Kamis, 14 Juli 2016


Ost part ini GAC – Cinta, Raffi Feat Nagita – Jika, Gamaliel – Terbang, Raisa-Kali Kedua.

“Dalam Diam Kau Curi Hati Ku”

Part 31

***
“ih, a raffi sama mba gigi lama banget sih. Ngapain sih mereka dihutan!” oceh shahnas yang mulai khawatir.
“bentar lagi nyampe kok nas! Sabar aja!” ucap billy. Selang beberapa menit, nampak raffi dan gigi keluar dari hutan sambil berpegangan tangan. Raffi masih menyalakan lampu hp nya.
“cie,,,cie,,yang udah bahagia!” goda deni.
“a raffi, kita harus segera pulang!” ucap shahnas yang mendekati kakaknya. Gigi pun nampak khawatir melihat shahnas menangis.
“aa,,,papa masuk rumah sakit. A robi menjual saham papa a.” oceh shahnas.
“apaa,,kamu tau darimana?” tanya raffi yang mulai khawatir.
“ada pak roni di depan. Ayo a kita pulang!” ucap shahnas lagi.
“robiiiii” geram raffi dengan marah. Ia mulai mengepal tangannya. Tiba-tiba tangan gigi memegang tangan raffi. raffi menoleh kearah gigi. gigi menatap raffi seakan memberi isyarat agar raffi tenang.
“tenang dulu. Kita pulang malam ini. kita kerumah sakit untuk lihat keadaan papa munawar dulu. Em!” ucap gigi. raffi hanya berusaha mengatur nafasnya.
***
“ayo a turun” ucap shahnas yang baru saja keluar dari mobil. Shahnas tanpa menunggu kakaknya langsung berlari masuk kedalam rumah sakit. Raffi hanya diam. Gigi menatap raffi yang masih terdiam.
“ayo kita turun” ucap gigi mengajak raffi untuk turun. Raffi hanya mengikuti gigi dan masih saja diam. Setelah sampai didepan ruangan papa munawar dirawat, raffi menghentikan langkahya. Gigi menatap lekat kearah raffi. raffi masih saja terdiam.
“kamu masuk saja duluan. Aku harus menyelesaikan semua ini!” ucap raffi yang melepaskan tangan gigi dan berlari meninggalkan gigi.
“raffiiii” teriak gigi. namun raffi terus berlari hingga hilang dari pandangan gigi. shahnas dan caca yang mendengar teriakan gigi langsung keluar dari kamar perawatan pak munawar.
“mba. A raffi mana?” tanya shahnas. Gigi nampak khawatir.
“nas, ca, jaga papa munawar. Mba mau nyari raffi dulu” ucap gigi, lalu berlari meninggalkan caca dan shahnas yang masih dalam kebingungan.
“gigi mau kemana?” tanya zaskia, yang baru saja datang bersama irwan, deni dan billy. Caca dan shahnas hanya menaikkan kedua bahunya dengan wajah khawatir.
***
“raffi,,,apa yang akan kamu lakukan!” gumam gigi sambil terus berusaha menelpon raffi. raffi memarkirkan mobilnya didepan perusahaan ayahnya. Seseorang berdiri dan menyambut kedatangan raffi.
“pak raffi!” sapa laki-laki stengah baya itu.
“pak guntur, bisa anda jelaskan apa yang sebenarnya terjadi?” tanya raffi dengan tatapan dinginnya. Pak guntur mengeluarkan laptop, dan dengan proyeksi menampilkan beberapa laporan kepada raffi, beberapa menit pak guntur menjelaskan keadaan perusaan ahmad group saat ini.
“jadi kesimpulannya, ahmad group sekarang, sudah menjadi milik roby.” Ucap pak guntur mengakhiri laporannya.
“jadi dia menukar, nama ayahku dengan namanya, dan ayahku tanpa sadar menandatanganinya?” ucap raffi.
“ia. Seperti itu tuan raffi.” jelas
“sepertinya, kita harus membukanya sekarang” ucap raffi menatap yakin kepada pak guntur.
“sepertinya” ucap pak guntur dengan senyuman kecilnya.
“segera adakan rapat pemegang saham besok pagi. kita harus menampar balik. Aku tidak akan memberi ampun lagi kepada robi.”ucap raffi lalu berdiri meninggalkan pak guntur.
“sepertinya ada yang datang tanpa diundang?” ucap seseorang kepada raffi saat hendak masuk kemobilnya. Raffi tau betul itu suara siapa. Ia menoleh dan melihat robi dengan tajam.
“hahhhhhh, bagaimana keadaan papamu?” tanya robi. Ia tidak sendiri, ia bersama beberapa orang dengan pakaian yang rapi.
“dia akan baik-baik saja” jawab raffi dingin.
“aku,,akhirnya,,berhasil,,mengambil semua milikmu,hah,,,ahahahah” tawa puas robi.
“benarkah. Apa kau tau, orang serakah sepertimu,,,tidak akan mendapatkan apa-apa.” Ucap raffi lagi. robi menatap raffi dengan tatapan menyindir.
“apa kau tidak tau, penyebab ayahmu dirawat?”
“aku tau. Ular sepertimu, dengan kelicikanmu, menipu, orang yang sudah baik padamu. Apakah, kamu bahagia dengan apa yang kamu peroleh? Sungguh menjijikkan” ucap raffi.
“yap...mungkin memang menjijikkan. Tapi aku berhasil, berkali-kali menyakitimu. Gigi meninggalkanmu pun karena aku. kamu tau kenapa? Tanpa kamu sadari, semua yang terjadi itu karena kamu.” Ucap robi sambil menatap tajam kearah raffi.
“apa,,,hahhhhh,,” raffi menatap robi dengan emosi.
“tentu saja. Kamu menyakiti gigi hingga dia meninggalkanmu. Berusha melindungi orang sepertimu. Sebanarnya, aku, sangat kasian kepada gigi. tapi,,yah, mau apa lagi. papamu,,jika kamu tetap diperusahaan ini, maka mungkin ini semua tidak akan terjadi. Intinya adalah, aku, bisa merebut semuanya, karena,,,,kamu tidak bisa,,,melindungi mereka” ucap robi dengan senyuman jahatnya.
“dan aku,,,tidak akan perduli!” tambah robi lagi. raffi mengepal tangannya, matanya mulai memerah. Robi melihat itu.
“wow,,,mau memukulku! Apa kau..” belum juga robi menyelesaikan ucapannya, satu pukulan melayang dipipi kanannya.
“ah sial...” robi menyapu darah yang keluar dari mulutnya.
“bos tidak apa-apa?” tanya kedua orang yang sedari tadi berdiri dibelakangnya.
“hei..” salah seorang mulai maju menghadapi raffi. raffi mulai memasang kuda-kuda, jika pemuda itu menyerangnya.
“berhenti. Dia urusanku!” perintah robi. Ia mulai berdiri menghadapi raffi.
“jadi kau ingin berkelahi!” ucap robi.
“aku benar-benar kasihan padamu!” ucap raffi.
“apa kau bilang?” tanya robi dengan wajah yang mulai berubah.
