ni bocah. Sadar hey. Ni gue bawa makanan buat loe?” ucap kia menyodorkan kotak makanan kearah gigi. gigi hanya melihat kotak makanan itu dan kembali menatap kedepan.
“gue juga bingung sama kasus hidup loe. Kita kayaknya butuh pengacara untuk memecahkannya” ucap kia. Gigi masih tidak merespon.
“ya Allah. Bisa gak loe sadar kalau sekarang disamping loe itu sedang ada manusia yang duduk. Sesama manusia harus saling berkomunikasi. Gii” ucap kia yang mulai geram dengan sikap gigi.
“loe dengar semuanya yang diungkapkan nanda kan” gigi membuka suara.
“iya, gue denger. Kalau dibandingin ama raffi, yang super duper nyebelin mendingan si nanda. Cakep, baik, sopan, tajir pula. Beuh, loe tau dirumah sakit ini aja fansnya bejubel.” Ucap kia lagi.
“loe gak suka ama raffi kan? Awalnya gue berharap loe bisa akur dan menjalani pernikahan yang sebenarnya bareng raffi. menjadi keluarga yang sakinah, mawadah & warahmah. Tapi saat melihat sikap raffi sama loe, terus tau dia suka sama naura, gue mulai pengen cekek lehernya. Yah, untung aja loe gak suka ama dia, jd nanti kalau pernikahan kalien telah berakhir, elo bisa dengan sangat mudah menyingkirkan dia dari hidup loe.” Ucap zaskia lagi. gigi masih dengan ekspresi dinginnya.
“gue pulang yah ki” ucap gigi yang berdiri dan beranjak meninggalkan zaskia.
“yah gi, loe belum makan” ucap zaskia, namun gigi tetap berjalan menjauh meninggalkan zaskia.
“tuh anak. Dia gak cinta ama raffi kan? Ah,, pusing gue, mending gue makan” ucap kia.
***
Sesampainya dirumah, ia memasuki kamarnya, membuka balkon kamarnya. Ia duduk menatap langit disore itu. Memikirkan semua perkataan nanda, perkataan naura, dan perkataan zaskia.
“hah, kenapa aku begitu bingung. Kenapa aku begitu bingung. Apa yang harus aku lakukan” gumam gigi yang menyandarkan tubuhnya dikursi malas di balkon kamarnya. Raffi baru pulang dari kantor, dengan ekspresi yang sama, ia memasuki rumah, memasuki kamarnya, namun saat memasuki kamarnya, ia menoleh kepintu kamar gigi. “dia sudah pulang” gumam raffi menatap pintu kamar gigi dalam beberapa detik, lalu memasuki kamarnya. Ia duduk termenung di atas ranjangnya. Memikirkan janjinya kepada naura, apa yang naura katakan. Dengan wajahnya yang begitu bingung ia baring diranjangnya dan melihat kosong kearah langit2 kamarnya sampai ia tertidur. “tok, tok, tok” terdengar bunyi ketokan pintu kamar raffi. raffi yang mulai sadar dari tidurnya terbangun, ia beranjak berdiri dan membuka pintu kamarnya.
“makan, udah malem.” Gigi memperhatikan keadaan raffi.
“loe blom mandi? Mandi sana, terus turun buat makan” ucap gigi lalu berlalu meninggalkan raffi. raffi tidak komentar apa2, ia hanya melihat belakang gigi yang mulai berjalan menjauhinya.
“yah, kenapa telur lagi sih” omel raffi yang melihat menu makan malam mereka.
“nih,,,ada ayam goreng” ucap gigi yang lalu meletakkan sepring ayam goreng dihadapan raffi.
“nah, gitu dong” ucap raffi yang memperlihatkan senyumnya lalu memakan makanan gigi dengan lahap.
“masakan loe itu selalu aneh rasanya” ucap raffi.
“makan, gak usah komentar.” Ucap gigi.
“em, besok pagi, gue berangkat kesingapore. Sabtu gue pulang” ucap raffi dengan terbata2.
“yah terus” ucap gigi dengan dingin.
“yah, gak kenapa2” ucap raffi yang terlihat kesal dengan ekspresi gigi. setelah makan malam selesai, gigi memberi makan pada ikannya, raffi yang melihat hal tersebut nampak kesal.
“ikan aja yang loe urusin” ucap raffi pada gigi dan beranjak naik kekamarnya dengan wajah ditekuk.
“kenapa sih tu anak” ucap gigi yang kembali memberi makan si blue.
“wah blue, air aquariummu udah kotor, kita ganti yah” ucap gigi yang lalu membersihkan akuarium si blue. Raffi ternyata mengintip dari balik tangga.
“yah, seharusnya dia ngurusin suaminya yang mau keluar negeri. Ini, tinggal ngurusin ikannya yang gak penting” gumam raffi yang duduk didekat tangga. Ia kemudian beranjak kekamarnya, diperhatikan kopernya yang masih kosong.
“mau bawa baju apa yah!” ucap raffi sambil melihat isi lemarinya. Dia pun memilih pakainnya dan memasukkan kedalam koper, gigi yang berjalan kekamarnya melihat kearah kamar raffi. raffi membuka lebar pintu kamarnya sehingga gigi dapat melihat apa yang sedang dilakukan raffi.
“banyak banget loe bawa baju, mau pergi sebulan?” ucap gigi yang berdiri di depan pintu kamar raffi.
“terserah gue, kan gue yang mau pergi” ucap raffi dengan betenya. Gigi menarik nafasnya dan masuk kekamar raffi. memperhatikan semua barang yang hendak dibawa raffi.
“sini, gue bantuin” ucap gigi yang mengambil beberapa buah pakaian dari koper raffi.
“gak usah” ucap raffi menepis tangan gigi.
“sini” ucap gigi menarik tas raffi, raffi melihat gigi masih dengan wajah betenya.
“ini gak usah dibawa. Disana mau meeting berapa kali?” tanya gigi
“dua kali!” jawab raffi masih dengan wajah betenya.
“bawa satu celana aja, celana hitam aja. Bedain kemejanya. Kemejanya putih sama biru aja. Jasnya item aja. Biar gak terlalu banyak barang bawaannya. Rencana mau jalan gak disana. Bawa baju santai seperlunya aja. Pakaian dalam mana? Yang penting masa loe gak bawa. Pasta gigi! sabun! Emang gak mau bawa? Gak usah pakai punya hotel, bawa aja dari sini, sepatu ama kaos kaki mana?” celoteh gigi sambil memasukkan baju yang perlu dibawah raffi, mengambil peralatan mandi raffi. raffi yang melihatnya hanya mengikuti dimana gigi bergerak.
“bawa tas kecil juga buat dijinjing, jadi baarang yang penting ditaruhnya disitu aja. Ada gak?” tanya gigi.
“tuh ada diatas lemari.” Ucap raffi, gigi pun berusaha meraih tas tersebut, namun karena ia kurang tinggi tangannya tidak bisa menggapainya, raffi yang melihat itu langsung berdiri dan mengambil tas tersebut dengan posisi disebelah gigi. saat raffi mengambil tas tersebut gigi berbalik dan disaat yang sama raffi ikut berbalik, wajah raffi dan gigi pun saling berhadapan.
“loe bisa ngambil sendiri, kenapa gak dari tadi” omel gigi, lalu mengambil tas yang ada ditangan raffi. raffi masih terpaku, ia kembali memegang dada sebelah kirinya.
“sepertinya gue masih sakit” gumam raffi.
“raffi” teriak gigi.
“apa” jawab raffi.
“sini bantuin” perintah gigi.
“taruh disini, loe bisa kan masukin sendiri” ucap gigi yang berdiri dan duduk diatas ranjang.
“pikirkan lagi barang yang penting. Baju yang mau dipakai pergi disiapin aja, biar gampang besok paginya. Berkas2 kantor yang perlu loe bawa, tiket pesawat. Pasang alarm, biar nanti gak telat” oceh gigi yang duduk dikasur raffi sambil memperhatikan raffi.
“iya, bawel” ucap raffi. raffi pun membereskan barang bawaannya, ia mengecek barang yang penting untuk dibawanya.
“tiket, udah, semuanya udah beres, yap” ucap raffi yang melihat barang bawaannya. Ia menoleh kearah gigi, ternyata gigi sudah tertidur dikasur raffi.
“hah, pantes dia diam. Udah tidur ternyata” gumam raffi yang berjalan mendekati gigi.
“tidurnya kok kayak gini sih,” raffi memperhatikan posisi tidur gigi, kakinya menggantung.
“gi” panggil raffi, namun setelah memperhatikan wajah gigi yang begitu lelap, ia jadi tidak tega untuk membangunkan gigi, diangkatnya tubuh gigi untuk memperbaiki posisinya, saat ia hendak menarik tangan kirinya dari kepala gigi, gigi bergerak memeluk tubuh raffi seperti sebuah guling. Raffi diam tidak bergerak. Ia akhirnya berbaring disamping gigi dengan tangan kirinya sebagai bantal gigi. ia memegang tangan kanan gigi yang berada didadanya.
“hahhh, sepertinya gue harus kedokter” ucap raffi yang menarik nafasnya dengan panjang. Karena posisinya yang begitu dekat dengan gigi, ia dapat mencium aroma tubuh gigi. ia menaikan selimutnya dan memperbaiki posisinya. Mau tidak mau posisi mereka berdua sekarang seperti tidur dalam posisi berpelukan.
“gue gak tau sejak kapan gue suka mencium aroma tubuhmu” gumam raffi yang berusaha untuk terlelap.
***
Pukul 05.00 WIB, alarm raffi berbunyi, raafi mulai terbangun, dengan refleks raffi menarik tangannya yang menjadi bantal gigi, sontak kepala gigi jatuh kekasur dengan kasar.
“aww” ucap gigi yang tidak sadar apa yang sebenarnya sedang terjadi, raffi yang melihat gigi mulai bangun tidak mengeluarkan komentar apapun, ia beranjak kekamar mandi. Gigi yang mulai sadar melihat sekelilingnya.
“ini bukan kamar gue. Aeshhh, gue ketiduran disini ternyata” gumam gigi yang baru sadar kalau ia tertidur dikamar raffi. diperhatikan barang bawaan raffi.
“hmm, udah beres ternyata” gumam gigi, ia lalu berlalu turun kebawah untuk membuatkan sarapan untuk raffi. raffi yang baru keluar dari kamar mandi melihat gigi sudah tidak ada dikamarnya.
“kemana tuh anak” gumam raffi. ia pun memakai bajunya dan turun kebawah.
“makan dulu.” Ucap gigi.
“bentar lagi, kan pesawatnya masih jam 7 ini.
“makan cepetan, berangkatnya jam 6 aja. Sirosi jam berapa datengnya?” ucap gigi.
“bentar lagi” ucap raffi dengan mulut penuh makanan. Tiba2 bel rumah raffi berbunyi.
“itu si rosi yah” ucap gigi yang berjalan menuju pintu.
“eh, rosi masuk” ucap gigi yang mempersilahkan rosi masuk.
“rosi, loe bawa tu semua barang bawaan gue, taruh dimobil” perintah raffi yang sudah membawa barang bawaannya diruang tamu.
“siap bos” ucap rosi. Rosi pun menyuruh supir kantor untuk memasukkan barang bawaan raffi kemobil.
“rosi, ikutan makan sini” ajak gigi.
“saya sudah makan kok bu” ucap rosi.
“hmm, yah udah” ucap gigi. raffi sudah selesai makan, dan bersiap untuk berangkat.
