Ost
part ini Ari Lasso – Tuhan Kau tahu (ost Raffi), Judika – Ku Tak mampu (ost
Raffi), Sherina Munaf-Simfoni cinta (ost Gigi), Agnes Monica-Matahariku (ost
Gigi),
“Dalam
Diam Kau Curi Hati Ku”
***
“bagaimana dengan
bulan madu. Kalian bulan madu gih sana. Biar cepet jadi cucu mama. Bagaimana
gi?” tanya mama rieta kepada gigi. gigi menatap mamanya. Pertanyaan dari mama
rieta, yang membuat semua orang menunggu jawaban dari gigi.
“sepertinya tidak mungkin
ma!” jawab gigi.
“maksud kamu sayang.
Kalau kamu terlalu sibuk,,,yah kamu ambil cuti dulu” ucap mama rieta lagi.
“bukan masalah waktu.
tapi masalah aku dan raffi!” tambah gigi. raffi menoleh menatap gigi yang duduk
disebelah kirinya.
“maksud kamu sayang?”
tanya mama amy.
“gigi dan raffi,
tidak akan pernah saling mencintai. Gigi ingin mengakhiri semuanya!” jelas
gigi. semuanya nampak keget dan terdiam dengan perkataan gigi. begitupun dengan
raffi.
“apa maksud kamu
sayang!” tanya pak gideon yang mulai gemetar.
“gigi ingin bercerai
dari raffi!” ucap gigi dengan dingin. Semua mata melihat kearah gigi dengan
tatapan tak percaya.
“coba kamu ulangi,
apa yang barusan saja kamu katatakan!” perintah pak gideon dengan mata yang
mulai memerah.
“gigi,,,,ingin berce..”
belum juga gigi menyelesaikan perkataannya, satu tamparan keras melekat dipipi
kirinya. Pak gideon begitu geram, gigi mengangkat wajahnya dengan pipi membekas
telapak tangan pak gideon. Gigi tetap berusaha tegar dengan menahan air
matanya. Semua yang melihat kejadian itu menjadi sangat terkejut. Mama rieta
pun menangis, pak munawar yang duduk disebelah pak gideon berusaha
menenangkannya.
“sudah pak
gideon,,,anda tenang dulu” ucap pak munawar sambil memegang pak gideon.
Sementara raffi menatap gigi dengan tatapan yang tidak dapat diartikan.
“kamu ngomong apa sih
sayang. Jangan bicara sembarangan!” ucap mama rieta yang sudah mulai menangis. Gigi
melihat kearah mamanya yang mulai menangis. Ia menelan ludahnya, berusaha tetap
tegar. Ia pun menatap raffi yang sedari tadi menatapnya. Beberapa detik mereka
saling menatap. Tatapan raffi seakan melarang gigi untuk melanjutkan apa yang
sedang ia lakukan. Gigi memalingkan pandangannya dan berdiri dari tempat
duduknya.
“gigi gak bicara
sembarangan ma. Gigi tetap ingin bercerai dari raffi.” tambah gigi lagi dengan
wajah dinginnya. Pak gideon yang mendengar hal tersebut menjadi semakin emosi.
“nagita slavina. Papa
tidak mengajarkanmu untuk berbuat sekurang ajar ini. cepat tarik apa yang
barusan saja kamu katakan. Cepatttttt” geram pak gideon yang hendak mendekati
nagita namun dilerai oleh pak munawar.
“gigi tetap dengan
pendirian gigi. semuanya sudah berakhir” tambah gigi. raffi yang masih duduk
disebelah gigi menatap gigi dengan tatapan sendu, mata raffi pun mulai memerah.
Entah apa yang sedang ia rasakan saat ini, melihat wanita yang dicintainya
ingin berpisah darinya. Mama rieata dan mama amy tidak mampu berkata apa2 lagi.
begitupun dengan shahnas dan caca. Mereka nampak syok melihat pemandangan
dihadapan mereka.
“apakah kamu sadar.
Kamu tau, kamu tidak akan mendapatkan apa2 dari papa. Begitu perjanjian yang
telah kalian sepekati sebelum kalian menikah. Jika kalian bercerai sebelum u..”
teriak pak gideon dengan marah, dan gigi memotong dan melanjutkan apa yang
dikatakan oleh ayahnya.
“sebelum usia
pernikahan kami 2 tahun, siapa yang meminta cerai terlebih dahulu maka tidak
akan mendapatkan apa pun. Aku ingat semuanya, bahkan dengan detail penulisannya
aku pun masih ingat pa” lanjut gigi dengan dingin.
“laluuuu, apa yang barusan
saja kamu lakukan,,hah!” geram pak gideon lagi.
“mengakhiri semua
yang sudah salah sejak awal ini dimulai.” Ucap gigi lagi sambil menahan
tangisnya.
“apanya yang salah.
Menurutmu pernikahanmu dengan raffi adalah sebuah kesalahan? Hah” tanya pak gideon
yang mungkin saat ini ingin menerkam nagita dengan beringasnya.
“yah,,,pernikahanku
dengan raffi adalah sebuah kesalahan. Menurut papa? Apakah papa merasa apa yang
papa lakukan itu benar? Papa salah...mengatur pernikahan aku dan raffi dalam
sebuah perjanjian, mengatur kehidupan kami seperti sebuah boneka. Menurut
papa,,apakah semua itu benar? Mempermainkan perasaan kami. Mengungkung kami
dalam sangkar yang disebut pernikahan agar kami dapat saling menyakiti satu
sama lain. Menurut papa semua ini benar? Raffi mungkin memiliki mimpinya dengan
seseorang. Dan,,.,gigi pun memiliki mimpi dengan seseorang. gigi akan tetap
berada pada pendirian gigi, bahwa semua ini benar. Gigi merasakan cinta pada
pria saat ini, cinta” ucap nagita lagi. satu tamparan kembali melayang dipipi
kirinya. Ia berbalik menatap papanya dengan tajam. Raffi yang melihat papa
gideon hendak menamparr gigi untuk kedua kalinya pun berdiri menahan papa
mertuanya itu untuk kembali menampar istrinya, sehingga tamparan yang tadinya
akan mengenai nagita kini melekat dipipi raffi. mata raffi mulai berkaca2.