“aku, sangat kasihan padamu. Jadi kamu hanya menghabiskan waktumu untuk merebut semua yang kumiliki? Padahal jika kamu memintanya, maka akan kuberikan. Kedudukan sebagai CEO, akan kuberikan padamu. Kamu terlalu bermain-main dengan denganku.” Ucap raffi.
“jangan pernah kasihan padaku. aku, tidak perlu dikasihani olehmu!” ucap robi dengan wajah emosinya.
“berhentilah robi. Kamu sepupuku. Orang yang sedang kamu sakiti adalah keluargamu. Kumohon. Berhentilah!” ucap raffi dengan mata yang mulai berkaca2.
“apa....kamu yang berhenti. Berhentilah untuk selalu terlihat baik. Jangan berbuat baik padaku. apa kau pikir, itu akan merubah pikiranku?”
“tentu saja. Karena aku mengenalmu. Karena aku, adik sepupumu?” ucap raffi.
“berhenti mengatakan kau mengenalku. Berhenti membawa nama keluarga dalam masalah ini. kalau kita keluarga, semua ini tidak akan pernah terjadi” teriak robi.
“apakah ini semua masih berhubungan dengan papamu?” tanya raffi lagi.
“oh,,,,kamu mulai mengerti. Yah,,,aku akan mengembalikan nama baik papaku!” ucap robi.
“berhentilah menjadi seperti dia robi. Kamu bisa mnjadi orang yang lebih baik darinya” ucap raffi. tiba2 satu pukulan melayang dipipi raffi.
“itu masalahnya. Kalian semua, menganggap papaku adalah orang penjahat. Sampai dia meninggalpun kalian masih menganggapnya seperti itu!” teriak robi lagi.
“sadarlah robi.” Teriak raffi lagi.
“apa yang perlu aku sadari!” teriak robi dengan wajah yang memerah.
“kamu sekarang sedang menjadi dia. Apakah menurutmu berita tantang pembalikan nama itu tidak akan diketehui oleh keluarga kita dan orang banyak.” Teriak raffi lagi.
“berhenti untuk mengatakan ayahku sebagai orang jahat” ucap robi sambil mengangkat kedua kerah baju raffi. raffi menatap robi.
“robi, keluarlah dari kesepianmu. Carilah seseorang dan menikahlah!” ucap raffii. Robi nampak sangat geram.
“berhenti mengajariku. Apakah, aku harus menikahi mantan istrimu!” ucap robi. Raffi langsung membenturkan kepalanya kekepala robi.
“ahhhhh” teriak robi.
“kau boleh mengambil semua milikku. Tapi jangan berani menyentuhnya.” Ucap raffi. robi langsung berdiri dan kembali memukul wajah raffi. raffi kembali membalas pukulan robi. Beberapa pukulan robi berhasil ditepis oleh raffi. satu pukulan keperut robi, kewajah robi hingga ia terjatuh kelantai.
“bos,,,bos” teriak kedua pemuada itu.
“aku,,,,,sudah sangat ingin memukulmu sejak tau kamu yang membuatnya pergi” ucap raffi lagi.
“hajar dia!” perintah robi kepada dua orang pemuda itu.
“hoho,,,,jadi begitu. Ayo maju” tantang raffi. kedua orang itu pun mulai memukul raffi. namun raffi masih berhasil menepis beberapa pukulan mereka. akan tetapi, karena pukulan dari dua orang itu semakin bertubi-tubi, raffi akhirnya kewalahan, dan beberapa pukulanpun mendarat ditubuhnya dan membuat raffi terjatuh kelantai. Saat raffi terjatuh, kedua orang itu menendang tubuh raffi secara bergantian.
“mampus loe” gumam kedua orang itu seperti puas membuat raffi tidak berdaya.
“seharusnya loe jangan main-main sama gue raffi” ucap robi sambil membasuh darah yang keluar dari bibirnya.
“hei” panggil seorang wanita yang berdiri dibelakang robi. Saat robi berbalik, satu pukulan diwajah, diperut dan satu tendangan dikepalanya mampu membuat robi terduduk.
“sini kalian!” tantang gigi kepada kedua pria yang sedang menghajar raffi. gigi memperhatikan raffi yang sudah penuh dengan darah.  Ia melihat kearah mobil raffi dengan kunci yang menggantung dipintu mobil.
“sedang apa kalian. Cepat hajar wanita itu!” teriak robi dengan kesal. Kedua orang itu pun maju dan menghadapi gigi.
“yahhhh,,,,kalian mau kemana?” teriak raffi berusaha berdiri, dengan wajah yang sudah babak belur. Ia mulai berdiri dan memegangi perutnya. Gigi sesekali melihat kearah raffi.
“ayo cepat kesini!” ucap gigi sambil berjalan mundur. Membawa kedua orang itu lebih jauh dari raffi.
“hahahhh,,ngancam dia,,dasar per..” ucap salah seorang pria itu, namun gigi langsung melayangkan tendangan dikepalanya. Begitu pun dengan pria disebelahnya. Belum siap, namun gigi sudah melayangkan beberapa pukulan dan tendangan hingga mereka tersungkur kelantai. Saat melihat kedua orang itu terjatuh kelantai, gigi berlari kearah raffi yang berusaha mendekat kearahnya. Ia menarik tangan raffi dan memasukkannya kemobil. Robi yang berusaha mencegatnya, kembali mendapat tendangan dari gigi. ia lalu masuk kedalam mobil raffi dan mengunci pintu mobilnya. Kedua orang itu berusaha membuka pintu mobil raffi. namun gigi langsung menjalankan mobil tersebut, dan dengan cepat berlalu meninggalkan robi beserta anak buahnya.
“ahhhh sial,,,ahhhhhh” gerutu kedua pemuda itu.
“kalian memang gak ada gunanya. Ngadapin satu wanita saja gak becus.” Omel robi pada kedua bodyguardnya itu. Sementara raffi masih menatap gigi tanpa berkedip.
“bener-bener yah. Kalau mau mati, gak usah pakai acara berkelahi. Langsung main tembak-tembakan, jadi siapa yang duluan kena itu yang duluan mati.” Omel gigi kepada raffi. raffi masih melihat gigi dengan tatapan yang aneh.
“udah dibilang..tenang, ngadapin sesuatu itu, gak perlu dengan berkelahi. Kayak anak SMA aja” omel gigi lagi.
“sekarang bagaimana? Papa kamu dirawat, papa aku masih dirawat. Sekarang kamu yang mau dirawat! Bikin pusing aja!” omel gigi lagi. raffi masih melihat gigi sambil memanyunkan bibirnya.
“ayo kita kerumah sakit!” ucap gigi lagi.
“jangan!” ucap raffi.
“lalu bagaimana. Wajah kamu, lihat!” ucap gigi lagi.
“mama akan semakin khawatir kalau tau keadaanku seperti ini!” ucap raffi. gigi langsung memarkirkan mobilnya. Ia menarik nafasnya dengan dalam. Lalu kembali menjalankan mobilnya. Tiba didepan sebuah apotek, gigi memarkirkan mobil.
“tunggu disini” ucap gigi lalu turun dari mobilnya. Berselang beberapa menit, gigi kembali masuk kemobil dengan beberapa obat dan alat kesehatan yang baru saja dibelinya.
“jadi kita mau kemana? Emm,,kekamar hotelku atau ketempatmu” tanya gigi dengan canggung.