“raffi” panggil gigi.
“apa” ucap raffi.
“nih, dibawa aja. Nanti kalaw laper bisa dimakan.” Ucap gigi yang menodorkan kotak bekal makanan kepada raffi. raffi cukup kaget menerima kotak bekal makanan yang dibuatkan oleh gigi.
“oh, ok, gue berangkat yah” ucap raffi.
“yah, hati2” ucap gigi yang mengiringi kepergian raffi dengan mobilnya. Rosi yang baru saja melihat moment langka didepannya hanya mengeluarkan senyum kecilnya.
“kenapa loe senyum2” tanya raffi kepada sekretarisnya itu.
“gak kok pa. seneng lihat sama bapak dan istri bapak. Istri bapak juga cantik banget, baik lagi” ucap rosi.
“ngapain loe muji2 istri gue” ucap raffi dengan dingin, lalu tiba2 ia berbalik melihat kotak bekal yang dibuatkan gigi, ia mengeluarkan senyumannya.
Dirumah gigi sudah bersiap2 untuk berangkat kerumah sakit, diperhatikan seisi rumah.
“hai blue, makan dulu yah, mama mau kerumah sakit dulu” ucap gigi pada ikannya dan berlalu pergi.
***
Dirumah sakit, tidak seperti biasanya nanda yang selalu datang menyapanya, hari itu bahkan nanda belum memperlihatkan wajahnya, hingga waktu makan siang pun tiba.
“gi, loe udah bereskan, kita makan diluar yuk” ajak zaskia.
“oh, gue mau langsung pulang aja” namun gigi kembali berfikir. “oh iya, gue kan gak perlu pulang cepet, raffi juga lagi gak ada” gumam gigi dalam hatinya.
“yah udah, kita makan diluar yuk” ajak gigi kepada kia.
“oh, bukannya loe mau pulang” ucap kia
“gak, hayuuu” ucap gigi yang langsung menarik tangan kia. Mereka pun tiba disalah satu restoran, setelah memesan makanan, mereka berbincang2 masalah rumah sakit dan pekerjaan mereka.
“hmm, gi, loe udah lihat si nanda gak hari ini?” tanya kia.
“blom, kenapa?” tanya gigi lagi.
“seharusnya loe tanya kenapa dia gak keliahatan” ucap kia lagi.
“emang kenapa gue harus tanya” ucap gigi lagi.
“seenggaknya, loe sedikit baik sama dia, diakan udah baik banget sama loe” jelas kia lagi. gigi hanya mengangkat kedua bahunya sambil meminum minumannya.
“yah ini anak. Btw, tumben loe mau gue ajak makan sore, biasanya loe nolak mulu” tanya kia lagi.
“si raffi lagi ke singapore, jd gue gak perlu pulang cepet” jelas gigi.
“oh gitu. Hm, gimana tanggapan loe sama perasaan nanda?” tanya kia lagi.
“hm, gue cuman nganggap dia sebagai teman, gak lebih. Emang sih dia udah baik banget. Tapi loe tau keluarga gue, gue gak mau dia ikut terluka karena suka sama gue” jelas gigi.
“jadi?” tanya kia lagi.
“apanya yang jadi! Yah, gue gak mungkin bisa balas perasaan dia. Gue juga gak ada perasaan sama dia. Memberinya harapan hanya akan menyakitinya” jelas gigi lagi.
“yah, padahal gue setuju banget loe sama dia.” Ucap gigi.
“dia bakal hancur, kalau keluarga gue tau dia punya perasaan ke gue, apalagi kalau gue sampai ngebales perasaannya. Bisa terjadi perang tau” jelas gigi lagi.
“lalu, bagaimana dengan raffi? apa yang akan terjadi pada naura. Mereka sudah jelas punya hubungan. Apakah sama?” tanya kia, gigi terdiam.
“entahlah, itu dia yang gue pikirin. Ditambah siraffi begitu bodoh, dia akan kehilangan segalanya kalau orang tau hubungannya dengan naura” ucap gigi yang terlihat cemas.
“loe suka yah sama raffi” tanya zaskia kepada gigi.
“hm, gak, bukan gitu. Aku hanya...aku hanya tidak ingin dia melukai dirinya sendiri” ucap gigi.
“oh, gue udah tau jawabannya kalau gitu” ucap kia.
“maksud loe” tanya gigi lagi.
“gak,,ini makanannya udah datang. Ayo kita makan” ucap kia yang begitu senang melihat makanannya.
***
Gigi memasuki rumahnya, melihat sekelilingnya.
“hai blue, kamu blom makan yah hari ini,...ini ayo makan. Mama keatas dulu yah” ucap gigi lalu berlalu kekamarnya. Setelah itu ia turun kebawah untuk membuat kopi, ia merasa ada yang aneh dirumahnya sendiri. Setelah membuat kopi ia kembali keatas, masuk keruang kerjanya dan mengerjakan beberapa pekerjaannya. Ia mengingat saat raffi mengganggunya diruang kerja hanya untuk dimasakan makanan.
“hmm,,,hah, ayo kerja. Bagus, hening, gak ada yang berisik” ucap gigi yang kembali mengetik. Di singapore, raffi nampak baru selesai menjalani rapat, ia bersalaman dengan beberapa orang asing lalu pamit bersama sekretarisnya.
“bos, mau makan apa malam ini” tanya rosi kepada raffi, karena raffi tidak ikut makan saat rapat tadi.
“hmmm, loe beliin aja gue roti isi disupermarket sama susu coklat, ok. Gue tunggu dikamar” ucap raffi.
“em, ok bos” ucap rosi berlalu pergi. Raffi berjalan kekmarnya, ia merebahkan tubuhnya diranjang.
“hm, laper. Bisanya kalau laper gue panggil.....Gigi....Oh iya, bekel dari gigi” ucap raffi lalu membuka bekal yang dibuatkan gigi tadi pagi. Saat ia membuka kotak bekal dari gigi, ia tersenyum melihat isi dari bekal makanan yang dibuatkan gigi.
“nasi goreng, hm, blom bau kan. Makan ah” ucap raffi yang kemudian makan dengan lahapnya.
“wahh,,kenyang,” ucap raffi yang telah memakan habis bekal dari gigi.
“bos, ini rotinya” ucap rosi.
“simpen aja disitu, buat besok pagi. Gue udah kenyang” ucap raffi.
“oh, makan bekal dari bu nagita yah. Hm, bos” panggil rosi.
“aplagi, sana kembali kekamar loe. Rapatnya besok pagi kan. Oh iya, kita pulang besok siang aja, pesan tiket untuk besok” ucap raffi.
“iya, rapatnya besok pagi. Ini bos, ada yang nyariin bos” ucap rosi.
“hm, siapa?”tanya raffi lagi.
“katanya namanya, naura bos” ucap rosi, raffi nampak kaget.
“naura, ngapain dia disini. Yah udah, dia ada dimana?” tanya raffi.
“dibawah, nungguin bos katanya. Yah sudah, sampai ketemu besok pagi yah bos” ucap rosi lalu berlalu pergi. Raffi mengerutkan dahinya. “ngapain naura disini” ucap raffi, ia pun kebawah menemui naura.
“naura!” ucap raffi yang melihat naura duduk di lobi hotel.
“hei fi” ucap naura.
“kamu ngapain disini?” tanya raffi lagi.
“aku lagi jalan2 ama temen2, eh aku denger kamu juga ada disini. Yah udah aku samperin aja” ucap naura.
“oh,,” ucap raffi sambil mengeluarkan senyumnya.
“ayo kita main” ajak naura.
“main, malam ini?” tanya raffi.
“iya, hayu” ajak naura lagi.
“main apa” tanya raffi lagi.
“ikut aja” ajak naura yang menarik tangan raffi. dikursi belakang ternyata ada yang memperhatikan mereka, seorang pria, memakai jaket hitam dan kacamata hitam, sambil merokok. Terlihat ia mulai merekam raffi dan naura dengan spy kamera di kacamatanya. “dapet” ucap lelaki tersebut yang beranjak berdiri mengikuti raffi dan naura.
“kita mau kemana?” tanya raffi kepada naura.
“ikut aja!” ucap naura. Mereka pergi dengan menggunakan taxi. Ternyata naura membawa raffi ke universal studio.
“ayo kita main,, ayo raffi” ajak naura yang menarik tangan raffi. mereka pun telihat bahagia seperti pasangan lainnya. Mereka mencoba beberapa zona, dari zona new york, mereka pindah ke the last world. Orang yang mengikuti mereka tadi, diam2 merekam semua adegan kedekatan naura dan raffi.
“seneng banget yah fi” ucap naura kepada raffi saat mereka duduk di pinggiran kota singapore.
“iya” ucap raffi dengan senyum tipisnya.
“udah lama banget kita gak main sama2. Ingat gak kamu waktu kita bermain bersama nisya?” tanya naura yang menyandarkan kepalanya dibahu raffi.
“iya. Masa yang indah banget.” Ucap raffi.
“fi, bisakah kita menjalin hubungan diam2, sampai penikahanmu dengan gigi berkahir” tanya naura. Raffi diam dan menatap naura.
“maksud kamu?” tanya raffi lagi.
“aku akan menjadi wanitamu yang sebenarnya. Mau gak kamu jadi pacar aku?” tanya naura kepada raffi.
“hah” raffi cukup kaget dengan pernyataan naura.
“tapi, kalau aku jadi pacar kamu... aaaku tinggal sama gigi. apa gak papa?” tanya raffi dengan terbata2.
“gak papa, aku percaya sama kamu. Jadi kita pacaran sekarang?” tanya naura dengan ekspresi senangnya.
“hmm, iya” ucap raffi yang mulai tidak yakin dengan jawabannya, naura begitu senang, ia memeluk raffi.
Raffi pun mengantar naura pulang dipenginapan yang ia tempati bersama teman2nya,
“udah sana masuk.” Ucap raffi yang menyuruh naura untuk masuk.
“makasih yah fi” ucap naura, raffi hanya mengeluarkan senyumnya, tiba2, naura mendaratkan sebuah ciuman di pipi raffi. raffi kaget dengan kelakuan naura. Ia memegang pipi kirinya. “dapet,, jekpot” ucap laki2 yang masih merekam semua adegan raffi dan naura sambil mengeluarkan senyuman liciknya.
“dah” ucap naura yang berlalu meninggalkan raffi. raffi berlalu pergi dengan kebingungan dihatinya.
Sesampainya dikamar hotelnya, ia masih memegang pipinya dan mengeluarkan senyum kecilnya.
“kenapa ekspektasiku sangat berbeda dengan apa yang kurasakan. Hahh...bukankah ini yang kuinginkan. Sekarang dia sudah jadi meilikku, tapi kenapa rasanya biasa saja, ah, bodoh, lebih baik gue tidur” ucap raffi yang lalu menutup mukanya dengan bantal.
***
“hai blue,,,sini,,,sini,,ayo makan. Hmm, kamu kesepian yah, nanti mama ambilin temen” dari rumah yah. Eh,,,” gigi dengan senyumannya bermain dengan blue. Kembali kekamar hotel raffi, ia mngguling badannya kekiri dan kanan.
“kenapa gak bisa tidur sih” gumam raffi, ia menatap HP nya.
“si gigi lagi apa yah. Telpon gak yah. Yah, seharian ini sepertinya dia sangat bahagia. Bahagia karena gue gak ada dirumah. Sms aja gak, cccccc” iya kembali menoleh kearah HP nya.
