Rabu, 04 Mei 2016

My Imagination "Dalam Diam Kau Curi Hati Ku" Part 26

Ost part ini Ari Lasso – Tuhan Kau tahu (ost Raffi), Judika – Ku Tak mampu (ost Raffi), Sherina Munaf-Simfoni cinta (ost Gigi), Agnes Monica-Matahariku (ost Gigi),

“Dalam Diam Kau Curi Hati Ku”

Part 26

***
“bagaimana dengan bulan madu. Kalian bulan madu gih sana. Biar cepet jadi cucu mama. Bagaimana gi?” tanya mama rieta kepada gigi. gigi menatap mamanya. Pertanyaan dari mama rieta, yang membuat semua orang menunggu jawaban dari gigi.
“sepertinya tidak mungkin ma!” jawab gigi.
“maksud kamu sayang. Kalau kamu terlalu sibuk,,,yah kamu ambil cuti dulu” ucap mama rieta lagi.
“bukan masalah waktu. tapi masalah aku dan raffi!” tambah gigi. raffi menoleh menatap gigi yang duduk disebelah kirinya.
“maksud kamu sayang?” tanya mama amy.
“gigi dan raffi, tidak akan pernah saling mencintai. Gigi ingin mengakhiri semuanya!” jelas gigi. semuanya nampak keget dan terdiam dengan perkataan gigi. begitupun dengan raffi.
“apa maksud kamu sayang!” tanya pak gideon yang mulai gemetar.
“gigi ingin bercerai dari raffi!” ucap gigi dengan dingin. Semua mata melihat kearah gigi dengan tatapan tak percaya.
“coba kamu ulangi, apa yang barusan saja kamu katatakan!” perintah pak gideon dengan mata yang mulai memerah.
“gigi,,,,ingin berce..” belum juga gigi menyelesaikan perkataannya, satu tamparan keras melekat dipipi kirinya. Pak gideon begitu geram, gigi mengangkat wajahnya dengan pipi membekas telapak tangan pak gideon. Gigi tetap berusaha tegar dengan menahan air matanya. Semua yang melihat kejadian itu menjadi sangat terkejut. Mama rieta pun menangis, pak munawar yang duduk disebelah pak gideon berusaha menenangkannya.
“sudah pak gideon,,,anda tenang dulu” ucap pak munawar sambil memegang pak gideon. Sementara raffi menatap gigi dengan tatapan yang tidak dapat diartikan.
“kamu ngomong apa sih sayang. Jangan bicara sembarangan!” ucap mama rieta yang sudah mulai menangis. Gigi melihat kearah mamanya yang mulai menangis. Ia menelan ludahnya, berusaha tetap tegar. Ia pun menatap raffi yang sedari tadi menatapnya. Beberapa detik mereka saling menatap. Tatapan raffi seakan melarang gigi untuk melanjutkan apa yang sedang ia lakukan. Gigi memalingkan pandangannya dan berdiri dari tempat duduknya.
“gigi gak bicara sembarangan ma. Gigi tetap ingin bercerai dari raffi.” tambah gigi lagi dengan wajah dinginnya. Pak gideon yang mendengar hal tersebut menjadi semakin emosi.
“nagita slavina. Papa tidak mengajarkanmu untuk berbuat sekurang ajar ini. cepat tarik apa yang barusan saja kamu katakan. Cepatttttt” geram pak gideon yang hendak mendekati nagita namun dilerai oleh pak munawar.
“gigi tetap dengan pendirian gigi. semuanya sudah berakhir” tambah gigi. raffi yang masih duduk disebelah gigi menatap gigi dengan tatapan sendu, mata raffi pun mulai memerah. Entah apa yang sedang ia rasakan saat ini, melihat wanita yang dicintainya ingin berpisah darinya. Mama rieata dan mama amy tidak mampu berkata apa2 lagi. begitupun dengan shahnas dan caca. Mereka nampak syok melihat pemandangan dihadapan mereka.
“apakah kamu sadar. Kamu tau, kamu tidak akan mendapatkan apa2 dari papa. Begitu perjanjian yang telah kalian sepekati sebelum kalian menikah. Jika kalian bercerai sebelum u..” teriak pak gideon dengan marah, dan gigi memotong dan melanjutkan apa yang dikatakan oleh ayahnya.