“jangan kekamar hotelmu. Itu didepan rumah sakit. Kita ke apartemenku saja” ucap raffi.
“hahhh,,ok. Tinggal arahkan jalannya.” Gigi kembali menjalankan mobilnya. Tidak cukup waktu yang lama mereka akhirnya sampai digedung apartemen yang cukup mewah dikawasan jakarta pusat. Setelah memarkirkan mobil. Gigi langsung turun. Ia lalu membuka pintu mobil raffi dan hendak membantu raffi untuk turun. Namun, raffi nampak berfikir.
“ayo sini. Aku bantuin turunnya!” ucap gigi, yang sudah mulai menunduk.
“aku masih bisa jalan kok!” ucap raffi lalu keluar dari mobil.
“dasar!” gumam gigi. raffi berjalan kedepan dengan wajah yang cukup khawatir. Sampai didepan pintu apartemen raffi. raffi tidak langsung membuka pintu apartemennya, ia melihat kearah gigi.
“apa? Cepet buka pintunya!” ucap gigi.
“kamu, bisa tunggu sebentar disini? Apartemenku sangat berantakan..hahah” ucap raffi berusaha memberikan senyumnya, namun ia memegang wajahnya yang masih sakit.
“tidak mengapa. Cepat buka.” Perintah gigi. raffi nampak begitu khawatir. Ia memasukkan kode untuk membuka pintunya, dan gigi melihat kode yang dimasukkan oleh raffi (17028788). Gigi hanya sedikit menaikkan alisnya. Raffi membuka pintu apartemennya dengan pelan, namun gigi langsung menerobos masuk. Ia melihat sekeliling apartemen itu. Nampak sangat rapi.
“apanya yang berantakan. Ini mah, rapi banget. Ayo cepat masuk. Badanmu harus cepat di obati!” ucap gigi. raffi hanya memaksakan senyumannya.
“cepet masuk!” perintah gigi yang melihat raffi hanya berdiri dibelakang pintu.
“kita harus ngompres luka kamu, sama air anget dulu. Aku bisa masak air disini kan?” tanya gigi. raffi hanya menganggukkan kepalanya. Gigi pun pergi kearah dapur dan mulai memasak air untuk raffi.
“kita butuh handuk, dikamar kamu!” ucap gigi yang berjalan hendak masuk kekamar raffi. raffi langsung berdiri dan mencegah gigi untuk masuk.
“aku saja yang ngambil. Butuh apa, handuk aja!” ucap raffi lalu masuk kekamarnya dan dengan cepat menutup pintu kamar itu.  Gigi nampak heran melihat sikap raffi.
“apaan sih dia,” gumam gigi. ia pun berjalan kedapur untuk melihat air masakannya yang sudah mendidih. Mencapurnya dengan air lagi agar menjadi hangat. Saat ia hendak membawa mangkuk yang berisi air hangat itu kedepan, ia berhenti melihat sebuah aquarium dengan dua ekor ikan didalamnya. Ia lalu menyimpan mangkuk itu diatas meja, dan memperhatikan kedua ikan didalam aquarium itu. Satu ikan yang nampak asing, dan satu ikan yang begitu ia kenal.
“hai meli. Apa kabar?” ucap gigi sambil mengembangkan senyumnya.
“apa handuk ini cukup!” ucap raffi. raffi nampak kaget melihat gigi yang sedang berbicara dengan ikan diaquarium itu.
“cukup!” ucap gigi lalu mengambil dua handuk yang dibawa raffi. satu berukuran kecil dan satu lagi berukuran besar.
“ayo duduk disini!” perintah gigi. raffi pun langsung mengikuti perintah gigi. gigi menarik sebuah bangku dan duduk didepan raffi.
“buka bajunya!” perintah gigi.
“emm?” gumam raffi. gigi langsung membuka kemeja yang dikenakan raffi.
“aku mau melihat lukamu. Baju dalamnya dibuka juga yah...ehem..” ucap gigi dengan ekspresi sedikit malu. Raffi hanya diam menahan rasa malunya. Ia lalu membuka baju dalam raffi. nampak beberapa memar dipunggung raffi. gigi menarik nafasnya.
“sebenarnya apa yang kamu cari disana?” tanya gigi sambil membasahi handuk ditangannya dan membersihkan beberapa luka diwajah raffi.
“aku kesana bukan mau bertemu dengan robi”
“lalu..knapa bisa ada perkelahian?”
“aku memang sudah ingin memukulnya, saat tau dia yang membuatmu pergi. Tapi, aku mengurungkan itu karena mengingatmu”
“terus, kenapa kamu tetap berkelahi dengannya?” tanya gigi lagi sambil terus membersihkan wajah raffi.
“dia kembali mengusikmu, dan aku tidak suka itu!” ucap raffi. gigi menghentikan aktifitasnya dan menatap raffi. dia menarik nafasnya dengan dalam.
“kamu sendiri,,,kenapa bisa ada disana?” tanya raffi.
“aku mencarimu. Karena aku tau hal itu akan terjadi. Tempat paling mungkin untuk menemukan kalian berdua adalah ahmad group. Aku bertanya pada satpam, dan katanya kamu sudah keluar dari kantor. Yah begitulah” jelas gigi, lalu kembali membersihkan luka raffi. setelah membersihkan dengan handuk ia mulai menggunakan kasa dan nacl yang baru saja ia beli.
“ahhhh,,,ahhhhh. Perih gi..pelan,pelan” omel raffi saat gigi membersihkan lukanya.
“makanya jangan berkelahi” ucap gigi lalu kembali membersihkan luka raffi.
“hahh,,ahhah” tiba-tiba raffi mulai tertawa.
“kenapa? Ada yang lucu?” tanya gigi.
“aku pikir kamu akan menjadi supergirl tadi. Ternyata, kabur! Ckck” tawa raffi. gigi yang kesal langsung menekan keluka raffi.
“awwww,,,gigiii” teriak raffi.
“kalau aku gak bawa lari kamu, mau mati sia-sia. Kamu aja gak bisa ngelawan itu dua cowo. Kamu pikir kayak di film-film, 1 cewe lawan 10 cowo, bisa mati semua cowonya. Hadeuh,,,,imposible. Emang aku wonderwoman.” Oceh gigi.
“hahah,,,tapi terima kasih yah...bagiku,,,,kamu itu emang wanita super,,,super segalanya.” Ucap raffi. sekali lagi gigi menekan luka raffi, yang langsung membuat raffi berteriak.
“aaaaaa,,,yah,,kalau gak ikhlas, gak usah dibersihin lukanya,,isssss” omel raffi.
“hadeuh,,,bener-bener yah. Emang kalau udah tabiat, susah dirubah!” omel gigi yang kembali membersihkn wajah raffi. ada beberapa luka lecet diwajahnya dan ada satu luka kecil terbuka dabagian kepalanya. Raffi hanya memanyunkan bibirnya. Setelah memberi salep dan menutup luka dikepala raffi, gigi langsung meraba dada raffi.
“yahhh,,kamu mau ngapain!” teriak raffi yang nampak histeris dan menutup kedua dadanya dengan kedua tangannya.