“makan yang banyak, biar gendut,,,,udah kenyang yah, kok gak dimakan sih, hmm, mama seharian ini cuman kasih makan kamu yah, akhirnya kamu kekenyangan” ucap gigi yang masih bermain dengan ikannya, tiba2 HP nya berbunyi, “manusia purba”, gigi menaikkan alisnya melihat siapa yang menelpon.
“kenapa nih anak. Hallo assalamualaikum” ucap gigi mengangkat HP nya.
“waalaikumsalam...” jawab raffi
“kenapa?” tanya gigi kepada raffi.
“ehh, ini, mau nanyain, kamu udah kasih makan si blue atau blom?” jawab raffi dengan terbata2.
“udahlah, dia kan anak gue, gak mungkin gue gak kasih makan, tumben loe nanya si blue,” ucap gigi.
“isssshhh, gue kan papanya” raffi kesal dengan jawaban gigi.
“gue kan bilang loe bukan papanya, jangan ngaku2” ucap gigi lagi.
‘gue papanyalah, secara secara hukum gue suami elo” ucap raffi lagi.
“udah ah, malas gue berantem sama loe. Ada apa nelpon?” tanya gigi lagi.
“ini mau nanya,,, emm, udah loe bersihin gak rumah?” tanya raffi lagi.
“loe kenapa sih fi, nanyanya aneh banget” tanya gigi yang sedikit aneh mengdengar pertanyaan2 dari raffi.
“bukn gitu, jangan sampai loe terlalu kesenangan gak ada gue, jd loe lupain semua yang ada dirumah. Nanti tiba2 gue pulang tu rumah sudah kayak hutan lagi” jelas raffi asal.
“hei, emang yang suka beres2 rumah siapa” tanya gigi.
“eh,,,ello” jawab raffi.
“yah sudah, jadi loe gak usah khawatir” ucap gigi lagi.
“hm” gumam raffi dengan wajah kesalnya.
“hm hm, aja. Udah makan blom” tanya gigi, raffi tiba2 mengeluarkan senyumannya yang seperti anak kecil
“blom, gue blom makan” ucap raffi bohong.
“bekel yang gue bawain, dimkan gak?” tanya gigi lagi.
“dimakan, tapi tadi siang. Disini gak ada orang yang bisa gue suruh masak, cuman elo” ucap raffi
“yah,,udah ah, terserah kalau loe gak mau makan” ucap gigi dengan marah lalu mematikan HP nya.
“yah, nih perempuan gak sopan banget, gue yang telpon dia yang matiin. Hadeuh” ucap raffi yang terlihat kesal. Ia kembali menekan no gigi. gigi melihat HP nya.
“apalagi sih nih anak, iya, ada apalagi?” tanya gigi.
“loe gak sopan, seharusnya gue yang matiin duluan. Eh, jangan lupa tutup pintu, jangan lupa dikunci, jendela, lampu jangan dinyalain semua, mengerti” omel raffi.
“iya, bawel, loe juga awas kalau loe gak makan, sakit ngerepotin gue lagi, awas loe. Udah gue mau tidur” omel gigi yang langsung mematikan HP nya, raffi lagi2 sangat kesal dibuatnya.
“yah bener2 nih perempuan, dia lagi yang matiin, padahal tadi gue yang berencana buat matiin duluan. Hhaaahhhh, emang gak ada duanya nih perempuan” ucap raffi yang merebahkan tubuhnya dengan kesal, dan tidak cukup beberapa lama ia mulai terlelap.
Keesokkan paginya, raffi memulai meeting terakhirnya. Jam 10 meetingnya pun sudah selesai.
“jam berapa pesawatnya?” tanya raffi
“jam 2 bos” ucap rossi.
“hmm, kita beli sesuatu dulu yuk” ajak raffi kepada rossi ke pusat perbelanjaan dekat dengan bandara.
Raffi memilih beberapa barang yang dibutuhkannya.
“bos, gak beli oleh2 buat istri bos?” tanya rosi, raffi pun berfikir sejenak.
“entar. Emang harus, beliin apa buat tu alien yah” raffi meliahat sekelilingnya.
“beliin apa yah” raffi masih mencari2 sampai akhirnya ia melihat sebuah kalung.
“wow,, A, artinya alien, ahahaha, bagus juga nih kalung, beli ah, buat si alien” ucap raffi, raffi selesai belanja dan menunggu di airport sampai jam penerbangannya. Dirumah sakit gigi masih sibuk dengan rutinitasnya, tiba2 zaskia menghampiri gigi.
“gi, loe udah denger berita blom” tanya kia dengan ekspresi serius.
“apaan?” tanya gigi
“si nanda gi” jelas kia.
“nanda kenapa, kalau bicara itu yang jelas, jangan dipotong2, emang nanda kenapa?” tanya gigi lagi.
“ibunya meninggal gi.” Jelas kia.
“beneran loe, kapan?” tanya gigi lagi yang terlihat kaget.
“jd kemaren dia gak dateng itu karena nemenin ibunya dirumah sakit milik keluargnya dia. Aku denger, katanya tadi pagi meninggalnya. Loe gak mau pergi kerumahnya, penguburannya jam 4 nanti gi, hayu kita pergi!” ajak kia kepada gigi.
“iya, gue ikut loe” ucap gigi.
“ok, pulang nanti ketemuan diparkiran yah, loe naik mobil gue aja, ok!” ucap kia.
“ok” ucap gigi. mereka pun langsung menuju kerumah nanda, didapatinya nanda dengan mata yang begitu sembab mengantarkan jenasah ibunya untuk yang terakhir kali dipembaringan terakhirnya. Tanpa sadar gigi turut meneteskan air matanya saat melihat nanda. Ia mmberikan senyumannya, nanda pun memberikan senyumannya kepada gigi. pukul 03.32 sore, akhirnya raffi sampai dirumahnya.
“wah, kangen gue ama rumah” ucap raffi saat pertama kali masuk kerumahnya, ia melihat blue sedang berenang dengan riangnya.
“hai blue, apa kabar! Mana nyokap loe?” ucap raffi dengan senyumannya kepada blue.
“pasti nyokap loe bakal kaget blue, lihat gue udah pulang, dia kan taunya gue pulang besok blue” ucap rafi pada si blue. Beberapa lama raffi menunggu gigi pulang, namun gigi juga blom pulang.
“mana sih tu anak, kok blom pulang, apa dia dines siang yah. Hm, tapi kalau gak salah dia dines pagi setiap hari jumat. Mana sih tuh anak” gumam raffi pada dirinya.
“jangan nyalain lampu yah blue, takut nyokap loe tau kalau ada orangg dirumah. Tapi mana nyokap loe blue, gue udah laper nih. Lama banget sih dia pulangnya” cerita raffi pada si blue.
Ditempat nanda terlihat, orang2 sedang yasinan, gigi menemani nanda.
“jd kamu akan pulang bersama siapa gi” tanya nanda. Zaskia pulang duluan karena harus kembali kerumah sakit untuk melihat pasiennya yang sedang gawat.
“aku bisa naik taxi kok nan. Kamu gak usah khawatir” ucap gigi memberikan senyumannya kepada nanda.
“aku anter aja yah” tawar nanda.
“jangan, kamu kan lagi kedukaan. Aku bisa pulang sendiri kok. Aku pamit dulu yah, udah malem soalnya” pamit gigi, nanda pun memberikan anggukan.
“terima kasih yah gi” ucap nanda.
“iya, sama2. Kamu yang sabar yah. Aku pulang yah nan” pamit gigi. ia punmenunggu taxi yang lewat, namun beberapa taxi yang lewat, semuanya memiliki penumpang. Tiba2 ada mobil yang berhenti dihadapannya. “ayo naik, aku anter aja” ucap nanda dari dalam mobil.
“nanda. Em, gak usah, aku tunggu taxi aja” ucap gigi.
“gak ada taxi yang lewat gi, ayo naik. Gak papa kok, tadi aku sudah izin sama kakak aku kok. Ayo cepet naik” bujuk nanda, berfikir sejenak, gigi pun akhirnya naik ke mobil nanda.
“aku minta maaf yah nan, baru tau sekarang” ucap gigi.
“gak papa kok gi” ucap nanda dengan senyum dan mata sembabnya.
“tapi tadi, papa kamu yang mana yah nan?” tanya gigi.
“dia gak ada disitu gi, dia sedang bersama istrinya yang lain” ucap nanda.
“maaf nan, maaf aku sudah lancang” ucap gigi,
“gak papa kok gi.” Ucap nanda sambil mengeluarkan senyumnya. Selang beberapa menit, akhirnya mereka sampai dirumah gigi. raffi yang sedang berbaring diruang tamu dalam kegelapan, sadar ada mobil yang berhenti didepan rumahnya.
“suara mobil, tapi bukan suara mobil gigi” ucap raffi lalu mengintip lewat jendela.
“rumah kamu kok gelap, raffi blom pulang yah” tanya nanda yang melihat rumah raffi dan gigi begitu gelap
“iya, raffi lagi kesingapore, besok baru pulang. Aku mau ngajak kamu masuk, tapi raffi lagi gak ada di rumah. Makasih yah nan” ucap gigi lalu hendak membuka pintu, namun nanda menghentikan tangan gigi.
“sebentar” ucap nanda lalu beranjak turun dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk gigi. raffi yang melihat nanda keluar dari mobil terlihat kaget.
“ngapain si nanda kesini. eh, gigi” ucap raffi yang tiba2 kaget saat melihat yang turun dari mobil nanda adalah gigi.
“silahkan turun tuan putri!” ucap nanda, raffi yang melihat lewat jendela hanya bisa mengomel.
“pakai buka2in pintu lagi, emang gigi gak punya tangan apa..huft” omel raffi.
“makasih yah nan” ucap gigi kepada nanda.
“siap” ucap nanda kepada gigi. gigi pun pamitan untuk masuk.
“gi,” panggil nanda, gigi pun menoleh.
“bolehkah,,, aku minta satu pelukan darimu” minta nanda kepada gigi, gigi pun melihat nanda dengan tatapan ibanya, raffi yang melihat melalui jendela masih dengan wajah dan alis dinaikan.
“ngapain sih, gigi pakai noleh2 ke nanda, cepet masuk rumah” omel raffi, tiba2 ekspresinya berubah, ia langsung terdiam, wajahnya begitu kaget melihat pemandangan didepannya, matanya memerah.
“yang sabar yah nan” ucap gigi yang memeluk nanda dan menepuk2 belakang nanda, menenangkannya, nanda menangis dipundak gigi.
“kamu tau gi, aku hanya memilikinya, sebagai tempat ku untuk berkeluh kesah, aku mulai merindukannya” ucap nanda dalam pelukan gigi.
“percayalah, dia bahagia disana. Tugas kamu sekarang adalah mendoakannya” ucap gigi yang kembali menenangkan nanda. Beberapa menit sampai nanda mulai tenang. Raffi masih dengan wajah teganngya memperhatikan nanda dan gigi.
“yah udah, kamu pulang sekarang. Hati2 yah” ucap gigi kepada nanda.
“makasih yah gi, makasih” ucap nanda kepada gigi dan berlalu pergi dengan mobilnya. Gigi pun berjalan masuk kerumahnya, raffi yang melihat gigi menuju kearah rumah lalu duduk disalah satu sofa diruang tamu sambil melipat kedua tangannya didada. Saat gigi menyalakan lampu.
“astaghfirullahalazim, raffi, loe apa2an sih ngagetin gue aja” omel gigi yang kaget melihat raffi duduk diam diruang tamu. Raffi masih diam, melihat gigi dengan ujung matanya.