“hentikan pa. raffi
mohon!” ucap raffi memohon. Gigi yang berada dibelakang raffi hanya memandang
punggung raffi. punggung yang kali ini sedang melindunginya. Air mata yang
ditahannya sedari tadipun akhirnya tumpah. Tanpa suara air matanya terus jatuh.
Menyembenyukian tangisnya dipunggung raffi. raffi mengetahui bahwa gigi sedang
menangis dibelakang punggungnya. Ia memegang tangan gigi dan menggenggamnya
dengan erat. Seakan ia ingin berkata, hentikan semuanya gi. Raffi mempererat
genggaman tangannya.
“ayo pergi! Sudah
cukup sekarang!” ucap raffi pelan. Gigi menatap raffi dari balik punggungnya.
“kamu masih mau
melindunginya! Dia ingin bercerai darimu raffi!” tambah papa gideon. Papa
munawar hanya diam. Begitu pula dengan mama dan adik mereka.
“Hahhhhh” teriak pak
gideon. Raffi menatap papa mertuaanya.
“biarkan raffi
menyelesaikan semuanya” ucap raffi.
“ayo kita pulang!”
ajak raffi menarik tangan gigi. namun gigi tidak mengikuti raffi, ia masih diam.
Raffi melihat kearah gigi yang tidak mengikutinya.
“bisakah kau mendengarkanku,
untuk sekali ini saja.” Ucap raffi dengan tatapan penuh permohonan kepada gigi.
gigi masih saja diam. Raffi kembali menarik tangannya, kali ini tidak ada
perlawanan dari gigi. ia hanya mengikuti raffi yang menarik tangannnya
meninggalkan keluarganya yang masih diam dan bingung dengan apa yang baru saja
ia katakan. Pak gideon yang masih emosi terduduk lemah dikursinya.
“aku tidak tau apa
yang akan aku katakan pada kalian tentang apa yang baru saja dilakukan putriku.
Maafkan putriku.” Ucap pak gideon dengan wajah memelas. Pak munawar menepuk
pundak pak gdeon.
“sudahlah. Mungkin
gigi benar. Apa yang kita lakukan pada mereka, adalah sebuah kesalahan.” Ucap
pak munawar berusaha menenangkan pak gideon. Mama rieta menangis sambil memeluk
mama amy. Mama amy pun ikut menangis. caca pun ikut menangis. shahnas memeluk
caca dengan sedih.
Raffi menarik tangan
gigi sampai kemobilnya. Mata raffi memerah. Ia tetap menggenggam tangan gigi
dan mengatur nafasnya. Gigi yang tepat berada disampingnya tidak memandang
wajah raffi. ia terus memalingkan wajahnya. Raffi melihat kearah gigi yang
memalingkan wajah darinya. Tanpa melepaskan genggaman tangan kanannya, raffi
memegang pipi kiri gigi, hingga wajahnya melihat kearahnya.
“sakitkah?” tanya
raffi sambil memegang pipi kiri gigi. air mata gigi kembali mengalir membasahi
pipinya. Raffi pun menyapu air mata gigi dengan tangannya.
“dasar bodoh. Kenapa
kamu mengatakan hal itu.” Tambah raffi dengan tatapan teduhnya. Entah apa yang
dirasakan gigi. ia lalu menepis tangan raffi dan menatap raffi dengan tajam.
“hentikan semuanya.
Kita tidak perlu bersandiwara lagi” ucap gigi dengan dingin dan meninggalkan
raffi menuju mobilnya. Raffi terdiam sejenak. Ia menoleh, melihat gigi yang
berjalan menjauhinya. Tiba2 ia berlari kearah gigi. dengan raut wajah yang kini
telah berubah menjadi dingin ia menarik tangan gigi dan memaksa gigi masuk
kedalam mobilnya. Gigi berusaha melepaskan tangannya dari genggaman raffi.
“masuk kemobil!”
perintah raffi dengan dingin.
“raffi lepasin. aku
akan pulang dengan mobilku sendiri!” jawab gigi sambil berusaha melepaskan
genggaman raffi. air matanya masih terus jatuh. Raffi tidak menghiraukan
perkataan gigi. ia terus memaksa gigi untuk masuk kemobilnya. Karena gigi terus
melawan, raffi semakin memperkuat genggamannya dan terus mendorong tubuh gigi
agar masuk kedalam mobil.
“masuk kemobil!” ucap
raffi dengan raut wajah yang begitu dingin. Ia mendorong tubuh gigi hingga
bersandar dimobilnya. Raut wajah raffi yang sungguh membuat gigi merasa takut.
Baru kali ini ia melihat raut wajah raffi yang begitu dingin.
“sakit raffi.
lepaskan. Kau menyakitiku” ucap gigi memohon agar raffi melepaskan tangannya.
Mata raffi memerah. Ia kembali mendorong tubuh gigi agar masuk kedalam mobil.
Gigi yang mulai kehabisan tenaga akhirnya masuk kedalam mobil. Raffi membanting
pintu mobilnya dan melajukan mobilnya dengan kecepatan lebih dari 60 km/jam.