“astaga. Aku mau meriksa dada kamu. Kalau ada masa, berarti loe harus kerumah sakit. Jadi, gak usah pakai acara ditutup-tutupin. Buka!” perintah gigi. raffi pun dengan terpaksa membuka tangannya. Sesekali ia menelan ludahnya saat gigi mulai menyentuhnya.
“sakit gak?” tanya gigi. namun raffi hanya diam.
“sakit gak” tanya gigi sekali lagi dengan sedikit penekanan.
“emm,,gak!” ucap raffi tanpa memandang gigi.
“kalau sakit bilang. Sakitt?” tanya gigi.
“gak”
“sakit?”
“gak..ehem” ucap raffi sambil menarik nafasnya.
“bagus. Berarti gak ada apa-apa. Sekarang kita periksa belakang loe? Nanti kalau misalnya kamu pipis, terus warnanya merah, bilang ke aku yah!” ucap gigi lagi.
“iya,,,bawel. Cepetan periksanya!” omel raffi.
“dasar. Punggung loe. Sepertinya baik-baik aja. Loe mandi dulu, terus Kita olesin salep aja, biar memar sama bengkaknya cepet turun. Dan minum obat ini biar gak terlalu nyeri.” Ucap gigi lalu memberikan beberapa butir obat untuk diminum oleh raffi. raffi langsung meminum obat yang diberikan oleh gigi.
“bagaimana caranya aku mandi?” tanya raffi.
“emm,,,rambut sama muka kamu..em, atau kepala kamu gak usah dibasahin. Mandi pakai air hangar. Mau aku siapin?” tanya gigi.
“gak usah. Biar aku sendiri aja. Em,,kamu tunggu disini aja.” Ucap raffi yang nampak khawatir.
“emang kenapa? Kamu gak mau aku mandi dikamar mandi kamu?” tanya ggi.
“emm? Oh,,,kamu mau mandi juga?” ucap raffi yang nampak sangat lugu.
“yah iyalah raffi. yah udah aku mandi dikamar mandi luar aja!” ucap ggi lagi.
“gak usah, mandi dikamar mandi aku aja. Tapi setelah aku mandi. Tunggu disini. Jangan kemana-mana. Kalau mau makan, makanan ada dikulkas” ucap raffi lalu masuk kekamarnya.
“hufttt” raffi menarik nafasnya dan segera mengunci pintu kamarnya. Ia lalu melihat disekeliling kamarnya. Semua foto gigi, foto pernikahan mereka semua ada dikamar itu.
“aku harus segera menyembunyikannya.” Ucap raffi lalu menurunkan semua foto gigi. beberapa dimasukkan kedalam laci. Foto yang agak besar dimasukkan kedalam lemari bajunya. Beberapa ia masukkan kebawah ranjang.
“ok...udah beres. Sekarang ayo kita mandi!” ucap raffi yang menarik nafasnya dengan lega. Gigi membuka pintu balkon apartemen dan membiarkan udara malam masuk. Ia kembali masuk kedalam dan melihat meli yang berenang bebas dengan senyumannya.
“hai meli. Apa dia mengurusmu dengan baik? Sepertinya begitu. Karena kamu nampak sangat bahagia!” gumam gigi yang nampak bahagia melihat ikannya.
“siapakah dia. Maukan kamu memperkenalkannya padaku?” tanya gigi kepada ikan lain yang ada diaquarium itu. Beberapa menit, raffi keluar dengan mengenakan celana pendek dan handuk yang dilingkarkan kelehernya.
“udah selesai. Kemari, biar aku olesin salepnya!” ucap gigi. raffi pun mendekat kearah gigi. gigi mengoleskan salep dipunggung raffi.
“cukup.”
“makasih” jawab raffi singkat.
“apa sekarng aku boleh mandi?” tanya gigi.
“iya. Handuk yang baru, sudah ada dikamar mandi” jawab raffi dengan gugup.
“ok” ucap gigi.
“apa kamu mau teh?” tanya raffi masih dengan wajah yang gugup.
“boleh” ucap gigi sambil melemparkan senyumnya lalu segera masuk kekamar raffi.
“ya Allah, kuatkan hamba!” gumam raffi sambil memegang dadanya. Gigi yang berada dikamar raffi melihat kesekelilingnya.
“bersih banget nih kamar” gumam gigi. ia lalu segera masuk kekamar mandi.
Raffi yang berada diluar sedang membuat teh untuknya dan gigi.
“aduh, kenapa aku gak ngambil baju sih tadi. Apa gue masuk aja yah. Dia belum selesai mandi kan!” ucap raffi. setelah meletakkan dua gelas teh dimeja. Ia mengetuk pintu kamarnya.
“giiii” panggil raffi. namun tidak ada jawaban.
“berarti dia masih dikamar mandi kan!” gumam raffi meyakinkan dirinya. Ia menarik nafasnya dan membuka pintu kamarnya dengan pelan.
“ahhh, aman” gumam raffi yang tidak mendapati gigi didalam kamarnya.
“giiiii?” panggil raffi.
“iya,,ada apa fi?” tanya gigi dari balik kamar mandi.
“gak, aku,masuk kamar, mau ngambil baju. Mau ngasih tau aja!” ucap raffi yang nampak gugup.
“yah udah. Sekalian ambilin baju buat aku yah” ucap gigi yang tiba-tiba keluar dari kamar mandi, dengan handuk melilit ditubuhnya, dan rambut basah terurai. Raffi terdiam melihat gigi yang sekarang berdiri dihadapannya.
“raffii” panggil gigi. raffi menelan ludahnya, dan berusaha mengatur nafasnya.
“em,,,i,,iya. Mau pakai baju apa, kaos apa kemeja?” tanya raffi dengan membuang pandangannya dari gigi. ia melihat kearah lemari sambil terus menarik nafasnya.
“em,,,baju kemeja aja” ucap gigi.
“oh,,iya” jawab raffi yang mulai salah tingkah. Ia lalu membuka pintu lemari disebelahnya, dan tiba-tiba saja, foto yang berusaha disembunyikan raffi jatuh keluar.
“ah,,seat,,,” gerutu raffi, yang berusaha memasukkan foto-foto itu. Gigi yang melihatnya datang mendekati raffi.
“itu foto pernikahan kita?” tanya gigi. raffi nampak salah tingkah.
“ah,,,oh,,,emmm,,,ia,,ahahah. Ini,,,em,,daripada rusak dirumah itu, jadi,,,aku menympannya disini,,ahahah” jelas raffi dengan tawa yang nampak sangat dipaksakan. Raffi segera memasukkan foto-foto itu. Gigi hanya melihat raffi dengan bingung..
“eh,,,,ini bajunya. Ada lagi?” tanya raffi yang masih salah tingkah. Ia bahkan tidak berani menatap gigi.
“ada handuk lagi gak? Buat ngeringin rambut aku.” tanya gigi.
“oh,ada,,bentar!” ucap raffi yang masih salah tingkah. Ia membuka salah satu laci dilemari itu, dan lagi-lagi, foto yang disembunyikannya jatuh.
“seatttt” gerutu raffi..
“ahahahah,,,emmm” tawa hambar raffi, seperti sudah tidak bisa menjelaskan apa-apa lagi kepada gigi.
“ini handuknya. Em,,,” ucap raffi, yang masih nampak grogi.