“kapan pulang? Kenapa gak bilang2.” Tanya gigi.
“kenapa gue harus bilang. kalau gue bilang loe gak akan jalan sama nanda?” ucap raffi dengan sinisnya.
“loe apaan sih, siapa juga yang jalan sama nanda. Udah ah gue cape” ucap gigi yang hendak pergi kekamarnya. Raffi hanya menarik nafasnya.
“gue blom makan” ucap raffi lagi.
“iya bentar, gue ganti baju dulu” ucap gigi yang berlalu kekamarnya, raffi masih terlihat kesal.
“gak jalan sama nanda, tapi peluk2an didepan rumah. Apa coba” dumel raffi. beberapa saat kemudian gigi telah siap dengan masakannya dibawah, ia memanggil raffi.
“rafffiiii, cepetan turun, makanannya udah masak” teriak gigi. raffi memndang kalung yang ia belikan buat gigi disingapore. Ia pun dengan kasar memasukkan kotak kalung itu kelaci mejannya lalu turun kebawah. Iapun makan tidak seperti biasa, ia hanya diam tanpa komntar.
“loe kenapa, sakit?” tanya gigi yang merasa aneh dengan sikap raffi.
“gak” jawab raffi dengan ketus.
“tumben loe diam, biasanya cerewetnya minta ampun” ucap gigi lagi,
“tadi loe diantarin sama nanda yah?” tanya raffi tanpa melihat kearah gigi.
“iya” jawab gigi singkat.
“ mobil loe mana?” tanya raffi masih dengan nada sinisnya.
“tadi waktu kepemakaman ibunya nanda, bareng ama zaskia, tapi dia harus balik kerumah sakit karena ada pasiennya yang gawat. Mobil gue simpen dirumah sakit, gue mau naik taxi tapi gak ada yang lewat, yah udah, akhirnya dianterin nanda” jelas gigi, raffi menatap gigi dengan wajah tak percayanya.
“kenapa sih loe? Loe lihat gue peluk nanda tadi? Kenapa? Cemburuu?” tanya gigi dengan tatapan keponya
“siapa juga yang cemburu, hadeuh, ngapain juga gue cemburu sama loe” jelas gigi dengan nada sinisnya.
“habisnya, gaya loe seperti orang cemburu gitu.” Ucap gigi lagi.
“gak mungkin gue cemburu sama loe, emang gue udah gila cemburu sama loe. Cuman, kalau mau peluka2an ma cowo, jangan didepan rumah, kalau dilihat orang gimana, ishhh” omel raffi dengan muka yang cemberut.
“si nanda lagi kedukaan, gue hanya peluk dia biar dia tenang, emang salah” ucap gigi lagi dengan meninggikan sedikit suaranya.
“salah, udah gue udahan makannya” ucap raffi yang kemudian berlalu meninggalkan gigi.
“kenapa sih tuh anak. Makan apa dia di singapore sampai jadi kayak gitu. Aneh” gumam gigi. setelah memberi makan si blue gigi pun naik kekamarnya untuk tidur. Dikamar raffi masih memikirkan kejadian tadi. Ia bangun karena tidak bisa tidur.
“hah, emang tu cewe, alien, ah, tidur,,cape,,cape” ucap raffi membanting2 kakinya dikasur.
***
Pagi pun menjelang, seperti biasa, gigi sudah bangun untuk membuat sarapan untuk raffi karena dia harus kerumah sakit hari itu. Raffi turun setelah mencium bau masakan gigi.
“wah, harum. Loe habis belajar masak yah” ucap raffi yang melihat gigi membuat masakan yang sedikit berbeda.
“iya, baru nyobain resep baru” jelas gigi.
“berarti gue harus nyobbain masakan percobaan loe?” tanya raffi.
“iya, siapa lagi, kan hanya ada loe dirumah ini” ucap gigi lagi.
“sungguh keterlaluan, tega banget loe” ucap raffi dengan memanyunkan bibirnya.
“makan dulu baru kommentar. Ayo makan” ucap gigi, raffi memasukan satu suapan dengan ekspresi tidak percaya. Gigi memperhatikan ekspresi wajah raffi.
“loe masak apaan sih, ini gak bisa dimakan” omel raffi.
“masa sih, emmm” gigi pun menujukkan ekspresi anehnya saat memakan masakannya.
“gimana rasanya?” ucap raffi.
“masih bisa dimakan kok, ayo makan” ucap gigi dengan santainya.
“gue bisa keracunan makan masakan loe” omel raffi,
“kalau loe keracunan makan masakan gue, udah dari kemaren2 loe mati, cepet makan!” omel gigi.
“dasarr” gumam raffi yang mau tidak mau memakan masakan gigi.
“fi, minjem mobil yah” pinta gigi.
“gak” jawab raffi.
“yah, pelit banget sih loe” ucap gigi lagi.
“masa gue naik taxi sih fi, ah elo mah” omel gigi yang beranjak memberi makan si blue.
“gue udahan makannya” ucap raffi sambil memasukkan tngannya kekantung celananya. Gigi pun membereskan meja makan. Ia mencuci piring bekas makan raffi.
“raffi sini gelas loe” ucap gigi yang melihat raffi meletakkan gelas minumnya sembarangan.
“ini” raffi pun memberikan gelas kepada gigi. raffi berdiri disamping gigi.
“elo bisa gak sekali2 nyuci piring sendiri” ucap gigi.
“ngapain gue cuci piring kalau ada loe, nyusahin diri aja” ucap raffi.
“bilang aja loe gak bisa cuci piring” sindir gigi.
“siapa bilang, gue pernah ikut kemah, gue yang nyuci piring” ucap raffi lagi.
“masa sehhh” goda gigi.
“iya, sini gue yang nyuci,” ucap raffi yang langsung mengambil bebrapa buah gelas, namun tidak sengaja ia menajutuhkan gelas tersebut kewastafel, berbentur dengan piring dan pecahlah.
“raffi, emang, loe gak becus, minggir” ucap gigi yang mengambil pecahan gelas didalam wastafel, namun tiba2 tangan gigi terkena pecahan gelas.
“aww” teriak gigi, raffi yang melihat darah ditangan gigi refleks langsung mengisap darah dijari gigi. bebrapa detik raffi menatap mata gigi, gigi tidak melihat raffi, ia hanya melihat tangannya dimulut raffi.
“raffiii” teriak gigi, tiba2 raffi kaget dengan teriakan gigi.
“loe yah, gak bisa apa gak teriak” ucap raffi.
“siapa suruh loe ngisap darah ditangan gue, kalau gue penyakitan, loe bisa kejangkit tau” omel gigi, yang berlalu meninggalkan raffi dan mengambil sebuah kotak obat.
“yah, gue emang gak seharusnya nolongin tuh alien.hahhhhh, tapi gue kenapa yah, sepertinya gue sakit” gumam raffi sambil memegang dadanya. Beberapa menit kemudian gigi turun dengan plester ditangannya
“ loe udah mau kerja” tanya raffi yang sedang libur, karena hari itu adalah hari sabtu.
“iya, anterin gue dong” rengek gigi.
“gak mau” jawab raffi.
“ihh, dasar loe, manusia yang gak bisa diandelin” ucap gigi, raffi nampak berfikir.
“yah udah gue anter loe, tapi naik motor” ucap raffi.
“naik mobil aja” tawar gigi.
“mau dianterin gak, kalau mau dianterin naik motor. Sekalian gue mau berobat” ucap raffi.
“mau berobat. Emang loe sakit?” tanya gigi
“iya, loe anterin gue.” Ucap raffi sambil berjalan menuju motornya.
“tapi gue ada urusan pagi ini” ucap gigi lagi.
“izin bentar kali.” Ucap raffi, gigi hanya melihat raffi dengan tatapan kesalnya.
“ayo jalan, cepetan” perintah gigi.
“iya, pegangan aja” ucap raffi. selang beberapa lama gigi dan raffi pun sudah sampai dirumah sakit.
“emang loe sakit apa, ceritain kegue” ucap gigi
“ngapain gue harus cerita ke elo” ucap raffi.
“biar gue tau, loe mau kemana. Kedokter umum, atau dr. spesialis lain. Kalau kedokter umum mending sama gue aja. Ayo cepet jelasin” perintah gigi
“males banget gue sama loe. Gak, em, gue mau kedokter spesialis jantung” ucap raffi.
“jantung, emang loe sakit jantung?” tanya gigi dengan tatapan aneh keraffi.
“daftarin aja, bawel” ucap raffi.
“selamat pagi dokter” sapa resepesinist yang menyambut kedatangan raffi dan gigi.
“iya, tolong daftarin pak raffi ke dokter jantung” ucap gigi.
“baik dok, pak raffi suami dokter, berarti pembayaran masuk kesistem keluarga anda dok” tanya resepsinoist itu lagi.
“iya” ucap gigi.
“iya, ini kertas pendaftarannya, no urut 2, silahkan dok” ucapnya lagi.
“terimakasih” ucap gigi, raffi mengikuti gigidisampingnya.
“emang loe sakit apa sih” tanya gigi lagi.
“ada deh” jawab raffi.
“Tn. Raffi Ahmad” paggil seorang perawat dari ruang periksa dokter spesilis jantung.
“iya” jawab gigi, dan mereka pun masuk keruang periksa doter tersebut.
“selamat pagi dok” sapa gigi kepada dokter tersebut, usianya mungkin seusia dengan ayah gigi.
“eh, dokter nagita. Silahkan duduk. Ini pasti pak raffi. ahaha, pasangan yang serasi, cantik dan ganteng..ahaha” ucap dokter tersebut.
“silahkan Tn. Raffi, silahkan baring dulu, biar saya periksa.” Ucap dokter itu.
“sebentar dok, boleh istri saya keluar” tanya raffi, dokter tersenut menaikan dahinya.
“apaan sih loe fi?” omel nagita.
“inikan privasi pasien, gue gak mau loe tau, sana keluar” ucap raffi lagi, dokter tersebut hanya tertawa melihat kelakuan raffi dan gigi.
“ya Allah,,iya gue keluar” ucap gigi lalu keluar meninggalkan raffi.
“kalau bisa perawatnya juga keluar. Maaf yah” ucap raffi lagi, perawat tersebutpun keluar meninggalkan raffi dengan doter tersebut.
“ok, sekarang tinggal kita berdua. Apa keluhannya bapak raffi” tanya dokter itu.
“gini dok, em, gimana yah, sy suka berdebar2 dok, saya minta diperiksa dengan itu alat yang ditempel didada” ucap raffi.
“EKG, mau rekam jantung” jelas dr itu lagi’
“iya, iya, itu” ucap raffi.
“ok, kalau gitu saya periksa dulu silahkan baring” ucap dr tersebut. Ia mulai memeriksa raffi.
“semuanya normal, tekanan darah, nadi dan suhu normal. Bunyi jantung dan paru bapakpun normal. Kalau gitu, untuk memastikan kita langsung rekam jantung” jelas dr itu lagi.
“silahkan dr” ucap raffi. setelah melakukan rekam jantung, raffi bangun untuk mendengar penjelasan dari dr tersebut. “bagaimana dok hasilnya” tanya raffi.
“semuanya normal, hasil rekaman jantung bapakpun normal, nadi 88 kali/menit, sinus rhitem, semua normal.” Jelas dokter tersebut.
“masa sih dok, soalnya, saya suka berdebar2, aneh” ucap raffi.