Gigi melihat keluar jendela. Ia terus menghapus air matanya yang jatuh,
sementara raffi menyetir mobil seperti orang yang kesetanan. Gigi yang tau
raffi menyetir dengan ugal2an tidak protes dengan yang dilakukan raffi. ia
hanya melihat keluar jendelanya. Tidak ada kalimat yang keluar dari mulut
mereka. kurang lebih tiga puluh menit, akhirnya mereka sampai dirumah mereka.
gigi langsung turun dan masuk kerumah, tidak beberapa lama raffi pun ikut masuk
kerumah. Ia tidak mendapati gigi. sepertinya gigi telah naik kekamarnya. Dengan
mata yang memerah, raffi naik keatas. Dengan nafas tak beraturan, ia menatap
pintu kamar gigi. tiba2 ia langsung membuka pintu kamar gigi. gigi yang sedang
melihat kelangit malam melalui jendela kamarnya dengan air mata dipipinya,
berbalik melihat kearah pintu. Saat ia melihat raffi masuk, ia menghapus air
matanya, berusaha agar terlihat santai.
“bisakah kamu
menjelaskan semuanya?” tanya raffi yang masih memegang pintu kamar gigi dengan
raut wajah yang mulai berantakan.
“aku pikir, aku tidak
perlu menjelaskan apapun!” jawab gigi sambil mengalihkan pandangannya dari
raffi.
“lalu? Kamu tidak
akan menjelaskan apa2 padaku?” tanya raffi lagi.
“bukankah semuanya
sudah jelas. Apa yang perlu dijelaskan lagi raffi.” kali ini gigi memberanikan
diri untuk melihat kearah raffi.
“hahhhh, kamu mau
bercerai dariku? Berikan aku alasan, mengapa,,,,mengapa semuanya begitu tiba2?
Apa yang sebenarnya terjadi? Hah?” raffi mulai masuk kedalam kamar gigi. gigi
masih berusaha tenang.
“tiba2...tidak ada
yang tiba2. Tidak akan berbeda, perpisahan ini terjadi sekarang, besok, ataupun
satu tahun lagi. semuanya tetap akan sama. Kita pun toh, akan tetap bercerai.
Lalu apa yang perlu kujelaskan? Dari awal semua ini dimulai, bukankah ini yang
paling kita inginkan?” jelas gigi lagi. raffi menatap gigi dengan wajah yang
begitu sendu.
“benarkah? Benarkah
ini yang kamu inginkan? Lalu,,,kenapa kamu menangis?” tanya raffi lagi. matanya
mulai berkaca2. Gigi masih berusaha tenang. Seakan hatinya baik2 saja.
“aku menangis,,karena
aku mengecewakan keluarga kita. Itu saja. Tidak ada alasan lain.” Jawab gigi
lagi.
“benarkah?
Hah,,,kenapa kamu ingin berpisah sekarang? Hah...berikan aku alasan!” tanya
raffi lagi yang semakin mendekati gigi.
“hei,,,apa yang aku
lakukan sekarang, itu baik untukmu,,dan juga untukku. Kamu sekarang bisa bebas
menemui naura,,,dan akupun bisa bebas menemui nanda.” jawab gigi lagi.
“jadi semua karena
nanda?” tanya raffi lagi. gigi terdiam, bibirnya mulai bergetar karena menahan
tangisnya.
“tentu saja. Aku
melakukan ini untuknya. Apa itu jawaban yang ingin kamu dengar?” ucap gigi
lagi, ia mengepal tangannya. Menahan perasaannya saat ini. raffi yang mendengar
jawaban gigi menundukkan kepalanya.
“begitukah. Tidak
bisakah, kamu tetap disampingku?” tanya raffi tanpa memandang gigi. gigi yang
melihat kelakuan raffi dibuat bingung. Ia terdiam mendengar pertanyaan raffi.
“berikan aku satu
alasan, mengapa aku harus tetap berada disampingmu?” tanya gigi memandang lekat
kearah raffi. raffi menaikkan kepalanya, melihat kearah gigi. ia menatap gigi
dengan lekat.
“kenapa kamu tidak
menjawab?” tanya gigi. matanya pun mulai berkaca2. Ia menatap raffi. raffi
masih diam. Ia memandang gigi dengan lekat.
“apa kamu tau makanan
kesukaanku? Tempat yang aku sukai? Warna kesukaanku? Movie vaforitku? Apa kamu
tau?” tanya gigi seperti sedang mengadilil raffi. tidak ada jawaban dari raffi.
ia hanya memandang gigi dengan tatapan sendunya.
“lalu, kamu ingin aku
tetap disampingmu? Kamu tidak tau raffi. seberapa sering kamu menyakitiku!”
ucap gigi. raffi memandang gigi dengan tatapan yang begitu sedih. Gigi
memalingkan pandangannya dari raffi. ia menuju kearah lemari, ia mulai
mengambil bebrapa barang2 penting dan dimasukkan kedalam tas ranselnya. Raffi
memandang punggung gigi yang membelakanginya.
“apakah aku sering
menyakitimu?” tanya raffi pelan sambil memandang punggung gigi. gigi yang
membelakangi raffi menghentikan aktifitasnya.
“iya” jawab gigi
singkat.
“apakah, nanda,,,,
tidak pernah menyakitimu?” tanya raffi lagi. gigi terdiam sejenak. Ia terus
menahan tangisnya. Bibirnya bergetar, matanya pun sudah memerah.
“iya” jawab gigi
lagi.
“apakah kamu
mencintainya?” tanya raffi lagi. kali ini gigi tidak dapat menahan air matanya.
Air matanya jatuh tanpa suara. Ia masih tetap membelakangi raffi.
“iya” jawab gigi
lagi. mata raffi semakin berkaca2.
“apakah,,,,dia,,,akan
membuatmu bahagia?” tanya raffi lagi yang berusaha mengatur perasaannya.
“iya!” jawab gigi
lagi disela tangisnya.