“celana?” tanya gigi lagi.
“oh,,,celana,,,emm,,,,aku tidak punya yang kecil untukmu.” Ucap raffi sambil melihat kearah lemarinya.
“celana pendek yang biasa kamu pakai...itu juga boleh!” tambah gigi. raffi masih nampak salah tingkah. Ia kembali membuka laci yang berisi celana pendeknya. Disana nampak ada foto gigi. raffi segera menyembunyikannya.
“ahahahah,,,em,,,eh,,,mau yang warna apa?” tanya raffi dengan salah tingkah.
“putih juga boleh.” Tambah gigi lagi. raffi segera mengambil celana yang berwarna putih, lalu menyerahkannya ke gigi.
“ini...emmm,,aku tunggu diluar. Em,, buat minum teh! Eh,,,,em,” ucap raffi yang msih sangat grogi. Ia lalu menutup lemarinya.
“em,,gi,,,aku suka kalungmu,,” ucap raffi sambil menunjuk kalung dengan inisial ‘A’ yang melingkar dileher gigi. raffi tersenyum malu, begitupun dengan gigi.
“aku keluar dulu” ucap raffi. gigi hanya menganggukkan kepalanya. Raffi lalu keluar dari kamarnya.
“aduh,,sial banget sih..malu banget” gerutu raffi pada dirinya sendiri. Gigi yang melihat raffi meningglkan kamar itu hanya tersenyum sendiri.
“ahahah,,raffi,,raffiii,,,masih aja!” ia lalu membuka lemari raffi. dia melihat beberapa foto yang disembunyikan raffi. gigi hanya tersenyum geli melihat foto-foto itu. Ia lalu mengeluarkannya, memperhatikan didinding dikamar itu, nampak sangat jelas, bekas ukuran foto didinding kamar raffi. ia membuka foto2 yang berusaha disembunyikan raffi. semua foto dirinya. Gigi terus tersenyum.
“dasar...raffi,,raffi” ia duduk dimeja raffi untuk mengeringkan rambutnya. Ia membuka laci meja milik raffi. terdapat foto dirinya dan raffi. ia mengeluarkan foto itu dan meletakkannya diatas meja.
“manis banget” gumam gigi sambil tersenyum.
“jadi papa udah baikan. Magh kronis. Em,,,baguslah. Aa akan kekantor besok” ucap raffi pada shahnas dibalik telpon.
“papa munawar baik-baik aja fi?” tanya gigi yang berada dibelakang raffi. raffi nampak kaget.
“em,,nas udah dulu. Nanti aa telpon lagi!” ucap raffi.
“aa sama mba gigi?” tanya sahahnas dari balik telpon. Namun raffi segera mematikan HP nya tanpa menjawab pertanyaan shahnas.
“ah,,,em,,,iya. Kata shahnas, papa hanya magh kronis aja. Mungkin karena stress.” Jelas raffi. raffi kembali terdiam, melihat gigi yang ada didepannya, dengan mengenakan kemajanya dan celana pendek miliknya, cukup membuat raffi sesak nafas. Gigi memperhatikan bajunya.
“ada yang salah dengan bajuku?” tanya gigi yang nampak bingung.
“gak ada kok. Kayaknya yang salah bukan sama kamu, tapi ada yang salah denganku. Em,,,diminum tehnya gi. Keburu dingin.” raffi meneguk tehnya dengan sekali tegukkan.
“emang udah gak panas!” gumam gigi. ia lalu meneguk teh yang telah dibuatkan oleh raffi.
“panas,,,kok,,,” gumam gigi yang bingung melihat tingkah raffi.
“jadi..kapan kamu mau melihat papa munawar?” tanya gigi.
“em? Oh,,,nanti aja. Aku harus menyelesaikan masalah ini dulu.” Ucap raffi yang terus menundukkan pandangannya dari gigi.
“memang apa yang akan kamu lakukan?” tanya gigi lagi.
“Robi tidak akan memiliki ahmad group. Wakti itu ahmad group pernah terpuruk. Aku memasukkan sebagian besar sahamku kesaham papaku tanpa sepengetahuan papa. Jadi, besok dirapat direksi, aku akan membawa semua bukti itu. Dan aku pun sudah menyiapkan pengacaraku. Sehingga, jika dibagi dua, saham milik papaku, sebagian besar adalah milikku. Jadi, tanda tangan papaku, akan menjadi tidak sah. Dan robi tidak akan memiliki ahmad group. Aku tau dia akan melakukan ini.” jelas raffi.
“Alhamdulillah kalau begitu. Lalu, aku khawatir dengan, apa yang akan dilakukan robi” ucap gigi lagi.
“tidak usah khawatir. Aku mengenalnya. Dia adalah orang yang baik. Sampai papanya meninggal, dia berubah menjadi seperti itu. Dia tidak akan berani mencelakaiku lebih dari ini. jika dia mau, dia bisa saja membunuhku dari awal. Tapi dia tidak melakukannya. Akupun tidak akan melakukan hal yang salah lagi, seperti yang dilakukan keluargaku kepada ayahnya. Aku hanya akan mengembalikan milik papaku. Dan akan memberikan sesuatu, yang seharusnya menjadi miliknya. Perusahaan dibandung, itu akan menjadi miliknya. Nanti, aku akan bicara dengan papa.” Jelas raffi lagi.
“oke. Aku senang mendengarnya. em,,,sudah malam, aku mau tidur duluan” ucap gigi yang nampak grogi.
“em,,,yah,,kamu boleh memakai kamarku.” Ucap raffi memasuki kamarnya diikuti oleh gigi.
“em,,,kamu boleh tidur diranjangku. Aku hanya akan mengambil bantal dan selimut. Lalu aku akan tidur di sofa. Em,,,selamat malam” ucap raffi yang masih salah tingkah sambil memeluk bantal dan selimutnya.
“selamat malam” jawab gigi sambil tersenyum malu. Raffi hanya menatap gigi tanpa bergerak. Gigi menatap raffi yang masih terdiam.
“em,,,hahaha,,,aku akan keluar. Selamat malam” ucap raffi lagi dengan senyum malu.
“selamat malam” awab gigi lagi. raffi pun berjalan hendak keluar dari kamarnya.
“em,,kalau butuh sesuatu. Tudak usah sungkan untuk membangunkanku!” tambah raffi lagi dengan senyuman malunya.
“oke, terima kasih” jawab gigi lagi. raffi terus memperhatikan senyum gigi.
“ok” ucap raffi lalu berbalik dan berjalan kearah ppintu.
“raffi!” panggil gigi. raffi segera berbalik.
“iya”
“terima kasih telah merawat meli dengan baik” ucap gigi.
“oh,,si meli. Em,,karena dia juga makhluk hidup, jadi, aku tidak tega meninggalkannya sendiri dirumah itu. Entar dia ketakutan lagi. dan,, em,, kita harus menjadi manusia yang berperikemakhlukhidupan. Makannya aku membawanya kesini. Aku juga membawakannya teman, agar dia tidak kesepian. Iya, seperti itu” jelas raffi yang masih nampak malu-malu.
“iya,,,terima kasih” jawab gigi lagi dengan senyumannya.