“memangnya pak raffi berdebar2 saat sedang melakukan apa?” tanya dokter tersebut.
“hm,,oh,,,emmmm, gimana cara ngejelasinnya yah” ucap raffi yang menggaruk2 kepalanya.
“ceritakan saja. Saya tidak akan beritahu kepada bu gigi” ucap dokter tersebut.
“benar yah dok” ucap raffi.
“tentu saja, itu janji kami sebagai dokter” ucap doter tersebut lagi.
“aku berdebar2 saat, em, saat, berada didekat istri saya. Apa itu normal dok?” tanya raffi dengan polos, sontak saja dokter tersebut langsung tertawa terbahak2.
“ahaahahahahah” dokter tersebut terus tertawa.
“yah, si dokter malah tertawa. Ini sungguhan dok, bukan becanda. Saat, eh wajahku dan wajahnya berhadapan, saat dia menyentuhku, dadaku selalu berdebar” ucap raffi dengan polosnya.
“ahahaha, haha, pak raffi, pak raffi, itu normal, karena dia istri anda. Kalau anda tidak berdebar, itu menjadi tanda tanya besar kenapa dia bisa jadi istri anda” jelas dokter itu, raffi memperhatikan.
“masa sih dok, soalnya, sebelumnya, aku belum pernah seperti ini” jelas raffi lagi.
“jadi ini yang pertama,,” belum juga dokter tersebut melanjutkan penjelasnnya, gigi tiba2 masuk.
“udah belum dok, gimana dia sakit apa?” tanya gigi yang tiba2 masuk.
“loe,, bener2, belum diizinin masuk juga” omel raffi.
“lama banget. Gimana dok?” tanya gigi kepada dokter itu. Dokter tersebut hanya melanjutkan tawanya.
“loe apain fi, sampai si dokter bisa ketawa kayak gitu” tanya gigi kepada raffi sambil melihat dokter itu yang masih tertawa.
“gak tau gi, daritadi dia ketawa mulu” ucap raffi dengan wajah penuh pertanyaan.
“suami dokter nagita, baik2 saja kok. Nanti saya akan berikan vitamin. Jangan khawatir. Pak raffi jangan khawatir, hal tersebut normal terjadi pada manusia yang sudah menikah. Karena itulah yang membuat dunia ini indah, ahaha” ucap dokter tersebut, gigi dan raffi hanya menatap penuh tanya.
“terima kasih yah dok” ucap gigi dan raffi lalu berjalan keluar.
“emang loe sakit apa sampai dokter ketawa kayak gitu” tanya gigi.
“gak tau, cepet tebus obatnya” ucap raffi dengan wajah kesalnya. Gigi hanya melihat aneh kearah raffi.
“ini obatnya, sana pulang.” Ucap gigi
“iya, sini kita sama2 kedepan, kan IGD didepan. Jd barengan aja” jelas raffi.
“iya, bawel loe” mereka berjalan menuju IGD, dipertengahan jalan mereka bertemu dengan nanda. Raffi menatap nanda dengan dingin.
“nanda, bukannya loe gak masuk hari ini. Kok loe ada disni” tanya gigi kepada nanda.
“ada beberapa barang yang harus aku ambil gi. Raffi loe udah pulang dari singapore, bukannya loe pulangnya baru hari ini?” tanya nanda
“emangnya kenapa,” ucap raffi, lalu tiba2 ia mendapatkan ide.
“soalnya, gue kangen sama istri gue, iya kan sayang” ucap raffi, sambil merangkul gigi. gigi hanya menatap raffi dengan tatapan anehnya, lalu mengeluarkan senyum kenanda. Nanda pun tersenyum melihat kelakuan raffi.
“oh iya nan, istri gue mau dines dulu, nanti dia telat, ayo sayang” ajak raffi, gigi pun hanya mengikuti sandiwara yang dibuat oleh raffi.
“aku duluan yah nan” pamit gigi.
“iya” ucap nanda dengan wajah seriusnya. Mereka pun berjalan meninggalkan nanda.
“loe apa2an sih, jangan kayak gitu, merinding gue dengernya, istriku, sayang, gue merinding tau dengernya” ucap gigi yang langsung mendorong tubuh raffi yang masih merangkulnya.
“yah kan emang loe istri gue” ucap raffi yang kembali merangkulnya, gigi berusaha mendorong tubuh raffi, namun ia tidak berhasil, sampai didepan IGD, semua perawat dan Zaskia melihat pemandangan langka tersebut. Raffi mengeluarkan senyum lebarnya, sedangkan gigi mengeluarkan senyumannya yang hambar
“pagi semua” sapa raffi, gigi pun berhasil melepaskan rangkulan raffi. zaskia cukup kaget melihat keakuran raffi dan gigi, sedangkan para perawat hanya tersenyum geli.
“apa2an sih loe, sana pulang.” Perintah gigi.
“iya, iya, gue pulang. Dasar” bisik raffi.
“eh, loe kan gak kemana2, jangan lupa kasih makan si blue yah nanti siang” perintah gigi.
“iya, si blue mulu yang loe tanya. Gue makan apa nanti siang?” ucap raffi.
“kan masih ada makanan yang tadi pagi” ucap gigi.
“itu bukan makanan, racun. Udah ah, gue mau pulang,,,dah” ucap raffi yang berlalu pergi meninggalkan gigi. zaskia melihat gigi sambil senyum2.
“oh, jadi, loe telat datang karena ngurusin suami loe” goda kia
“apaan sih, gue habis nganter dia dari dokter. Tau gak dokter apa?” tanya gigi.
“gak, dokter jantung.” Jelas gigi.
“hah, dokter jantung, ngapain dia ke dokter jantung? Emang sakit apa?” tanya kia.
“gak tau, dia gak blang ke gue” ucap gigi lagi.
“udah ah, sana loe pulang” ucap gigi.
“hmmm, habis manis sepah dibuang. Ok, gue mau jalan ama cowo gue, bye” ucap zaskia yang berjalan menjauhi gigi.
“cowo loe, siapa?” tanya gigi.
“ada deh, kepo aja loe!” ucap zaskia.
***
Dirumah raffi boring sendirian, hari sudah siiang.
“bete, si irwan, lagi pergi sama pacarnya, si billy juga lagi jalan sama pacarnya, si deny lagi jalan sama pacarnya, gue, ditinggal sendiri sama istrinya, nasib2” gumam raffi. raffi menyadari sesuatu.
“oh iya, si blue belum makan” ucap raffi, kemudia ia menumpahkan makanan si blue.
“yah abis lagi, hmm, mana nih makanan loe blue, mama loe gak nyiapin apa, persediaan buat makanan loe” raffi berusaha mencari diatas kulkas, ia menaikkan tanggannya berusaha meraih sesuatu, tiba2 tanpa dia sengaja ia menyenggol sebuah palstik, plastik tersebut langsung jatuh kedalam akuarium, raffi belum menyadarinya, ia masih mencari makanan si blue.
“ah dapet, blue saatn,,,,,,” ucap raffi terpotong saat melihat aquarium gigi mulai berubah warna menjadi merah, ia mulai panik, dilihatnya si blue,
“blue loe gak papa kan, aduh gimana nih” raffi mulai panik saat melihat si blue tidak bergerak. Ia mengambil si blue dan meletakkannya diatas meja makan, ia masih nampak sangat panik.
“blue sadar dong, aduh,, mampus gue, kalau dalam keadaan gawat apa yang harus dilakukan, oh iya napas buatan.” Ucap raffi yang berusaha mencari cara untuk menyelamatkan ikan gigi. ia pun memberikan napas buatan, ia meniup mulut si blue...
“habis itu apa, habis itu apa, berfikir raffi, berfikir, oh yah, biasanya orang pompa jantung, yah, yah, pompa aja” raffi pun menekan dada blue, memberikan nafas buatan lebih jelasnya meniup mulut si blue sih, beberapa kali secara bergantian. Namun blue tidak memberikan respon. Raffi menatap kosong kearah blue yang sudah tidak bergerak.
“mampus gue, gue sudah bunuh siblue, gue bakal dibunuh sama nyokap lue blue” ucap raffi menatap kosong kearah blue.
“maafin gue yah blue, hah” ucap raffi yang berjalan mulai membersihkan blue diwastafel diltekkannya kedalam mangkuk dan dimasukkannya kefrizzer.
“sekarang apa yang harus gue lakuin. Si gigi bakal bunuh gue kalau kayak gini” gumam raffi yang meletakkan kepalanya diatas meja makan. Tiba2 ia membangunkan kepalanya.
“beli aja ikan yang sama, dia kan gak mungkin tau kalau ikannya beda” ucap raffi yang lalu mengambil si blue, mengambil beberapa gambar si blue lalu berlalu pergi dengan motornya.
Tidak lama kemudian ia pulang sambil membonceng seseorang.
“pa saya, mohon aquariumnya untuk dibersihkan, ok” perintah raffi pada bapak2 tersebut.
“baik pak” ucap bapa tersebut lalu mulai membersihkan aquarium gigi, menganti airnya dan memasukkan ikan yang mirip si blue ke dalam akuarium tersebut.
“sudah beres Pa” ucap bapak tersebut.
“yah, terima kasih pak, ini buat bapak” ucap raffi sambil memberikan beberapa lembar uang kepada bapak tersebut. Ia melihat kearah akuarium dan mulai tersenyum lebar.
“hahahaha, mirip sama si blue gak ada bedanya” gumam raffi yang menepukkan tangannya tanda beres.
Malampun tiba, gigi baru sampai dirumah pukul 18.30 WIB.  Raffi masih menonton TV.
“assalamualaikum” ucap gigi
“waalaikumsalam” jawab raffi. gigi memasuki rumahnya dan berjalan kelantai atas, tapi sebelum naik ia melihat keadaan si blue.
“hai blue, udah makan blom” gigi memperhatikan ikan tersebut, lalu mulai mengerutkan alisnya, raffi menonton TV sambil sesekali melihat gigi dengan ujung matanya.
“raffi,” panggil gigi.
“iiiya” jawab raffi dengan gugup
“si blue dimana?” tanya gigi, raffi kaget dengan pertanyaan gigi, ia diam, nagita menatap raffi meminta jawaban dimana ikannya yang sebenarnya.


To Be Continue,,,Udah dulu yah, udah cape gue ngetiknya.,,panjang banget nih, ok,,,ok,,jangan lupa like dan commenntya...

Jumat, 23 Oktober 2015

My Imagination "Dalam Diam Kau Curi Hati Ku" Part 14

Maaf yah semua, telat. Manusia hanya berencana, hehehe, gue pikir gue bisa liburan hari ini, ternyata, ada keadaan mendesak. Ok deh, akan lebih baik sambil baca cerbung ini dengerin ost part ini yah, masih punya teh Melly Goeslaw-Hanya, Naif-Benci untuk mencintai, Maudy Ayunda-Tiba-tiba cinta datang.

“Dalam Diam Kau Curi Hati Ku”

Part 14

“gi,,gigiiiii” teriak raffi mengetuk pintu kamar gigi. Gigi yang sudah tertidur bangun dan mengumpulkan kesadarannya. Ia melihat kearah pintu kamarnya.
“apa gue berhalusinasi” gumam gigi karena suasana sudah mulai hening. Saat ia mau mulai tidur, ia mendengar kembali suara raffi.
“giiiii, gue sakit gi, buka dong pintunya” ucap raffi disisa2 tenanganya.
“raffi” gigi bangun dan membuka pintu kamarnya, raffi pun jatuh terkulai dipelukan gigi.