“jawab peranyaan
terakhirku. Apakah, jantungmu tidak pernah berdetak untukku?” tanya raffi lagi
dengan suara yang mulai bergetar. Gigi tidak langsung menjawab, ia mengatur
perasaannya.
“tidak pernah!” jawab
gigi singkat. Raffi menundukkan kepalanya. Ia menarik nafasnya yang nampak
begitu berat. Raffi berjalan menuju pintu kamar gigi. ia memegang pintu kamar
gigi, menengadahkan kepalanya, agar air matanya tidak terjatuh. Sebelum keluar
ia berhenti sejenak.
“hahhhhh,,,,. kalau
begitu,,,,mari kita berpisah! maafkan aku, yang tidak bisa menjadi suami yang
baik untukmu!” ucap raffi, lalu keluar dan menutup pintu kamar gigi.
gigi yang mendengar
perkataan terakhir raffi, langsung menumpahkan tangisnya. Ia membungkuk didepan
lemari bajunya. Air matanya pun tumpah. Tangis yang sedari tadi ditahannya. ia
menangis sampai tersedu. Raffi masih memegang gagang pintu kamar gigi dengan
membelakangi pintu kamar gigi. air matanyapun jatuh membasahi pipinya. Tanpa
suara. Mereka menangis tanpa suara. Air mata yang keluar tanpa suara, menjadi
bukti gambaran hati yang begitu perih. Berduka. Yah, keluarga merekapun
berduka. Malam yang begitu berat. Raffi masuk kekamarnya. Ia duduk dilantai dan
bersandar disisi tempat tidurnya. Raffi memgang rambutnya dan menyanggakan
tangannya dilutut kanannya. Ia mengingat beberapa moment yang ia lewati bersama
gigi. saat pertama kali bertemu gigi, saat ia bertengkar dengan gigi dikampus,
ciuman pertama mereka dimobil, dan semua moment yang terjadi dirumah dirumah
mereka, sontak membuat air mata raffi mengalir dengan begitu derasnya. Begitu
pula dengan gigi. tidak ada mimpi buruk yang dapat menggambarkan perasaannya
saat ini. ia memeluk kedua kakinya, dan menumpahkan seluruh tangisnya. Tidak
ada yang dapat menghentikan kelabu hitam dihati mereka saat ini. perpisahan
yang terbesit indah diawal semua ini dimulai, berubah menjadi mimpi buruk yang
tidak pernah mereka inginkan.
***
Pagi mulai
menyingsing, matahari telah naik menggantikan sang bulan yang telah lelah
semalaman menyinari bumi. Pukul 06.00 pagi, gigi telah siap dengan tas
ranselnya. Ia tidak membawa banyak barang. Matanya nampak membengkak tanda
tangisnya semalam. Ia keluar dari kamarnya dan memandang kamar raffi dengan
sedih. Air matanya kembali jatuh. Ia
segera menyapu air matanya. Ia mulai memandang kesekeliling rumahnya. air
matanya kembali jatuh. Ia turun kelantai bawah. Ia memandang dapur, tempat yang
sangat mungkin ia rindukan. Ia memandang kesekililing rumah itu. Nampak raut
kesedihan diwajahnya. ia lalu melihat kearah aquarium kecilnya. Ia berjalan
mendekati aquariumnya.
“hai meli. Kamu lapar?”
ucap gigi, sambil mengambil makanan dan memberi makan ikan kesayangannya itu.
Ia memberi makan meli sambil menangis.
“jangan nakal yah.
Mama harus pergi. Maafkan mama tidak bisa membawamu. Mama mungkin tidak akan
bisa melihatmu lagi! bye meli” ucap gigi menyapu air matanya dan memakai kaca
mata hitamnya. Ia kembali melihat kesekeliling dapur. Ia sekali lagi berbalik
melihat kesekeliling rumahnya.
“selamat tinggal!”
ucap gigi lalu beranjak kearah pintu. Saat ia hendak keluar, ia kembali melihat
kedalam rumah. Ia menyapu air mata dibalik kaca mata hitamnya, dan menutup
pintu rumahnya. ia menatap kunci rumah tersebut. Ia tidak mencabut kunci
tersebut dari lubang kuncinya. Ia meninggalkannya begitu saja dan berjalan
menjauhi rumah dan naik kedalam taxi yang sedari tadi menunggunya. Raffi yang
melihat gigi dari lantai atas, melihat kearah luar melalui jendela. Ia melihat
taxi yang membawa gigi meninggalkan rumah mereka. raffi memasukkan tangan
kesaku celananya, matanya mulai berkaca2.
“heh,,,dia pergi.” Raffi
masih melihat keluar jendela. Air matanya jatuh. Ia lalu segera menyapunya. Ia turun
kebawa. ia melihat kearah aquarium dan menyapa meli.
“hai,,,sekarang kita
tinggal berdua. Sepi yah! Apa kamu sudah merindukannya? Papa mulai
merindukannya. Tapi apa yang bisa kita lakukan. Kita akan bahagia kan!” raffi
sambil menunduk mulai bicara dengan ikannya. gurat kesedihan sangat jelas
terlihat diwajahnya. ia lalu duduk dikursi meja makan. Ia menatap kosong
kedeppan. Terdiam, itu yang dilakukannya sekarang.
“dia bahkan pergi
tanpa mengucapkan selamat tinggal. Hahhh...” guumam raffi pelan.
“aku tau makanan
kesukaanmu, kamu suka mie goreng dan bakso. Aku tau warna kesukaanmu. Hitam dan
putih. Aku tau movie kesukaanmu, titanic. Aku mencintaimu, itu satu alasanku
agar kamu tetap disampingku. Hanya satu alasan itu.” Gumam raffi dengan mata yang
memerah dan mulai berair. Ia melihat kearah aquarium lagi. meli yang berenang
kesana kemari, cukup menghibur raffi.