“oke,,aku keluar dulu. Em,,” ucap raffi sambil berjalan mundur dan terus melihat gigi dengan senyuman malunya.
“em,,,aku keluar dulu. Selamat malam” tambah raffi lagi sambil terus berjalan mundur.
“selamat malam!” jawab gigi lagi dengan tersenyum.
“mimpi yang indah” tambah raffi lagi.
“iya,,mimpi yang indah” jawab gigi lagi. akhirnya raffi sampai didepan pintu.
“pintunya aku tutup yah” ucap raffi lagi. gigi hanya menganggukkan kepalanya.
“selamat malam!” ucap raffi lagi.
“iya, selamat malam raffi” jawab gigi. raffi pun akhirnya menutup pintu kamarnya. Ia menghembuskan nafasnya, dan memegang dadanya.
“apa yang barusan saja terjadi. huftttt” raffi memegang dadanya sementara gigi hanya tertawa melihat tingkah raffi.
“raffi,,,rafii,,hahaha” gumam gigi sambil tertawa. Ia lalu naik keranjang raffi, namun senyum kebahagiaan nampak jelas diwajahnya. begitupun dengan raffi. dengan senyum dibibirnya, ia melompat dan berbaring disofanya.
“selamat malam gi. Hahhhhh, malam yang indah!” ucap raffi lalu memejamkan matanya.
***
Pagi pun menjelang. Terdengar samar-samar oleh raffi, seseorang yang sedang memasak didapurnya. Ia mencyium wangi masakan. Namun ia masih enggan untuk membuka matanya. Ia teringat bahwa gigi sedang  ada diapartemennya. Ia langsung membuka matanya. Bangun dan berjalan menuju kearah dapur, didapati gigi yang sedang memasak didapurnya. Senyuman simpul mengembang dibibirnya.
“kamu sudah bangun!” tanya gigi yang mendapati raffi sedang melihatnya.
“em,,tidurmu nyenyak?” tanya raffi.
“yaps. Bagaimana dengan lukamu? Masih sakit?” tanya gigi lagi.
“oh, em,,sedikit” jawab raffi sambil terus tersenyum.
“jam berapa rapatnya?” tanya ggi lagi.
“sekitar jam 09.00.”
“sekarang sudah jam 07.00. sebaiknya kamu mandi dan segera bersiap-siap” ucap gigi.
“baiklah. Em,,,apa aku boleh mencuci rambutku?” tanya raffi.
“yaps, kali ini boleh. Setelah mandi, akan kubersihkan lagi lukamu.” Ucap gigi lagi.
“ok.” Ucap raffi lagi. masih nampak kekakuan diantara mereka berdua. Beberapa menit, raffi telah selesai mandi, gigi pun telah selesai menyiapkan sarapan untuk mereka.
“kamu akan membersihkan lukaku sekarang?” tanya raffi kepada gigi.
“iya..aku cuci tangan dulu.” Setelah cuci tangan, dengan posisi yang sama seperti semalam, gigi mulai membuka perban dan membersihkan luka raffi.
“emm,,,kamu dapat telor dari mana?” tanya raffi.
“Aku menyuruh kurir untuk membelikan telur.” Jawab gigi.
“oh” ucap raffi singkat.
“kenapa bisa tidak ada telur dilemari esmu?” tanya gigi.
“aku tidak pernah lagi makan telur dan ayam, setelah kamu pergi” ucap raffi lagi. gigi terdiam dan menatap raffi. raffi menatap gigi.
“cepat bersihkan! Ini” ucap raffi manja, sambil memajukan mukanya.
“apa sekarang, kamu masih tidak mau memakannya?” tanya gigi lagi.
“aku akan memakannya.”
“kalau, kamu tidak mau. Kamu boleh membuang telurnya” ucap gigi lagi.
“aku akan memakannya. Mulai dari sekarang. Karena, aku tidak akan merasa sedih lagi.” ucap raffi sambil menatap gigi. gigi pun menatap raffi. beberapa detik, gigi hanya tersenyum, dan memalingkan pandangannya.
“ayo kita sarapan. Setelah itu, bersiaplah untuk kekantor” ucap gigi sambil merapikan meja durang tamu raffi. raffi hanya tersenyum. Merekapun berjalan kemeja makan. Masih dengan sikap yang kaku.
“em,,,ayo makan.” Ucap gigi. raffi pun tersenyum dan mulai memakan, masakan gigi. nasi goreng, rasa dan warna yang sama. Spesial telur ceplok, yang biasa dibuatkan gigi dulu. Raffi melahap masakan gigi sampai habis.
“wow,,,tumben,,biasanya suka ngomel.” Ucap gigi, yang nampak heran melihat raffi.
“emm,,,entahlah. Tiba-tiba, ini menjadi nasi goreng terenak yang pernah kumakan.” Ucap raffi. ia langsung berdiri dan masuk kekamarnya. Gigi hanya tersipu malu, dan kembali memakan makanannya. Setelah makan, gigi mulai membersihkan dapur raffi dan mencuci piring. Raffi keluar dengan pakaian yang sudah rapi. Jas hitam, dan kemeja merah maron.
“aku berangkat yah gi!” pamit raffi.
“raffi” panggil gigi sambil mengeringkan tangannya. Iapun berjalan kedepan tempat raffi berada.
“ada apa?” tanya raffi.
“emm,,kapan kamu akan ketemu sama papa munawar?” tanya gigi.
“oh,,itu,,emm,,,nanti saja. Aku harus menyelesaikan masalah ini dulu” jawab raffi.
“em,,,secepatnya. Kalau bisa secepatnya raffi. ketemulah sama papa munawar. Lalu minta maaflah.” Ucap gigi.
“hahh, kenapa aku harus minta maaf” ucap raffi lagi.
“raffi...karena kamu anaknya. mau sebenar apa pun dirimu, kamulah yang harus memulainya. Pergi temui papa munawar, dan minta maaflah kepadanya. Karena, aku tidak akan berani untuk menemui papa munawar dan mama amy, kalau kamu belum berbaikan dengan papamu. Aku mohon raffi. temuilah papamu?” ucap gigi dengan serius. Raffi hanya diam dan menatap gigi.
“aku pergi dulu. Doakan semuanya berjalan dengan baik! Assalamualaikum” ucap raffi dan berjalan keluar. Gigi hanya menarik nafasnya dengan dalam.
“dasar keras kepala!” gumam giigi.
***
“memang kenapa lagi harus diadakan rapat direksi?” tanya robi kepada pak guntur.
“ini permintaan semua pemegang saham. Untuk menentukan siapa yang akan menjadi pemegang saham tertinggi sekaligus direktur utama Ahmad Group” jelas pak guntur.
“memang apa yang harus ditentukan lagi. bukankah itu sudah jelas.” Ucap robi lagi.
“kalau pun itu anda, sekalian kita akan melantiknya” jelas pak guntur lagi.
“oh,,,baiklah!” ucap robi lagi.
“tapi, ada apa dengan wajah anda?” tanya pak guntur, yang melihat lebam diwajah robi.
“bukan urusan anda!” jawab robi.
“pak,,semua pemegang saham sudah siap diruang rapat!” ucap seorang wanita kepada robi dan pak guntur.
“silahkan pak robi!” ucap pak guntur mempersilahkan. Robipun berjalan diikuti oleh para sekutunya.