“hei,,loe kenapa” ucap gigi yang berusaha menyanggah tubuh raffi, raffi dengan sisa tenaganya berusaha untuk tetap berdiri namun ia tetap terkulai dalam pelukan gigi. gigi pun membopong tubuh raffi dan membaringkannya diranjang kamarnya. Ia meraba kepala raffi.
“agak hangat, raffi, hei loe kenapa?” tanya gigi yang terlihat panik.
“gue muntah2 gi, buang air mulu dari tadi” jelas raffi dengan suara lemasnya.
“loe makan apa tadi?” tanya gigi lagi yang masih terlihat panik.
“makan roti, isi telur,,,apa mungkin gue keracunan telur yah gi” jelas raffi lagi.
“mana mungkin. Makan apa lagi?” tanya gigi lagi.
“minum coca cola sebotol” jelas raffi lagi.
“kapan terakhir makan nasi?” tanya ggi lagi.
“kemaren pagi” jelas raffi lagi.
“ya Allah, kenapa loe minum coca cola, mau bunuh diri loe” omel gigi yang berjalan kearah lemarinya dan seperti mencari sesuatu. Raffi yang memperhatikan gigi, tiba2 merasa ingin kebelakang lagi.
“gi, aku mau ketoilet” panggil raffi, gigi menoleh dan segera berlari mendekati raffi, dan membawa raffi ketoilet didalam kamarnya. Bebrapa menit kemudian raffi keluar dari toilet dengan keadaan yang begitu lemas, tiba2 saja raffi muntah diwastafel depan toilet, gigi tetap tenang walau wajahnya menunjukkan kepanikan. Ia memijat belakang raffi yang sedang muntah. Sambil menarik nafasnya, seperti sudah tidak ada kata untuk bisa menjelaskan kondisi raffi dimalam itu.
“udah, mau baring lagi” tanya gigi dengan begitu lembut.
“emm” gumam raffi menganggukkan kepalanya. Gigi pun kembali membantu raffi berjalan hingga keranjangnya. Ia membaringkan raffi, dan menyelemutinya. Setelah itu ia mengambil setoskopnya.
“gue periksa loe dulu yah” ucap gigi, raffi hanya menganggukkan kepalanya. Gigi memeriksa dada raffi, sampai keperutnya, terdengar bunyi peristaltik ususnya yang melebihi batas normal, perutnya kembung dan teraba nyeri.
“gue gosokkan minyak angin dulu. Persediaan obat2tan gue habis” ucap gigi yang mengambil minyak angin dan menggosakkan dileher raffi, perut dan belakang raffi. setelah itu ia kembali menyelimuti raffi.
“loe tunggu disini, gue mau keluar sebentar” ucap gigi, yang merapikan selimut raffi lalu berdiri hendak mengambil jaketnya, namun tiba2 raffi memegang tangan gigi.
“jangan pergi” ucap raffi dengan mata yang terpejam.
“gue harus keapotik fi, gue bakal cepet kembali, loe tunggu disini, yah” ucap gigi lagi dengan lembut, ia melepaskan genggaman tangan raffi, mengambil jaketnya dan segera pergi dengan mobilnya. Sesampainya disebuah apotik terdekat, ia berlari keluar dari dalam mobilnya, menyebutkan beberapa obat dan peralatan kesehatan yang dibutuhkannya lalu dengan cepat pula ia kembali pulang. Nampak kekhawatiran diwajah gigi, tidak seperti biasanya ia yang begitu dingin dan cuek. Sesampainya dirumah, ia berlari menuju kamarnya. Ia tidak melihat raffi ditempat tidurnya.
“raffiii” dengan panik gigi memanggil raffi.
“ia gi, gue dikamar mandi” ucap raffi. tidak lama raffi keluar dari kamar mandi yang dibantu oleh gigi.
“gue harus ngimpus loe” ucap gigi.
“gak mau” ucap raffi.
“harus raffi. obatnya harus dimasukkin lewat impus, soalnya loe muntah terus. Loe juga butuh cairan, loe udah lemes banget raffi” jelas gigi, tidak ada jawaban dari raffi. gigi pun menyipkan peralatan infus untuk raffi. digantungnya botol infus dikepala ranjangnya, memanfaatkan apa yang bisa dijadikan sebagai tiang infus. “gue infus sekarang yah” ucap gigi lagi. tidak ada jawaban dari raffi, ia pun menginfus raffi, memasukkan panso, ondansentron, dan memberikan cairan dengan campuran boscopan. Satu infus pertama sudah habis, gigi mengganti dengan botol infus kedua. Terlihat raffi sudah mulai tenang. Gigi kembali meraba kepala raffi.
“masih agak hangat” ia memperhatikan wajah raffi beberapa menit. Memperhatikan botol infus, mengatur kecepatannya dan turun kebawah. Waktu menujukkan pukul 02.18 WIB. Ia melihat bekas makanan raffi. “astaga, jd dia makan ini, huft” gigi menarik nafasnya. Ia menyalakan kompor dan memasak bubur cair untuk raffi. selang beberapa menit bubur sudah matang, ia membawanya keatas untuk raffi.
“raffi” panggil gigi dengan lembut sambil merapa kepala raffi.
“fi,” panggil gigi lagi. raffi pun membuka matanya.
“hm” gumam raffi.
“makan buburnya, mumpung lagi hangat. Kamu harus makan sesuatu, biar perut kamu gak kembung” jelas gigi. raffi masih tidak bergeming. Gigi menyendok bubur dan mengarahkan kemulut raffi.
“ayo makan, beberapa sendok aja, setelah itu kamu boleh tidur lagi” jelas gigi lagi.
“aku gak nafsu makan gi” ucap raffi lagi.
“kamu harus makan, kalau kamu gak mau makan,, aku gak mau masak lagi buat kamu” ucap gigi. ancaman itu ternyata sangat ampuh untuk membuat raffi membuka mulutnya. Beberapa sendok sudah raffi memakan bubur yang disuapi oleh gigi.
“sudah” ucap raffi.
“ok, kamu makan obat dulu yah. Udah gak mual kan?” ucap gigi. raffi pun mengangguk, seakan menjadi anak yang baik, raffi menuruti semua perintah gigi. Setelah itu gigi kembali menyelimuti raffi, mengganti cairan yang sudah habis dengan botol infus ketiga, mengatur tetesannya hingga pukul 08.00 pagi. Gigi masih terjaga, ia duduk disebelah raffi sambil membaca buku dengan kacamata bacanya. Sesekali ia melihat kondisi raffi. sampai ia merasa kantuk, Ia lalu meluruskan badannya dan tertidur disamping raffi sampai pagi menjelang. Pukul 07.37 pagi, raffi mulai terbangun, ia mengumpulkan kesadarannya, melihat ditangan kananya masih terpasang infus, ia menoleh disebelah kirnya, didapatinya gigi masih terlelap. Ia berbalik kearah gigi, menyamakan posisi tinggi mereka, gigi yang tidur dengan posisi berbalik kerah raffi kini saling berhadapan dengan wajah raffi. raffi mulai mengamati setiap lekuk wajah gigi yang ada dihadaannya. Ia menyentuh alis gigi, turun kehidungnya, sampai kebibirnya. Saat tangan raffi menyentuh bibir gigi, raffi tiba2 meluruskan posisinya dan memegang dada sebelah kirinya.
“sepertinya gue masih sakit. Apa masih ada hubungannya dengan semalam yah, tapi kemarin juga kayak gini.hah” gumam raffi yang memejamkan matanya sambil memegang dadanya. Ia berbalik kembali kearah gigi, namun pada saat itu, gigi mulai sadar, ia mengucek matanya, raffi yang melihat gigi mulai terbangun pura2 menutup matanya kembali. Gigi yang sudah mulai sadar menoleh kearah raffi, dipegangnya dahi raffi, beberapa detik, stelah itu ia turun dari ranjang dan mematikan aliran infus raffi. raffi pura2 baru terbangun dari tidurnya, ia mengucek matanya dan melihat gigi yang mematikan cairan infusnya.
“udah bangun loe, gimana? Uda mendingan perasaannya?” tanya gigi kepada raffi. raffi tidak menjawab, ia hanya memonyongkan bibirnya. Gigi pun kekamar mandi untuk mencuci mukanya.
“tunggu disini, gue mau kebawah dulu bentar” ucap gigi, raffi pura2 tidak perduli. Gigi turun kebawah untuk memasakkan bubur untuk raffi. dikamar, raffi merasa bosan, ia melihat infus yang terpasang ditangan kanannya. “hmm, gue buka aja ah, gue udah sembuh kok” raffi dengan sikapnya yang sok tau membuka infus dari tangannya sendiri.
“gigiiiiiiiiiiii” teriak raffi yang menuruni tangga sambil memegang tangannya yang penuh dengan darah.
“kenapa sih teriak2” ucap gigi yang tidak menoleh kearah raffi, ia sibuk mengaduk bubur buatannya.
“gue pendarahan gi” teriak raffi dengan wajah paniknya. Gigi pun langsung menoleh kearah raffi.
“yah ampun raffi, siapa yang suruh loe buat buka infusan loe sih, bener2 elo” teriak gigi yang geram dengan kelakuan raffi. ia melihat disekelilingnya yang ia bisa gunakan untuk menutup luka bekas infus raffi, namun tidak ada sesuatu yang bersih yang bisa ia gunakan. Ia langsung memegang tangan raffi pada bekas tusukan infusnya, ia menekannya agar darahnya berhenti keluar.
“sini tangan loe” gigi menarik tangan raffi mengarahkan kewastafel untuk mencuci tangan mereka berdua yang penuh dengan darah raffi. setelah mulai bersih, namun darah raffi masih keluar, ia dengan cepat menarik tangan raffi.
“ia, itu ada tisu” gigi pun mengambil tisu dan menekan tangan raffi dengan tissu dalam beberapa detik. Gigi menatap geram kepada raffi, raffi yang melihat gigi marah, memalingkan pandangannya, melihat sekeliling rumah.
“mmm, gi, kayaknya ada yang hangus” ucap raffi.
“ya Allah bubur gue” ucap gigi yang mulai sadar kalau ia sedang memasak bubur.
“ini tekan dulu” ucap gigi yang menyuruh raffi menekan bekas infusnya, karena ia mau melihat keadaan buburnya yang sudah gosong. Suasana menjadi hening, gigi meletakkan bubur yang gosong diatas meja makan sambil memperhatikan raffi yang sedang memegang tangannya. Raffi tidak melihat kearah gigi, ia melihat kesekelilingnya, sesekali ia memberanikan diri menatap gigi, namun ia kembali mengalihkan pandangannya. Gigi masih mentap tajam kearah raffi.
“gue bener2 gak ngerrti sama loe. Semalam loe ganggu tidur gue. Sekarang, seharusnya gue masak bubur, jadi masak nasi gosong. elo emang bener2 gak mau denger kata2 gue yah. Bukannya gue suruh loe buat jangan turun dulu. Infusnya belum gue lepas, karena masih ada obat yang harus gue masukin lewat infus. Kalau kayak gini mau gak mau gue harus suntik loe” ucap gigi lagi yang kesal dengan perbuatan raffi.
“gue gak mau disuntik gi” ucap raffi memelas.
“jadi, ini semua kan salah loe” ucap gigi lagi.
“ini sepenuhnya bukan salah gue, kan elo yang gak mau msak buat gue. Akhirnya kayak gini” ucap raffi membela diri. “oh, begitu, siapa suruh loe makan nasi cuman kemarin pagi” ucap gigi lagi.