“sebelum usia pernikahan kami 2 tahun, siapa yang meminta cerai terlebih dahulu maka tidak akan mendapatkan apa pun. Aku ingat semuanya, bahkan dengan detail penulisannya aku pun masih ingat pa” lanjut gigi dengan dingin.
“laluuuu, apa yang barusan saja kamu lakukan,,hah!” geram pak gideon lagi.
“mengakhiri semua yang sudah salah sejak awal ini dimulai.” Ucap gigi lagi sambil menahan tangisnya.
“apanya yang salah. Menurutmu pernikahanmu dengan raffi adalah sebuah kesalahan? Hah” tanya pak gideon yang mungkin saat ini ingin menerkam nagita dengan beringasnya.
“yah,,,pernikahanku dengan raffi adalah sebuah kesalahan. Menurut papa? Apakah papa merasa apa yang papa lakukan itu benar? Papa salah...mengatur pernikahan aku dan raffi dalam sebuah perjanjian, mengatur kehidupan kami seperti sebuah boneka. Menurut papa,,apakah semua itu benar? Mempermainkan perasaan kami. Mengungkung kami dalam sangkar yang disebut pernikahan agar kami dapat saling menyakiti satu sama lain. Menurut papa semua ini benar? Raffi mungkin memiliki mimpinya dengan seseorang. Dan,,.,gigi pun memiliki mimpi dengan seseorang. gigi akan tetap berada pada pendirian gigi, bahwa semua ini benar. Gigi merasakan cinta pada pria saat ini, cinta” ucap nagita lagi. satu tamparan kembali melayang dipipi kirinya. Ia berbalik menatap papanya dengan tajam. Raffi yang melihat papa gideon hendak menamparr gigi untuk kedua kalinya pun berdiri menahan papa mertuanya itu untuk kembali menampar istrinya, sehingga tamparan yang tadinya akan mengenai nagita kini melekat dipipi raffi. mata raffi mulai berkaca2.
“hentikan pa. raffi mohon!” ucap raffi memohon. Gigi yang berada dibelakang raffi hanya memandang punggung raffi. punggung yang kali ini sedang melindunginya. Air mata yang ditahannya sedari tadipun akhirnya tumpah. Tanpa suara air matanya terus jatuh. Menyembenyukian tangisnya dipunggung raffi. raffi mengetahui bahwa gigi sedang menangis dibelakang punggungnya. Ia memegang tangan gigi dan menggenggamnya dengan erat. Seakan ia ingin berkata, hentikan semuanya gi. Raffi mempererat genggaman tangannya.
“ayo pergi! Sudah cukup sekarang!” ucap raffi pelan. Gigi menatap raffi dari balik punggungnya.
“kamu masih mau melindunginya! Dia ingin bercerai darimu raffi!” tambah papa gideon. Papa munawar hanya diam. Begitu pula dengan mama dan adik mereka.
“Hahhhhh” teriak pak gideon. Raffi menatap papa mertuaanya.
“biarkan raffi menyelesaikan semuanya” ucap raffi.
“ayo kita pulang!” ajak raffi menarik tangan gigi. namun gigi tidak mengikuti raffi, ia masih diam. Raffi melihat kearah gigi yang tidak mengikutinya.
“bisakah kau mendengarkanku, untuk sekali ini saja.” Ucap raffi dengan tatapan penuh permohonan kepada gigi. gigi masih saja diam. Raffi kembali menarik tangannya, kali ini tidak ada perlawanan dari gigi. ia hanya mengikuti raffi yang menarik tangannnya meninggalkan keluarganya yang masih diam dan bingung dengan apa yang baru saja ia katakan. Pak gideon yang masih emosi terduduk lemah dikursinya.
“aku tidak tau apa yang akan aku katakan pada kalian tentang apa yang baru saja dilakukan putriku. Maafkan putriku.” Ucap pak gideon dengan wajah memelas. Pak munawar menepuk pundak pak gdeon.
“sudahlah. Mungkin gigi benar. Apa yang kita lakukan pada mereka, adalah sebuah kesalahan.” Ucap pak munawar berusaha menenangkan pak gideon. Mama rieta menangis sambil memeluk mama amy. Mama amy pun ikut menangis. caca pun ikut menangis. shahnas memeluk caca dengan sedih.