Pak robi melihat kesekitar, mencari keberadaan raffi.
“apa rapat bisa kita mulai sekarang?” tanya seseorang yang berusia hampir sama dengan pak munawar.
“tentu saja, mari kita mulai. Semua pemegang saham sudah datang semua” ucap robi.
“tunggu sebentar. Satu orang belum datang” ucap pak guntur.
“memang siapa lagi pemegang saham diperusahaan ini?” tanya robi lagi dengan kesal. Tiba-tiba pintu ruang rapat itu terbuka. Nampak raffi diikuti oleh pengacaranya masuk keruang rapat, dan langsung berdiri didepan kursi utama. Robi dan koleganya nampak kaget dengan kedatangan raffi.
“maaf, aku datang terlambat. Maaf telah membuat kalian menunggu” ucap raffi dengan sopan.
“apa yang kamu lakukan disini?” tanya robi dengan wajah yang kesal.
“meluruskan kesalahpahaman yang terjadi.” Jawab raffi.
“kesalahpahaman apa pak raffi? bukankah sudah jelas, bahwa pak munawar, dengan sukarela menyerahkan ahmad group kepada pak Robi. Bukankah karena anda tidak ingin ikut campur lagi dengan perusahaan ini.” ucap seseorang yang mendukung robi.
“sekarang jadi terlihat jelas, siapa yang berhati busuk,,dan juga seorang penjilat, tuan Andreas” ucap raffi lagi.
“apa maksud anda” ucap pria itu yang nampak marah dengan ucapan raffi.
“sebenarnya kami belum mengerti, mengapa pak munawar bisa melakukan ini. padahal kami selalu mendukung setiap ide yang dibuatnya” ucap seorang pemegang saham yang lain.
“sebaiknya kamu keluar saja raffi. kamu tidak punya kepentingan disini” ucap robi.
“tentu saja aku punya kepentingan. Bagaimana bisa, kamu menempati kedudukanku!” jelas raffi,
“kedudukanmu!” geram robi.
“biarkan pengacara saya, yang menjelaskan semuanya. Silahkan pan dwi!” ucap raffi mempersilahkan pengacaranya untuk bicara.
“selamat pagi semuanya. Sepertinya semua sudah mengetahui siapa saya. Saya Dwi Hasono, pengacara dari Ahmad group. Saya akan menjelaskan, saham yang ada diperushaann ini, beserta presentase dan pemegang saham tertinggi. Hal tersebut akan menentukan, siapa yang akan menjadi pemimpin perusahaan ini. kita mulai dari yang paling bawah” jelas pengacara itu. Semua memperhatikan dengan seksama, termasuk robi yang nampak sangat khawatir. Pak Dwi pun menjelaskan panjang lebar tentang pemegang saham di Ahmad Group.
“semuanya sudah jelas?” tanya pak dwi
“iya, cukup, memang segitu” ucap pak andreas.
“baik, kita langsung kepemegang saham utama. Pak Munawar.” Ucap pak dwi.
“tentu saja, dan itu sudah dialihkan kepadaku.” Ucap robi.
“ada satu hal yang perlu anda ketahui tuan Robi, termasuk kepada pemegang saham di perusahaan ini. ini, didalam Flash ini, terdapat data rahasia perusahaan, dimana yang mengetahuinya, hanya pemilik saham tertinggi. Satu tahun lalu, Ahmad group, pernah mengalami keterpurukan, sehingga, tuan Munawar meminta bantuan investasi lain dari perusahaan Garmen Tekstil Indonesia, yang waktu itu bersedia membantu dengan syarat, yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Dimana kesepakatannya, saham pak munawar tetap menjadi 60%, dengan bagian 40% untuk investasi yang dilakukan oleh pemimpin Garmen Tekstil Indonesia. Dengan kata lain, pemilik Garmen Tekstil indonesia memiliki andil yang lebih besar dari pak Munawar. Oleh karena itu, tuan Raffi Ahmad sebagai pemilik Garmen Tekstil indonesia, yang juga ikut memiliki bagian saham dari tuan Munawar, memiliki hak untuk membatalkan kesepakatan yang telah dibuat oleh pak munawar. Olehnya itu, tanda tangan pemindahan hak atas saham tuan munawar, karena tidak mendapatkan persetujuan dan Tuan Raffi Ahmad, maka dimata hukum, persetujuan tersebut dianggap tidak sah. Oleh karena itu, Ahmad Group tetap dimiliki oleh pemegang saham terbesar diperusahaan ini, karena pak munawar sedang sakit, maka semuanya dialihkan ke tangan Tuan Raffi Ahmad” jelas pak Dwi dengan lantang.
“tidak mungkin” geram robi yang nampak sangat marah.
“silahkan mencari ahli hukum yang memiliki pendidikan paling tinggi tuan robi. Siapapun itu, tidak akan bisa membenarkan pengalihan jabatan Anda” jelas pak Dwi. Robi yang nampak sangat kesal, keluar dari ruang rapat dengan wajah yang sangat marah. Ruang rapatpun menjadi sangat ramai, raffi berdiri dan mengikuti robi keluar.
“robi” panggil raffi. robi menghentikan langkahnya.
“kau puas sekarang? Kau berhasil mengalahkanku lagi. selamat” ucap robi dengan emosinya, dan berjalan hendak meninggalkan raffi.
“a robi!” panggil raffi. robi menghentikan langkahnya. Mata raffi mulai berkaca2.
“berhenti memanggilku dengan panggilan itu” ucap robi tanpa menoleh kearah raffi.
“a robi. Raffi mohon. Berhentilah. raffi tau semua salah. Apa pun yang raffi katakan akan tetap salah. Raffi mohon, maafkan untuk semuanya. Raffi minta maaf, untuk semua, untuk semua yang pernah kami katakan tentang papa a robi. Raffi mohon, maafkanlah!” mohon raffi. robi tidak menjawab apapun dan berlalu meninggalkan raffi sendiri. Raffi hanya menyapu air matanya dan terdiam memikirkan semua yang telah terjadi.
***
“benarkah. Jadi, semua sudah kembali normal?” ucap pak munawar kepada seseorang dibalik telpon.
“syukurlah. Terima kasih pak guntur!” ucap pak munawar lalu mematiikan HP nya.
“ada apa pa?” tanya mama amy kepada pak munawar.
“semuanya sudah kembali seperti semula ma.”
“Alhamdulillah. Mama ikut senang pa” ucap mama amy lalu memeluk suaminya itu. Shahnas dan caca yang baru datang membawa makan siang untuk mama amy hanya bingung melihat pak munar dan mama amy yang menangis sambil tersenyum.
“orang tua loe belum gila kan nas?” bisik caca kepada shahnas.
“apaan sih loe!” jawab shahnas.
“sayang,,,kalian udah datang.” Tanya mama amy.
“mama gak papa?” tanya shahnas.
“gak syang.”
“tante, kita bawain makanan. Tante jangan sedih lagi.” tambah caca.
“gak sayang. Kalian ini. perusahaan papa sudah kembali normal seperti semula.” Ucap mama amy.
“bener ma? Aaaaa” teriak shahnas.
“wahhh,,,Alhamdulillah” ucap caca yang juga ikut senang.