“kan elo yang gak masakin gue nasi waktu makan siang, yang loe urusin itu cuman si blue doang, gue udah loe gak urusin” ucap raffi lagi,
“gue masakin loe nasi waktu siang raffi, tapi loe gak pulang” ucap gigi lagi yang langsng berdiri mengambil bubur yang gosong tadi lalu membuangnya dan mencuci wajannya. Raffi pun diam, ia melihat kearah gigi.
“maafin gue” ucap raffi. gigi yang mendengar raffi meminta maaf menghentikan aktifitasnya.
“maaf, nanti, kalau gue pergi, gue bakal hubungin loe. Kalau gue makan diluar, gue bakal hubungin loe juga, biar gak masak buat gue.” Ucap raffi lagi. gigi hanya diam, ia kembali melanjutkan aktifitasnya. Raffi masih ditempatnya semula sambil melihat apa yang dilakukan gigi.
“ini makan, bubur yang semalam gue panasin. Ini ada ayamnya, jadi masih ada lemak dan proteinnya, minum teh manis hangat, biar enakan perutnya, setelah itu minum obat. Ini buat mualnya, ini buat lambung, ini buat nyehatin saluran pencernaan loe” Ucap gigi yang menata makanan di depan raffi. raffi hanya melihat gigi dengan wajah penuh rasa bersalah sambil memegang tisu ditangannya.
“ini dibuka aja. Darahnya udah gak ngalir lagi kan, hari ini loe gak usah kekantor dulu, gue udah telfon rosi tadi, buat bawain berkas bekerjaan loe kesini” ucap gigi panjang lebar, raffi hanya memperhatikan gigi.
“iya, gue juga gak ada pekerjaan, karena hari kamis gue mau kesingapore” jelas raffi.
“mau kesingapore! Berapa hari?” tanya gigi.
“2 hari, sabtu gue balik. Yah seneng loe ye, karena gak akan ada yang bakal ngerepotin loe lagi” ucap raffi.
“itu loe tau, jd gue gak usah repot2 buat masak. Thats wonderfull life” ucap gigi dengan memberikan senyuman lebarnya, raffi hanya memperlihatkan wajah kesalnya.
“gi,,”panggil raffi.
“apa” jawab gigi yang berbalik kearah raffi.
“loe udah balik lagi kan” tanya raffi lagi.
“maksud loe?” ucap gigi
“tau gak, loe lebih nyeremin kalau diam, aneh. Kalau loe udah marah2, berabrti loe udah kembali normal.” Ucap raffi kepada gigi.
“astaga, jadi menurut loe, gue itu perempuan yang suka marah2” tanya gigi yang sudah terlihat kesal.
“iya, gak papa, asal jangan diam kayak kemaren, nyeremin. Marah2 itu keahlian loe” jelas raffi lagi.
“yaaaa” teriak gigi, namun tiba2 bel berbunyi. Gigi mengeluarkan tinjunya.
“nah, itu Nagita yang gue kenal” ucap raffi lagi.
“makan cepet, kalau gak gue suntik loe” omel gigi yang berjalan kearah pintu melihat siapa tau yang datang. “iya, gue makan” ucap raffi.
“eh, rosi, silahkan masuk. Raffi lagi makan, habis makan aja yah, kamu ketemu dia. Silahkan duduk” ucap gigi mempersilahkan sekretaris raffi untuk masuk.
“siapa gi” tanya raffi.
“rosi. Udah gue suruh tunggu didepan. Habisin buburnya.” Ucap gigi, raffi pun menghabiskan buburnya.
“ini minum” ucap gigi sambil menyodorkan obat yang ia sudah sediakan diatas meja. Raffi meminum semua obat yang diberikan gigi, lalu beranjak kedepan untuk bertemu dengan rossi. Setelah merapikan dapur, gigi naik kekamarnya, mandi, dan berganti pakaian untuk kerumah sakit.
“mau kemana?” tanya raffi yang melihat gigi sudah rapi.
“mau kerumah sakit” ucap gigi yang tidak lupa memberi makan ikannya.
“aku makan siangnya gimana?” tanya raffi dengan wajah memelas.
“nanti aku balik lagi, ada beberapa urusan yang harus aku selesaikan” jelas gigi lagi.
“bener yah, balik lagi nanti siang” ucap raffi lagi dengan wajah cemasnya.
“ia” ucap gigi,
“jangan lupa lihat keadaan naura yah”ucap raffi lagi sebelum gigi berlalu dibalik pintu.
“hah, dia aja udah mau mati masih mikirin orang lain” omel gigi saat hendak manaiki mobilnya.
***
Dirumah sakit, gigi membereskan beberapa berkas yang harus diselesaikan dengan beberapa stafnya termasuk nanda didalamnya.  Sampai pukul 12 pun tiba, dan saatnya untuk makan siang.
“mau makan siang apa gi, aku suruh pesan sama anak2 yang lain” ucap nanda, gigi yang mendengar kata makan siang teringat oleh raffi.
“udah waktunya makan siang yah nan, yah ampun raffi.” ucap gigi yang terlihat cemas.
“kenapa dengan raffi?” tanya nanda.
“dia sakit semalam nan, jadi gue harus pulang buat ngusrus dia dulu. Kamu bisa kan nyelesaian semuanya, nanti kirim aja keemail aku untuk kesepakatannya, ok.” Ucap gigi yang beranjak pergi, namun sebelum ia keluar, ia teringat akan pesan raffi.
“oh iya nan, gimana keadaan naura?” tanya gigi, nanda mengeluarkan senyum tidak percaya denga sikap gigi. “kenapa sih ketawa” tanya gigi lagi.
“gak, kamu lucu banget soalnya. Dia sudah membaik, kalau besok pagi hasil labnya udah bagus, dia sudah boleh pulang besok.” Jelas nanda.
“oh, baguslah. aku kekamar naura dulu yah” ucap gigi yang berlalu meninggalkan nanda.
“hmm,” gumam nanda dengan senyumannya yang penuh arti. Gigi berjalan kearah ruang rawat naura. Ia melihat kedalam kamar, tidak ada siapa2, ia pun masuk menemui naura, namun ternyata naura sedang bicara dengan seseorang dibalik telponnya.
“loe baik2 aja kan?” tanya naura pada seseorang dibalik telponnya. Gigi pun hanya memberikan senyuman kepada naura, dan naura mengisyaratkan gigi untuk duduk, naura melanjutkan telponnya.
“ia, kata nanda kalau besok hasil labnya bagus, aku udah bisa keluar. Kamu gak usah kuatir. Kamu mikirin aja kesehatan kamu” ucap naura lagi.
“gigi. ia, dia ada disini” ucap naura lagi.
“em, suruh dia untuk cepat pulang, bilang sama gigi, aku sedang menunggunya” ucap raffi dibalik telponnya. “iya” ucap naura dengan nada tidak suka.
“ok, nanti aku telpon besok” ucap naura lalu mematikan HP nya.
“maaf gi, tadi raffi yang nelpon” ucap naura kepada gigi dengan nada bangganya. Gigi memberikan senyum hambarnya.
“oh yah, hmm, kamu udah mulai baikan kan. Baguslah kalau besok kamu udah boleh pulang.” Ucap gigi.
“iya, terima kasih gi. Terima kasih juga untuk yang kemarin” ucap naura lagi.
“ok, kalau gitu, aku pulang dulu. Cepat sembuh yah” ucap gigi yang memberikan senyumnya ke naura lalu beranjak pergi.
“gi,,,” panggil naura, gigi menghentikan langkahknya.
“kamu cinta gak sama raffi?” tanya naura, gigi terdiam, ia tetap membelakangi naura.
“huft,, gak gue, gak suka sama raffi” ucap gigi sambil menarik nafasnya.
“apa,,, aku bisa mempercayaimu?” tanya naura lagi. gigi hanya diam, ia bingung hendak berkata apa.
“entahlah, apa kamu bisa mempercayaiuku” ucap gigi menoleh kearah naura.
“aku percaya, kamu tidak akan jatuh cinta padanya” ucap naura dengan wajah yakinnya.
“kalau kamu percaya padaku, apakah kamu bisa percaya pada raffi? apakah dia tidak akan jatuh cinta padaku?” tanya gigi kepada naura. Naura terdiam memandang lekat kearah gigi.
“aku percaya padanya, lebih daripada aku mempercayai diriku. Apa kamu mau taruhan denganku?” tanya naura lagi, gigi melihat naura dengan tatapan tidak percayanya.
“hmm, mari kita lihat, siapa yang akan memenangkannya! Ingat, dia hidup bersamaku” ucap gigi dengan ekspresi dinginnya.
“tapi aku yang memiliki hatinya” ucap naura dengan tatapan sinisnya.
“kita lihat saja” ucap gigi masih dengan ekspresi dinginnya dan berlalu pergi meninggalkan naura.
Didalam mobil, gigi memikirkan semua perkataan naura.
“aku tidak akan jatuh cinta padanya, oh,,,bodoh, bodoh, bodoh, ngapain juga gue buat taruhan kayak gitu. Udah tau si raffi suka sama naura. Bodoh, bodoh, bodoh,,,,” ucap gigi yang membentur-benturkan kepalanya kestir mobilnya. “hah,, males banget gue pulang” ucap gigi, lalu menjalankan mobilnya, namun ia tidak pulang kerumahnya melainkan kerumah orang tuanya.
“loh, ngapain kamu disini gi” tanya mama rieta yang melihat gigi siang2 sudah ada dirumahnya.
“lagi males pulang, mbo yem mana?” tanya gigi pada mamanya.
“ada dibelakang. Kenapa, berantem kamu sama raffi?” tanya mama rieta lagi.
“kalau berantem mah setiap hari ma, gak kok, cuman lagi males aja” jelas gigi yang berlalu meninggalkan mamanya dan berjalan kearah dapur.
“mbo yem, buatin bubur yah, sama ayam goreng. Gak usah dikasih bumbu macem2.” Perintah gigi kepada mbo yem. Setelah mbo yem memasak, ia pun menyuruh mbo yem untuk membukus makanan itu dan menyuruh supir keluarganya untuk membawakan bubur tersebut untuk raffi dirumahnya.
“kamu kenapa sih gi, itu pakai suruh2 pak maman lagi. dia kan supir adik kamu, kalau dicariin caca gimana?” ucap mama rieta yang melihat aneh kearah gigi.
“gak papa ma, yang penting si raffi bisa makan” ucap gigi lagi.
“yah, kalau khawatir suami kamu makan apa nggak, kenapa gak kamu aja yang pulang masakin dia” ucap mamar ieta lagi.
“siapa juga yang khawatir, ih, males banget. Gak kok ma, lagi males aja pulang kerumah, udah ah, gigi mau tidur siang dulu. Cape semaleman gak tidur” ucap gigi lalu berlalu menggalkan ibunya.
“kenapa sih tu bocah, aneh banget” ucap mama rieta yang melihat aneh kelakuan anaknya.
gigi memasuki kamarnya, berbaring diranjangnya, menatap kosong kearah langit2 kamarnnya, sesekali ia menarik nafasnya. Ia bangun, dibukanya laci meja hiasnya, ia membuka foto dimana ada gambar dua anak kecil. Ia menatap foto itu dengan lekat.
“seandainya saja kak nisya masih ada disini” gumam gigi yang memeluk erat foto tersebut. Ia tertidur sambil memeluk foto tersebut.