“hei, apakah alasan
itu tidak cukup. Tapi, papa tidak bisa mengatakan itu. Jika papa mengatakan
itu, papa akan kembali menyusahkannya. Iya kan! Apakah ini hukumanku? Hm,,,”
ucap raffi pada ikan tersebut.
“dia kemana? Apakah
kamu tau? Apakah, kita tidak akan melihatnya lagi? apakah dia pergi jauh?
Setidaknya dia mengatakan mau kemana. Apakah aku harus mengejarnya? Apakah aku
harus manahannya untuk jangan pergi? Apakah aku harus mengatakan bahwa aku mencintainya?
Tapi, bagaimana aku bisa melakukan itu. Dia bahkan tidak pernah memandangku. Iya
kan! Hah,,,hiks” ceracau raffi yang mulai berantakan. ia jatuh tersungkur
didepan aquarium.
“perasaan ini lebih
menyakitkan dari kehilangan kak nisya!” ceracau raffi lagi.
***
Gigi menatap kosong
keluar jendela. Sesekali ia menyapu air mata dibalik kaca mata hitamnya. Ia
melihat buku yang berjudul ‘heart’ yang selalu dibacanya. Ia membuka beberapa
lembaran dan menulis beberapa bait yang menggambarkan perasaannya saat ini.
Dimanakah aku sekarang
Tidak ada celah lagi untuk ku
menyusupi bayangmu.
Meninggalkanmu mungkin adalah
hal yang benar
namun aku sudah kalah
kalah pada cintaku
hanya jasadku yang kini kubawa
pergi
hatiku sudah kutinggalkan disana
tempat yang mungkin pantas
ataupun tidak
merenung dibalik kaca
menatap kosong jalan yang sepi
merajuk, menyayat tanpa ampun
hati yang kusimpan mungkin
berdarah terluka dalam
hatiku, apakah sama dengan
hatimu?
Ingin kupertanyakan itu
Namun, aku tak bisa.
Tulis gigi.
ditulisan terakhirnya, air matanya jatuh membasahi bukunya. Ia menyapu air
matanya dan kembali menatap keluar jendela. Dalam waktu satu jam, taxi yang
ditumpangi gigi akhirnya sampai di bandara soekarno hatta.
“neng, udah
sampai” ucap supir taxi itu membuyarkan lamunan gigi.
“oh. Iya
pak!” jawab gigi dengan suara yang parau. Ia pun mulai turun dan mencari
keberadaan nanda. nanda berdiri didepan keberangkatan luar negeri. Tatapan gigi
berhenti pada nanda yang melambaikan tangannya kearah gigi. ia pun berjalan
mendekati nanda.
“apa kamu
yakin?” tanya nanda.
“iya!” jawab
gigi singkat. Nanda menatap gigi dengan sendu.
“ayo kita
masuk. Pesawatnya sudah mau berangkat” tambah nanda. gigi tidak menjawab, hanya
mengikuti nanda. Nanda membantu membawakan tas ransel gigi. ia sesekali melihat
kearah gigi. tidak ada pertanyaan dari nanda. gigi terus diam. Saat hendak
meninggalkan bandara, gigi berbalik melihat pintu keluar. Nanda yang melihat
hal tersebut mendekati gigi.
“masih ada
waktu. berlarilah keluar jika kau ingin.” Ucap nanda. gigi masih saja diam.
“tidak perlu
kembali. ayo kita pergi.” Ucap gigi sambil menyapu air mata dibalik kaca
matanya.
***
Raffi disofa ruang
tamu sambil menatap kosong kedepan. Bunyi HP yang terus berdering tdak
dihiraukannya. Begitupun dengan bunyi telpon rumah. Raffi seakan tidak
mendengarnya. Pak munawar yang sedari tadi mencoba menelpon raffi nampak panik.
Begitu pula dengan mama amy.
“ini bagaimana ma?”
tanya pak munawar.
“mama juga tidak tau
pa. apakah raffi baik2 saja? Mama khawatir?” ucap mama amy yang terlihat sedih.
Pak munawar memeluk istrinya itu.
“semuanya akan baik2
saja. Mama tenang yah!” ucap pak munawar menenangkan mama amy. Shahnas yang
melihat hal tersebut ikut menangis. pesta ulang tahun ahmad group, sebentar
lagi dimulai. Orang yang paling diharapkan hadir adalah raffi sebagai CIO dan
calon penerus ahmad group, namun yang ditunggu2 tak kunjung datang. Para tamu
satu persatu mulai hadir. Termasuk mami popon.
***
“apakah kita harus
pergi pa?” tanya mama rieta kepada pak gideon dirumahnya.
“papa sudah tidak
punya muka lagi ma. Suruh caca saja untuk mewakili kita.” Ucap pak gideon.
“tapi...” tambah mama
rieta.
“tidak ada tapi2an
ma. Suruh caca saja yang kesana. Bunga ucapan selamat sudah papa kirim. Kita
tidak perlu pergi kesana!” tambah pak gideon. Mama rieta mulai menangis. caca
yang melihat mamanya menangis juga ikut bersedih. Caca memencet hp nya dan coba
menghubungi kakaknya.
“mba,,,,ada apa sih.
Kenapa dari semalam no mba gak bisa dihubungin.” Ucap caca yang terus mencoba
menghubungi no gigi.
***
“gimana bos?” tanya
asisten robi yang sering mengikutinya.
“semuanya sudah
beres. Bom terakhir telah dilempar, tinggal menunggu ledakannya saja.” Jawab
robi sambil tersenyum licik membaca sms yang dikirim oleh gigi.
‘aku
sudah meninggalkannya. Aku sudah menepati janjiku. Sekarang tepati janjimu.’
“aku masih tidak
mengerti bos? Jadi bos akan menepati janji bos?” tanya asistennya.