“bagaimana kabar papa kamu sayang?” tanya papa munawar kepada caca.
“Alhamdulillah, papa udah mulai jalan. Papa malah mau kesini, tapi dimarahin sama mama” jelas caca. Shahnas dan mama amy hanya tertawa.
“bagaimana dengan gigi?” tanya mama amy.
“mba gigi sedang a raffi?” ucap shahnas.
“masa sih!” mama amy nampak kaget.
“iya ma. Semalem, a raffi nelpon nanyain kabar papa, terus, nanas denger suara mba gigi. dia bersama dengan mba gigi...cccc” jelas shahnas dengan serius.
“dasar anak itu, dia kan harus nikah lagi sama gigi. hadeuh, mama jadi pusing” gumam mama amy. Tiba2 pintu kamar pak munawar terbuka. Nampak raffi berdiri sambil menundukkan kepalanya. Semuanya menjadi diam.
“sayang, ayo kita makan diluar!” ucap mama amy kepada shahnas dan caca. Mama amy memegang bahu raffi. pak munawar melihat anaknya itu dengan tatapan yang sulit diartikan.
“duduklah” ucap pak munawar. Raffi berjalan masuk dan duduk di sofa dekat dengan ranjang pak munawar. Raffi memberanikan diri untuk menatap papannya.
“bagaimana keadaan papa?” tanya raffi yang nampak canggung.
“sudah semakin membaik.” Jawab pak munawar.
“baguslah!” ucap raffi singkat.
“terima kasih, untuk apa yang sudah kamu lakukan untuk Ahmad Group” ucap pak munawar.
“bukankah papa yang mengajarkan itu. Untuk selalu menyimpan rahasia dalam sebuah bisnis” ucap raffi sambil terus menunduk.
“baguslah. Papa sudah percaya padamu” tambah pak munawar.
“raffii,,raffi minta maaf pa. untuk semua yang pernah raffi katakan pada papa. Maafin raffi pa” ucap raffi tanpa menatap papanya. Pak munawar langsung berdiri dan mendekati anaknya itu.
“berdirilah” perintah pak munawar. Raffi pun akhirnya berdiri dihadapan papanya. Pak munawar langsung memeluk anaknya itu. Anak laki2 satu2nya.
“maafkan papa. Maafkan papa, jika terlalu keras mendidikmu. Papa hanya ingin kebahagiaan untuk kalian. Papa ingin, kamu bisa melindungi mama, shahnas dan juga keluargamu kelak. Karena kamu, adalah laki-laki. Anak laki-lakiku. maafkan papa raffi” ucap pak munawar sambil membelai kepala anak yang tingginya sudah lebih darinya. Mata raffi berkaca2. Untuk pertama kalinya, ia merasakan kembali kehangatan dari pelukan papanya. Raffi pun membalas pelukan papanya dengan hangat. Mama amy, shahnas dan juga caca yang melihat dari balik pintu pun ikut terharu.

Teman-teman sekalian, nanti aku lanjutin lagi yah,,,tiga hari lagi deh, soalnya udah malem nih,,,,heheheh, semoga suka yah, ini udah mau ending. Rencana gue mau buat cerbung yang baru, dengan cerita yang baru. Idenya udah ada diotak gue. Tapi mau namatin cerbung ini dulu. Heheh.

Preview untuk part 32.
“em,,,raffi mau bilang sesuatu kepapa” ucap raffi yang nampak sangat takut, didampingi oleh gigi disebelahnya.
“aa mau bilang apa?” tanya pak gideon.
“emmm,,tapi sebelumnya maafin raffi pa” ucap raffi yang langsung berlutut  memohon didepan papanya.
“raffi jangan seperti itu! Ayo bangun!” ucap gigi menyuruh raffi bangkit. Namun raffi tetap pada posisinya.
“kamu mau bilang apa raffi. kalian kenapa? Cepat bangun” tanya pak munawar yang nampak khawatir.
“raffi!” ucap gigi, yang juga akhirnya berada pada posisi yang sama dengan raffi.
“gigi mohon. Jangan pukul raffi om!” mohon gigi yang juga akhirnya ikut berlutut mengikuti raffi.
“sayang bangun.” Ucap pak munawar kepada gigi.
“sayang, kalian kenapa?” tanya mama amy dan shahnas yang baru saja sampai dirumah.
“pa,,,em,,,raffi,,,raffi,,,gigi,,,gigi” grogi raffi.
“a raffi atau mba gigi!” campur shahnas.
“diam nas!” ucap raffi.
“aa kenapa? Gigi sayang jangan berlutut kayak gitu” tanya mama amy.
“anak mama udah mulai gila kayaknya!” ucap pak munawar.
“gigi sedang hamil anak raffi!” ucap raffi dengan cepat. Pak munawar terdiam dengan wajah yang nampak sangat syok, begitu pula dengan shahnas dan mama amy.
“ahhhh,,sudah aku bilang kan fi” ucap gigi pelan kepada raffi.
“apa kamu bilang barusan!” tanya pak munawar kepada raffi.
“em,,raffi hamil anak gigi,,em,,maksud raffi,,gigi hamil anak raffii” ucap raffi sekali lagi. pak munawar jongkok dan menatap dengan lekat wajah anaknya itu.
“apaaaaaaaa” teriak pak munawar. Raffi menjauhkan wajahnya dari wajah papanya.
“anak kurang ajar!” teriak pak munawar yang hendak memukul raffi.
“pa,,jangan pa!” ucap gigi yang menghalangi tubuh raffi dengan tubuhnya.
“sayang. Kamu bangun, jangan duduk dibawah. Duduk disini. Jagain cucu papa. Papa harus berurusan dulu sama dia. Yah,,,duduk disini. Jangan kemana2. Ma, nas, jagain gigi!” ucap pak munawar yang begitu lembut pada gigi. mama amy memeluk gigi, begitupun dengan shahnas yang nampak sangat senang.
“raffi juga boleh dong pa!” ucap raffi yang hendak duduk dikursi sebelah gigi.
“siapa yang nyuruh kamu duduk,,hahhh” satu pukulan melayang dibahu raffi.
“ahhh,,sakit pa,,,” teriak raffi yang memegang bahunya.
“segitu sakit,,kamu ini,” pak munawar hendak memukul raffi lagi.
“sebentar pa,,tahan dulu” ucap raffi menyuruh papanya untuk berhenti sebentar.
“sayang,,,aku akan kembali,,jaga anak kita!” ucap raffi kepada gigi, sambil memegang perut gigi.
“anak kurang ajar!” ucap pak munawar yang langsung memukul pundak raffi dengan majalah yang sedang dipegangnya.
“sabar pa!” ucap raffi lagi.
“sabar kamu bilang,,,siapa yang ngajarin kamu kayak gitu” omel pak munawar lagi.
“iya,,raffi tau,,,udah pa,,,” ucap raffi yang langsung lari. Pak munawar langsung mengejarnya.
“mau lari kemana kamu?” ucap pak munawar sambil membawa majalah ditangannya.
“maafin raffi pa!” teriak raffi ditengah pelariannya.
“rafffiiiii” teriak pak munawar.
“maaf pa” teriak raffi yang terus berlari.

Ok,,,sampai jumpa dipart selanjutnya.