***
 Dirumah, raffi memperhatikan kotak makanan yang dibawa oleh supir suruhan gigi tadi.
“apa coba maksudnya nih cewe, udah gue suruh cepet pulang, titip sama naura biar dia bisa cepet pulang, eh yang dateng cuman makanannya. Hadeuh. Telpon gak yah, hmmm” ucap raffi yang menatap kearah HPnya. Setelah makan makanan yang dikirim gigi, Ia terus berfikir sambil menatap HP nya, ia menonton TV, main game, melihat kelaur rumah, hari sudah sore, ia melihat kemabli kearah HP nya, “telpon gak yah, tellpon aja ah” ucap raffi yang memencet no nagita.
“hallo” jawab gigi dengan suara masih stengah sadar.
“eh, cepet pulang” teriak raffi dari seberang telpon, gigi langsung menjauhakan HP nya dari telinganya karena teriakan raffi.
“apaan sih loe teriak2” ucap gigi lagi.
“cepet pulang, udah mau malem nih.” Ucap raffi, gigi mulai sadar ia melihat jam ditangannya, pukul 05.16 sore.  “ia, bentar lagi gue pulang” ucap gigi.
“jangan pake bentar, pulang sekarang. Ini si blue, si blue kan belum loe kasih makan. Cepet pulang” omel raffi. “dasar, bisanya cuman ngomel mulu” gumam gigi pada HPnya. Ia melihat foto dirinya dan nisya yang dipegangnya, ia memperhatikan sejenak “gue bawa pulang aja” gumam gigi yang membawa foto tersebut bersamanya. “ma, gigi pulang yah” ucap gigi, yang salam kepada mamanya.
“eh, amasalah bulan madu gimana?” tanya mama rieta.
“gak usahlah ma, nanti aja. Aku sama raffi masih sibuk, nanti aja bulan madunya” ucap gigi.
“gimana kalian mau punya anak, kalau sibuk mulu, luangkanlah waktu buat bulan madu, mama sama mama amy sudah sediain tiket buat ke eropa, tinggal pilih aja, kalian mau kemana” ucap mama rieta lagi.
“iya nanti aja, gigi pulang yah ma, assalamualaikum” gigi pun berlalu pergi.
“itu anak, bener2, aneh banget sih” ucap mama rieta yang masih bingung dengan kelakuan anaknya.
Gigi mengendarai mobilnya, ia lupa kalau ia sedang memegang foto dirinya dan nisya, ia meleakkan tasnya di kursi sebelhanya beserta dengan foto dirinya dan nisya.
***
Gigi baru saja sampai dirumahnya, saat turun dari mobil ia mengangkat tasnya, dan foto dirinya dan nisya terjatuh dibawah kursi mobil. Raffi menunggu gigi dengan wajah ditekuk persegi.
“loe bilang tadi mau pulang cepet, malah singgah2,” omel raffi saat gigi memasukki rumah mereka.
“kangen ama mama” jawab gigi singkat lalu memberi makan si blue.
“si blue aja terus yang loe urusin” ucap raffi, gigi langsung memandang raffi.
“masa loe lebih urusin ikan daripada gue” ucap raffi lagi, gigi masih diam. Gigi pun memasakkan bubur untuk raffi. “sampai kapan gue makan bubur, bosen tau” omel raffi.
“besok udah makan nasi biasa. Tadi siang loe makan obat gak” tanya gigi
“makan dong, tuh lihat tuh obatnya, soalnya gue takut ada orang ngomel2” ucap raffi lagi.
“raffi” panggil gigi.
“hm” gumam raffi.
“loe akan bilang apa, kalau naura bilang cinta sama loe?” tanya gigi yang membuat raffi menghentikan makannya. Ia menatap lekat kearah gigi.
“kenapa tiba2 loe tanya kayak gitu” tanya raffi.
“emm, kan, e,,” gigi terbata2 mau menjawab pertanyaan raffi.
“ini, loe kan suka ama naura, terus, kita masih dalam status menikah, yah walaupun cuman diatas kertas, paling gak gue tau, kalau loe punya hubungan sama seseorang, biar, gue bisa ngelindungi loe” ucap gigi.
“ngapain loe mau ngelindungin gue. Emang loe bisa ngelindungin gue,,ahahah, ada2 aja loe”ucap raffi yang menggapi kata2 gigi dengan bercanda.
“bukan gitu, loe mah. Hah, susah emang ngomong sama loe. Terserah loe deh. Habisin makannya, jangan lupa minum obat.” Gigi berlalu meninggalkan raffi.
“kenapa sih tu anakk, aneh banget” gumam raffi.
***
Keeseokkan paginya, sebelum berangkat kekantor, raffi menyempatkan diri untuk menjemput naura dari rumah sakit. Gigi menjalani aktifitasnya di IGD seperti hari2 biasa.
“hayyyo, lihat gue apaan” ucap kia yang mengagetkan gigi dan nanda yang sedang membaca buku di taman belakang.
“loe beliin apa buat gue” tanya gigi pada kia.
“kali ini gak ada pilih kasih, gue beli roti sendwich buat kita bertiga.” Ucap kia yang membuka kantong bawaannya, tiba2 saat ia hendak memakan makanannya ada yang memanggil zaskia.
“dokter zas, pasien dokter yang di HCU lagi gawat dok” teriak salah seorang perawat.
“ya Allah, kenapa gak nunggu gue selesai sarapan dulu sih, ihh” ucap kia yang kesal, ia memasukan makanannya dan berlalu pergi meninggalkan gigi dan nanda.
“ahahah, dokter zaskia lucu banget sih” ucap nanda.
“yah,, loe suka sama zaskia yah” goda gigi kepada nanda
“ahahaha, gak lah, gue udah suka sama seseorang” ucap nanda.
“beneran, yah, padahal gue baru mau ngejodohin loe sama zaskia, hmm,, gagal deh.” Ucap gigi. nanda hanya mengeluarkan senyumnya.
“naura udah boleh pulang yah hari ini” tanya gigi kepada nanda.
“iya, dia sudah boleh pulang. Hasil labnya sudah bagus semua” jelas nanda.
“oh,,” gumam gigi. “yah udah yuk, gue mau ke IGD, menjalankan hari2 seperti biasa, semoga hari ini aman” ucap gigi dengan senyumannya. Mereka pun berjalan menuju IGD sambil sesekali membahas masalah penyakit beberapa pasien yang mereka tangani bersama, saat dipertengahan jalan raffi yang sedang mendorong naura dengan kursi roda bertemu dan saling berhadapan dengan nanda dan gigi yang sedang menuju kearah IGD. Raffi menghentikan dorongannya, gigi dan nanda pun berhenti didepan raffi dan naura. Nanda melihat kearah naura dan memalingkan pandangannya kearah raffi.
“sudah mau pulang” ucap nanda memecah keheningan saat itu.
“iya, terima kasih yah” ucap naura. Tidak ada kata yang keluar dari gigi dan raffi, mereka hanya sesekali saling melihat namun langsung membuang pandang.
“ok, jangan sakit lagi” ucap nanda kepada naura.
“ayo nan, kita pergi, bentar lagi telat. Sehat terus yah naura” ucap gigi dengan senyumannya lalu berlalu pergi, nanda masih diam menatap kearah raffi.
“nanda ayo” ajak gigi kepada nanda.
“iya gi, aku duluan yah” ucap nanda lalu berlari mengejar gigi, raffi berbalik melihat keakraban nanda dan gigi, raffi melihat mereka dengan mengerutkan keningnya.
“raffi” panggil naura, namun raffi masih memperhatikan gigi yang berjalan bersama nanda. Naura berbalik melihat raffi, mencari tau kearah pandangan raffi.
“rafffi” panggil naura lagi.
“ah, iya, ayo kita pulang” ucap raffi yang mendorong kursi roda naura dengan wajah yang terlihat khawatir.didalam mobil raffi dan naura duduk dikursi belakang, supir naura yang membawa mobi saat itu.
“fi, kamu udah ada jawabannya blom” tanya naura kepada raffi.
“hm, oh, itu, kamu tau kan, aku udah nikah ama gigi. bingung” ucap raffi yang menggaruk kepalanya yg tidak gatal, naura memandang lekat kerah raffi.
“katakan satu hal yang akan membuatku yakin, apakah kamu masih mencintaiku, seperti yang kamu katakan ditepi danau waktu itu” raffi terdiam dengan perkataan naura.
“iya, aku masih mencintaimu. Bisakah kamu bersabar setelah dua tahun?” ucap raffi.
“kenapa setelah dua tahun” tanya naura.
“kesepakatan antara aku dan gigi, akan berakhir setelah dua tahun. Ini rahasia antara kami berdua, sekarng, kamu mengetahuinya” jelas raffi.
“benarkah, hanya dua tahun, itu tidak lama. Aku akan menunggumu fi. Tapi janjilah padaku satu hal” ucap naura lagi, raffi menatap naura dengan tatapan penuh tanya.
“apa?” tanya raffi.
“untuk tidak jatuh cinta padanya” ucap naura lagi, raffi terdiam, ia berfikir.
“raffi” panggil naura lagi.
“hmm, iya, aku janji” ucap raffi, naura begitu senang, ia langsung memeluk raffi. raffi nampak berfikir sesuatu, iapun tidak membalas pelukan dari naura, ia hanya menatap keluar jendela mobilnya. Stelah mengantar naura pulang raffi menuju kekantornya, sesampainya diruangannya raffi merenung, ia memikirkan semua perkataan naura, sesekali ia manrik nafasnya.
“bukannya ini yang gue harapin dari dulu, kenapa rasanya berbeda. Raffiii, loe kenapa sih, naura udah ngebales cinta loe,,hah., inikan yg loe harapin dari dulu, huft” raffi mengacak2 rambutnya dan menyapu mukanya dengan kasar. Di NS hospial, nanda membawakan makan siang untuk gigi.
“mau makan ditaman” ucap nanda yang menujukkan kotak makanannya kepada gigi. gigi pun mengeluarkan senyumnya.
“udah jam 3, kamu pasti blom makan siang, dan kamu gak suka makanan yang disiapin rs kan?” ucap nanda sambil membuka kotak makanan untuk gigi.
“tau aja, iya, gak sempet makan, kamu tau sendiri kan kalau IGD lag rame kayak gimana, hm” ucap gigi yang muai memakan makanannya.
“gi” panggil nanda.
“hm” jawab gigi.
“loe tau kan, raffi suka sama naura?” tanya nanda. Gigi jadi kaget, darimana nanda mengetahui itu.
“oh, gak kok, raffi cuman menganggap naura sebagai kakaknya” jelas gigi berbohong.
“jangan bohong gi. Aku sudah tau dari dulu raffi menyukai naura.” Jelas nanda, gigi pun menghentikan makannya dan menatap nanda.
“waktu aku pacaran sama naura, dan pada saat aku menduakan naura, raffillah yang menghajarku habis2an. Aku masih ingat kata2nya, jangan ganggu wanitaku!” jelas nanda lagi. gigi hanya diam.
“dan aku yakin kamu pasti tau itu” gigi masih tetap diam.
“gi” paggil nanda lagi, gigi hanya menatap nanda dengan tatapan dinginnya.
“jika tidak ada cinta dalam pernikahan kalian,,, bolehkah kamu mencoba menerimaku yang mencintaimu?” ucap nanda yang membuat gigi kaget, nanda menatap gigi dengan penuh harap berharap sebuah jawaban yang akan memberikannya ruang.

To be continue, jangan lupa like dan commentnya. Keep smileeee...