“yah, aku akan
menepati janjiku. Tapi aku akan mendapatkan lebih. Karena raffi sendiri yang
akan melepaskan semuanya” jawab robi.
“maksud bos?”
“aku sengaja memberi
tau semuanya kepada gigi sebelum semuanya terlambat. Gigi pikir raffi mencintai
naura. gigi yang mencintai raffi, akan meninggalkan raffi karena cintanya. Dan
raffi, akan meninggalkan semuanya, juga karena cintanya. Dan, aku yang akan
mendapatkan semuanya. Ahahaha” tawa licik robi. Asistennya hanya ikut tertawa
sambil terus menyetir mobil, entah mengerti atau tidak dengan apa yang
dijelaskan robi. Selang beberapa menit, mobil robi memasuki rumah besar
keluarga raffi.
“ayo kita turun. Dan
mari kita lihat apa yang akan terjadi. Bummmmm,,,ahahahah” ucap robi lalu turun
dari mobil dengan senyum puasnya.
“ayo kita msuk” ucap
robi lagi. didalam rumah sudah banyak kolega ahmad group dan keluarga besar
raffi.
“raffi kemana?” tanya
deni kepada irwan.
“entahlah. Seharusnya
dia sudah datang dengan gigi!” jawab irwan sedikit khawatir.
“apa kita jemput
saja?” ucap billy.
“tidak perlu. Kita
tunggu saja dulu!” jawab irwan sambil meminum minumannya. Semua orang sudah
mulai bertanya2, kemana raffi dan juga gigi.
“raffi kok belum ada?
Oma ingin melihat cucu menantu oma. Oma rindu, sudah cukup lama. Mereka belum
datang?” tanya mami popon kepada pak munawar dan mama amy. Mama amy hanya
tersenyum sedih dan tidak tau harus menjawab apa.
“emm, mungkin
sebentar lagi mereka datang. Mama tunggu sebentar yah” ucap pak munawar lalu
meninggalkan ibunya dengan mama amy. Pak munawar memanggil pak roni.
“cepat kamu jemput
raffi. paksa dia datang kemari. Mengerti!” bisik pak munawar kepada roni.
“siap bos” jawab pak
roni lalu pergi meninggalkan pesta disore itu. Robi memasuki pesta dengan wajah
sombongnya.
“hai irwan. kalian
semua disini! Baguslah!” ucap robi kepada irwan dan kawan2nya lalu pergi begitu
saja.
“apa2an sih robi.
Aneh banget!” ucap deny. Irwan hanya diam.
“ada yang aneh. Aku
mulai khawatir pada raffi.” ucap irwan. deni dan billy hanya diam seperti
merasakan keanehan dipesta hari ini.
***
Tidak butuh waktu
lama, pak roni akhirnya sampai dikediaman raffi dan gigi. pak roni melihat
kunci rumah raffi diluar.
“kenapa kuncinya
diluar!” pak roni membuka pintu rumah raffi.
“tuan raffi!” teriak
pak roni. Ia hendak masuk kedalam, namun langkahnya berhenti saat melihat raffi
terbaring disofa dengan baju yang masih sama seperti semalam. Cambang ipis yang
mulai tumbuh disekitar wajahnya. Raffi nampak berantakan.
“tuan raffi!” panggil
pak roni membangunkan raffi. namun raffi masih belum juga bangun. Pak roni
akhirnya memanggil sambil menggoyangkan tubuh raffi.
“tuan raffi. tuan!”
panggil pak roni lagi. raffi mulai membuka matanya dan melihat kearah pak roni.
Ia bangun dan kini ia sudah duduk disofa.
“ada apa?” tanya
raffi.
“tuan dan mba gigi,
dipanggil bapak untuk datang kerumah. Pestanya sudah dimulai tuan. Semua orang
sedang menunggu tuan dan mba gigi. sebaiknya tuan mandi dulu.” Ucap pak roni
kepada raffi. raffi masih menatap dengan tatapan kosong.
“ulang tahun ahmad
group. Hahh, ayo kita pergi!” ucap raffi yang mulai beranjak dari duduknya.
Raffi hampir terjatuh, pak roni langsung menangkap tubuhnya. Tubuh raffi
menjadi lemas karena belum makan seharian ini.
“emmmm, tuan tidak
apa2?” tanya pak roni dengan khawatir.
“aku tidak apa2. Ayo
kita pergi!” ucap raffi. penampilan raffi nampak sangat berantakan.
“emm, tuan tidak
sebaiknya, tuan mandi dulu dan ganti baju!” ucap pak roni lagi.
“bukankah kamu
katakan, aku sudah ditunggu. Ayo...bajuku tinggal kumasukkan lagi. rambutku
tinggal dirapikan seperti ini. aku sudah rapi kan! Ayo cepat!” ceracau raffi
dengan tampang seperti orang mabuk.
“mba nagita...” tanya
pak roni lagi.
“jangan tanyakan dia.
Aku kan yang kalian butuhkan! Ayoooo” ajak raffi lalu berjalan keluar. Pak roni
akhirnya mengikuti raffi keluar. Seperti permintaan pak munawar, ia hanya harus
membawa raffi kepesta. Hari sudah mulai malam, raffi hanya duduk dimobil tanpa
berkata apapun.
***
“raffi kok belum
datang om? Tium lilin dan potong kuenya kapan dilakukan” tanya robi kepada pak
munawar.
“sebentar lagi pasti
raffi datang!” jawab pak munawar dengan wajah khawatir.
“benarkah. Pestanya
seharusnya sudah dimulai dari tadi. Apakah ada masalah?” tanya robi lagi. pak
munawar menatap kearah robi, tidak tau harus menjawab apa. Tiba2 raffi masuk
dengan penampilan yang sangat berantakan. Semua orang kaget melihat raffi yang
begitu berantakan. Raffi mengeluarkan senyumnya. Irwan, deny dan billy yang
melihat penampilan raffi juga tidak kalah kagetnya.