Raffi menarik tangan gigi sampai kemobilnya. Mata raffi memerah. Ia tetap menggenggam tangan gigi dan mengatur nafasnya. Gigi yang tepat berada disampingnya tidak memandang wajah raffi. ia terus memalingkan wajahnya. Raffi melihat kearah gigi yang memalingkan wajah darinya. Tanpa melepaskan genggaman tangan kanannya, raffi memegang pipi kiri gigi, hingga wajahnya melihat kearahnya.
“sakitkah?” tanya raffi sambil memegang pipi kiri gigi. air mata gigi kembali mengalir membasahi pipinya. Raffi pun menyapu air mata gigi dengan tangannya.
“dasar bodoh. Kenapa kamu mengatakan hal itu.” Tambah raffi dengan tatapan teduhnya. Entah apa yang dirasakan gigi. ia lalu menepis tangan raffi dan menatap raffi dengan tajam.
“hentikan semuanya. Kita tidak perlu bersandiwara lagi” ucap gigi dengan dingin dan meninggalkan raffi menuju mobilnya. Raffi terdiam sejenak. Ia menoleh, melihat gigi yang berjalan menjauhinya. Tiba2 ia berlari kearah gigi. dengan raut wajah yang kini telah berubah menjadi dingin ia menarik tangan gigi dan memaksa gigi masuk kedalam mobilnya. Gigi berusaha melepaskan tangannya dari genggaman raffi.
“masuk kemobil!” perintah raffi dengan dingin.
“raffi lepasin. aku akan pulang dengan mobilku sendiri!” jawab gigi sambil berusaha melepaskan genggaman raffi. air matanya masih terus jatuh. Raffi tidak menghiraukan perkataan gigi. ia terus memaksa gigi untuk masuk kemobilnya. Karena gigi terus melawan, raffi semakin memperkuat genggamannya dan terus mendorong tubuh gigi agar masuk kedalam mobil.
“masuk kemobil!” ucap raffi dengan raut wajah yang begitu dingin. Ia mendorong tubuh gigi hingga bersandar dimobilnya. Raut wajah raffi yang sungguh membuat gigi merasa takut. Baru kali ini ia melihat raut wajah raffi yang begitu dingin.
“sakit raffi. lepaskan. Kau menyakitiku” ucap gigi memohon agar raffi melepaskan tangannya. Mata raffi memerah. Ia kembali mendorong tubuh gigi agar masuk kedalam mobil. Gigi yang mulai kehabisan tenaga akhirnya masuk kedalam mobil. Raffi membanting pintu mobilnya dan melajukan mobilnya dengan kecepatan lebih dari 60 km/jam. Gigi melihat keluar jendela. Ia terus menghapus air matanya yang jatuh, sementara raffi menyetir mobil seperti orang yang kesetanan. Gigi yang tau raffi menyetir dengan ugal2an tidak protes dengan yang dilakukan raffi. ia hanya melihat keluar jendelanya. Tidak ada kalimat yang keluar dari mulut mereka. kurang lebih tiga puluh menit, akhirnya mereka sampai dirumah mereka. gigi langsung turun dan masuk kerumah, tidak beberapa lama raffi pun ikut masuk kerumah. Ia tidak mendapati gigi. sepertinya gigi telah naik kekamarnya. Dengan mata yang memerah, raffi naik keatas. Dengan nafas tak beraturan, ia menatap pintu kamar gigi. tiba2 ia langsung membuka pintu kamar gigi. gigi yang sedang melihat kelangit malam melalui jendela kamarnya dengan air mata dipipinya, berbalik melihat kearah pintu. Saat ia melihat raffi masuk, ia menghapus air matanya, berusaha agar terlihat santai.
“bisakah kamu menjelaskan semuanya?” tanya raffi yang masih memegang pintu kamar gigi dengan raut wajah yang mulai berantakan.
“aku pikir, aku tidak perlu menjelaskan apapun!” jawab gigi sambil mengalihkan pandangannya dari raffi.
“lalu? Kamu tidak akan menjelaskan apa2 padaku?” tanya raffi lagi.
“bukankah semuanya sudah jelas. Apa yang perlu dijelaskan lagi raffi.” kali ini gigi memberanikan diri untuk melihat kearah raffi.