“apakah semuanya
sedang menungguku. Maaf aku lama. Ada beberapa masalah yang harus diselesaikan”
ucap raffi sambil berjalan memasuki pesta.
“hai papa. Selamat
ulang tahun ahmad group!” ucap raffi dengan kelakuan anehnya.
“apa yang terjadi
padamu raffi. kenapa,,,kenapa kamu jadi seperti ini?” tanya pak munawar. Mama
amy mendekati raffi.
“kamu kenapa sayang.
Hahhhh, ini baju yang kamu pakai semalam?” tanya mama amy khawatir sambil
memegang pipi raffi, memastikan anaknya baik2 saja.
“raffi baik2 saja ma.
Mama jangan khawatir” ucap raffi sambil memeluk ibunya.
“kenapa penampilanmu
jadi seperti ini raffi. ini persta perayaan besar ahmad group. Kamu seperti
tidak menghormatinya.” Tanya robi dengan sinis. Raffi melpaskan pelukannya. Dan
memandang dengan slengean kearah robi.
“kamu tidak tau ini
trend baru,,hahah,,,aku seperti ini karena aku menghormati ahmad group” jawab
raffi.
“raffi mana cucu
menantu oma?” tanya mami popon. Raffi langsung tersenyum saat melihat omanya.
“omaaaaaa....” ucap
raffi lalu memeluk omanya.
“kamu ini kenapa.
Mana istri kamu?” tanya mami popon lagi. raffi memandang omanya sambil tersenyum
sedih.
“entahlah!” raffi
menjawab singkat lalu memeluk omanya. Mami popon seakan tau apa yang sedang
dialami cucunya. Raffi lalu melepaskan pelukannya.
“oh,,,raffi harus
tiup lilin oma. Iya kan pa!” ucap raffi lagi.
“mana kuenya. Ayo
cepat bakar lilinnya. Aku ingin sekali meniup lilin itu. Ahmad
group,,,,ahahaha,,ahmad group,,,iya kan pa? ayo cepat!” teriak raffi seperti
orang mabuk. Semua orang mulai saling berbisik melihay tingkah raffi. robi
mulai tersenyum, merasakan kepuasan. Irwan, deni dan billy nampak sangat
khawatir. Merekapun mendekati raffi.
“fi,,kamu baik2
saja!” tanya deni kepada raffi. raffi menoleh melihat kearah teman2nya.
“owh,,sahabat2 ku.
Tentu saja aku baik2 saja. Aku adalah raffi ahmad. Calon pemilik ahmad group.
Benarkan robi?” teriak raffi menunjuk kearah robi. Robi tersenyum sinis.
“mana kuenya,,,ayo
cepat!” teriak raffi lagi. keluarga dan temannya nampak sangat khawatir melihat
tingkah raffi. papa munawar nampak marah melihat kelakuan anaknya. Shahnas
memeluk ibunya yang mulai menangis.
“cepat mana kuenya.
Aku hanya harus meniupnya kan. Meniup, dan memotong kuenya, lalu guberikan
kepada kalian semua. Harta berharga milik pak munawar!” ceracau raffi.
“raffi,,,jaga
perilakumu. Kamu ingin membuat malu keluargamu!” teriak pak munawar kepada
raffi. raffi menatap kearah papanya dengan tatapan yang begitu emosi. Mata
raffi mulai memerah.
“dia sudah cukup
membuat malu om. Sebaiknya dia keluar saja dari sini!” tambah robi. Raffi yang
mendengar hal tersebut hanya tertawa. Ia tertawa, namun air matanya keluar.
“pak roni. Bawa raffi
kedalam!” perintah pak munawar. Irwan deni dan billy, terlihat sangat khawatir.
“raffiii....kamu
kenapa?” tanya irwan. raffi masih terus tertawa.
“apa yang akan kamu
lakukan? Jangan sentuh aku!” teriak raffi saaat pak roni hendak menarik
tangannya.
“aku hanya ingin
bicara dengan papaku. Apakah tidak boleh” raffi melihat tajam kearah papanya.
“apa aku sekarang
membuat papa malu?” tanya raffi kepada papanya. Papa munawar yang masih sangat
emosi. Kembali menyuruh pak roni untuk membawa raffi kedalam.
“jangan sentuh aku”
raffi kembali berteriak. Mama amy menangis sambil memeluk shahnas. Ia tidak
sanggup melihat apa yang dilakukan anaknya.
“aku membuat papa
malu kan! Ayo cepat jawab pa?” ucap raffi dengan mata yang memerah.
“masuklah kedalam
raffi. cepat masuk!” teriak pak munawar.
“kenapa aku harus
mendengarkan papa. Papa tau, aku sangat membenci papa saat ini. sangat membenci
papa.” Ucap raffi.
“kamu membenci papamu
ini. yang telah memberikan segalanya padamu!” teriak pak munawar.
“apa yang telah papa
berikan padaku” teriak raffi balik.
“ahmad group? Aku
tidak menginginkan ahmad group. Papa tidak pernah bertanya aku akan menjadi
apa. Apa aku robot yang papa gerakan sesuka hati papa. Apa yang papa berikan
padaku?” teriak raffi dengan mata yang memerah.
“anak kurang ajar”
ucap papa munawar geram dan menampar raffi. raffi mengangkat kepalanya.
“hah,,,,,tampar lagi
pa,,,tamparrrrrrrr” ucap raffi, air matanya jatuh.
“tampar
raffi....pukul raffi pa.....bunuh raffffiiiiiiii....ayo paaa” teriak raffi
sambil menarik bajunya. Mengarahkan tangan ayahnya untuk menamparnya.