“hahhhh, kamu mau bercerai dariku? Berikan aku alasan, mengapa,,,,mengapa semuanya begitu tiba2? Apa yang sebenarnya terjadi? Hah?” raffi mulai masuk kedalam kamar gigi. gigi masih berusaha tenang.
“tiba2...tidak ada yang tiba2. Tidak akan berbeda, perpisahan ini terjadi sekarang, besok, ataupun satu tahun lagi. semuanya tetap akan sama. Kita pun toh, akan tetap bercerai. Lalu apa yang perlu kujelaskan? Dari awal semua ini dimulai, bukankah ini yang paling kita inginkan?” jelas gigi lagi. raffi menatap gigi dengan wajah yang begitu sendu.
“benarkah? Benarkah ini yang kamu inginkan? Lalu,,,kenapa kamu menangis?” tanya raffi lagi. matanya mulai berkaca2. Gigi masih berusaha tenang. Seakan hatinya baik2 saja.
“aku menangis,,karena aku mengecewakan keluarga kita. Itu saja. Tidak ada alasan lain.” Jawab gigi lagi.
“benarkah? Hah,,,kenapa kamu ingin berpisah sekarang? Hah...berikan aku alasan!” tanya raffi lagi yang semakin mendekati gigi.
“hei,,,apa yang aku lakukan sekarang, itu baik untukmu,,dan juga untukku. Kamu sekarang bisa bebas menemui naura,,,dan akupun bisa bebas menemui nanda.” jawab gigi lagi.
“jadi semua karena nanda?” tanya raffi lagi. gigi terdiam, bibirnya mulai bergetar karena menahan tangisnya.
“tentu saja. Aku melakukan ini untuknya. Apa itu jawaban yang ingin kamu dengar?” ucap gigi lagi, ia mengepal tangannya. Menahan perasaannya saat ini. raffi yang mendengar jawaban gigi menundukkan kepalanya.
“begitukah. Tidak bisakah, kamu tetap disampingku?” tanya raffi tanpa memandang gigi. gigi yang melihat kelakuan raffi dibuat bingung. Ia terdiam mendengar pertanyaan raffi.
“berikan aku satu alasan, mengapa aku harus tetap berada disampingmu?” tanya gigi memandang lekat kearah raffi. raffi menaikkan kepalanya, melihat kearah gigi. ia menatap gigi dengan lekat.
“kenapa kamu tidak menjawab?” tanya gigi. matanya pun mulai berkaca2. Ia menatap raffi. raffi masih diam. Ia memandang gigi dengan lekat.
“apa kamu tau makanan kesukaanku? Tempat yang aku sukai? Warna kesukaanku? Movie vaforitku? Apa kamu tau?” tanya gigi seperti sedang mengadilil raffi. tidak ada jawaban dari raffi. ia hanya memandang gigi dengan tatapan sendunya.
“lalu, kamu ingin aku tetap disampingmu? Kamu tidak tau raffi. seberapa sering kamu menyakitiku!” ucap gigi. raffi memandang gigi dengan tatapan yang begitu sedih. Gigi memalingkan pandangannya dari raffi. ia menuju kearah lemari, ia mulai mengambil bebrapa barang2 penting dan dimasukkan kedalam tas ranselnya. Raffi memandang punggung gigi yang membelakanginya.
“apakah aku sering menyakitimu?” tanya raffi pelan sambil memandang punggung gigi. gigi yang membelakangi raffi menghentikan aktifitasnya.
“iya” jawab gigi singkat.
“apakah, nanda,,,, tidak pernah menyakitimu?” tanya raffi lagi. gigi terdiam sejenak. Ia terus menahan tangisnya. Bibirnya bergetar, matanya pun sudah memerah.
“iya” jawab gigi lagi.
“apakah kamu mencintainya?” tanya raffi lagi. kali ini gigi tidak dapat menahan air matanya. Air matanya jatuh tanpa suara. Ia masih tetap membelakangi raffi.
“iya” jawab gigi lagi. mata raffi semakin berkaca2.
“apakah,,,,dia,,,akan membuatmu bahagia?” tanya raffi lagi yang berusaha mengatur perasaannya.
“iya!” jawab gigi lagi disela tangisnya.
“jawab peranyaan terakhirku. Apakah, jantungmu tidak pernah berdetak untukku?” tanya raffi lagi dengan suara yang mulai bergetar. Gigi tidak langsung menjawab, ia mengatur perasaannya.