“raffiiii” teriak pak
munawar.
“kenapa
pa,,,kenapa,,,,apa yang raffi punya...tubuh ini pun milik papa kan. Lakukan apapun
pada tubuhku. Membunuhnya pun halal buat papa kan. Lakukan pa...papa puas
sekarang...dia meninggalkanku.seseorang yang papa masukkan kehidupku. Dari aku
menolaknya sampai menerimanya. Sekarang dia meninggalkanku. Papa puass! Papa puas!
Hahh,” Ucap raffi, tangisnya tumpah. Pak munawar mengatur emosinya sambil
memegang tangan raffi yang menggenggam jasnya.
“apa yang aku punya. Aku
sejenak merasa memilikinya. Papa memasukan dia dalam kehidupannku. Memaksku untuk
bersamanya. Mengatur dia untukku. Dan sekarang dia meninggalkanku.” ucap raffi
sambil tersungkur kelantai. Ia lalu berdiri.
“hei,,kalian mau
tau,,,aku raffi ahmad..aku ditinggalkan oleh seseorang yang aku cintai, karena
aku tidak bisa menjaganya. Aku,,,raffi ahmaddd,,,,hahhhh,,,” ucap raffi ahmad
ditengah pesta pada semua orang yang ada disitu.
“aku
mencintainya..dan dia meninggalkanku...ini sungguh menyakitkannn” tambah raffi.
matanya memerah karena air mata yang terus jatuh dipipinya.
“kau robi...kau
menginginkan ahmad group kan. Ambillah,,,aku tidak menginginkan
semuanya..ambillah..hm,,,ambillah” ucap raffi dihadapan robi.
“aku,,,tidak
menginginkan harta papa. Sesuatu yang berharga pernah papa berikan padaku,
sudah meninggalkanku. Aku tidak memiliki apa2 lagi.” tambah raffi. ia lalu
berjalan meninggalkan pesta.
“sekali kamu
meninggalkan rumah ini, jangan pernah kembali kesini” ancam papa munawar. Raffi
tidak menghiraukan perkataan ayahnya, ia tetap berjalan meninggalkan pesta. Mama
amy berlari mengejar raffi. namun pak munawar manrik tangan mama amy.
“pa,,raffiiii” isak
mama amy.
“biarkan. Kita lihat
sampai dimana dia bisa melewwati ini” tambah pak munawar. Ia lalu berlalu
meninggalkan pesta. Mama amy hanya bisa menangis. begitu pun dengan mami popon
dan shahnas. Irwan, deni dan billy keluar untuk mengejar raffi.
“seperi dia belum
jauh. Dia tidak membawa mobil!” ucap irwan, lalu masuk kemobilnya.
“ayo cepat!” tambah
deni. Irwanpun menjalankan mobilnya meninggalkan rumah raffi. belum jauh dari
rumah raffi, raffi nampak berjalan sambil menundukkan kepalanya.
“dasarr!” ucap irwan.
ia lalu menepikan mobilnya didepan raffi.
“raffi” panggil deni.
Raffi yang begitu acak2an menatao teman2nya dengan tatapan sedih.
***
“dia belum mau makan?”
tanya deni kepada irwan. mereka membawa raffi keapartemen irwan.
“belum. Dari semalam
dia belum makan. Entah sejak kapan dia belum makan” jawab irwan.
“loe udah tau...ada
apa dia dengan gigi?” tanya deni lagi.
“aku tidak tahu lebih
jelasnya. Terakhir kali aku bertemu dengannya, katanya dia akan mengatakan perasaannya
kepada gigi. aku tidak tau kalau jadi seperti ini.” jelas irwan. deni nampak
berfikir.
“mungkinkah zaskia
tau?” tambah deni lagi.
“entahlah. Kia bercerita
apa2 padaku. Biasanya dia selalu cerita apa yang terjadi pada gigi. tapi kali
ini tidak.
“hmmm, aneh. Tapi ngomong2,
si billy mana?” tanya deni.
“tadi raffi nyariin
si meli. Aku suruh saja si billy kesana buat bawa meli kesini.” Jawab irwan.
“owhh,,,meli itu apa?”
tanya deni yang tidak tau.
“ikan peliharaan
mereka den! Udah ah, aku mau lihat keadaan si raffi! itu anak mau mati apa yah.”
Ucap irwan lalu meninggalkan deni sendirian.
“hmmmm, kenapa cinta
si raffi jadi seperti ini sih. Pusing pala gue” ucap deni sambil mengacak2
rambunya.
***
Preview part
selanjutnya.
3 tahun kemudian.
“hai, nama gue raffi”
ucap raffi pada seorang gadis yang duduk didepannya. Belum juga gadis yang ada
didepannya memperkenalkan diri, raffi kembali bicara.
“Em,,aku tidak suka
wanita yang tidak bisa memasak. Aku tidak suka makan diluar. Aku lebih suka
makan dirumah. Oh iya, apa kamu tau, aku mantan pewaris ahmad group. Aku sebelumnya
sudah punya istri. Istriku lari karena tidak tahan denganku. Sekrang aku
bekerja bersama temanku. Membangun bisnis kecil2an.” Ucap raffi sambil
tersenyum dan menaikkan kedua alisnya.
Jangan lupa like dan
commentnya....hehehe...semoga suka yah.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSuka bangeeet cerbungnya mbak..
BalasHapusDtunggu next partnya
Say lagi dong post nyaaaa.. longweekend neeeh... ga sabar raffi n nagita disatukan...... ayo dongs... hikshiks
BalasHapusSaaayyyy. Ayo doongg mohn bgtt
BalasHapusSaaayyyy. Ayo doongg mohn bgtt
BalasHapusSay kapan post lagi:(
BalasHapus