“tidak pernah!” jawab gigi singkat. Raffi menundukkan kepalanya. Ia menarik nafasnya yang nampak begitu berat. Raffi berjalan menuju pintu kamar gigi. ia memegang pintu kamar gigi, menengadahkan kepalanya, agar air matanya tidak terjatuh. Sebelum keluar ia berhenti sejenak.
“hahhhhh,,,,. kalau begitu,,,,mari kita berpisah! maafkan aku, yang tidak bisa menjadi suami yang baik untukmu!” ucap raffi, lalu keluar dan menutup pintu kamar gigi.
gigi yang mendengar perkataan terakhir raffi, langsung menumpahkan tangisnya. Ia membungkuk didepan lemari bajunya. Air matanya pun tumpah. Tangis yang sedari tadi ditahannya. ia menangis sampai tersedu. Raffi masih memegang gagang pintu kamar gigi dengan membelakangi pintu kamar gigi. air matanyapun jatuh membasahi pipinya. Tanpa suara. Mereka menangis tanpa suara. Air mata yang keluar tanpa suara, menjadi bukti gambaran hati yang begitu perih. Berduka. Yah, keluarga merekapun berduka. Malam yang begitu berat. Raffi masuk kekamarnya. Ia duduk dilantai dan bersandar disisi tempat tidurnya. Raffi memgang rambutnya dan menyanggakan tangannya dilutut kanannya. Ia mengingat beberapa moment yang ia lewati bersama gigi. saat pertama kali bertemu gigi, saat ia bertengkar dengan gigi dikampus, ciuman pertama mereka dimobil, dan semua moment yang terjadi dirumah dirumah mereka, sontak membuat air mata raffi mengalir dengan begitu derasnya. Begitu pula dengan gigi. tidak ada mimpi buruk yang dapat menggambarkan perasaannya saat ini. ia memeluk kedua kakinya, dan menumpahkan seluruh tangisnya. Tidak ada yang dapat menghentikan kelabu hitam dihati mereka saat ini. perpisahan yang terbesit indah diawal semua ini dimulai, berubah menjadi mimpi buruk yang tidak pernah mereka inginkan.
***
Pagi mulai menyingsing, matahari telah naik menggantikan sang bulan yang telah lelah semalaman menyinari bumi. Pukul 06.00 pagi, gigi telah siap dengan tas ranselnya. Ia tidak membawa banyak barang. Matanya nampak membengkak tanda tangisnya semalam. Ia keluar dari kamarnya dan memandang kamar raffi dengan sedih.  Air matanya kembali jatuh. Ia segera menyapu air matanya. Ia mulai memandang kesekeliling rumahnya. air matanya kembali jatuh. Ia turun kelantai bawah. Ia memandang dapur, tempat yang sangat mungkin ia rindukan. Ia memandang kesekililing rumah itu. Nampak raut kesedihan diwajahnya. ia lalu melihat kearah aquarium kecilnya. Ia berjalan mendekati aquariumnya.
“hai meli. Kamu lapar?” ucap gigi, sambil mengambil makanan dan memberi makan ikan kesayangannya itu. Ia memberi makan meli sambil menangis.
“jangan nakal yah. Mama harus pergi. Maafkan mama tidak bisa membawamu. Mama mungkin tidak akan bisa melihatmu lagi! bye meli” ucap gigi menyapu air matanya dan memakai kaca mata hitamnya. Ia kembali melihat kesekeliling dapur. Ia sekali lagi berbalik melihat kesekeliling rumahnya.
“selamat tinggal!” ucap gigi lalu beranjak kearah pintu. Saat ia hendak keluar, ia kembali melihat kedalam rumah. Ia menyapu air mata dibalik kaca mata hitamnya, dan menutup pintu rumahnya. ia menatap kunci rumah tersebut. Ia tidak mencabut kunci tersebut dari lubang kuncinya. Ia meninggalkannya begitu saja dan berjalan menjauhi rumah dan naik kedalam taxi yang sedari tadi menunggunya. Raffi yang melihat gigi dari lantai atas, melihat kearah luar melalui jendela. Ia melihat taxi yang membawa gigi meninggalkan rumah mereka. raffi memasukkan tangan kesaku celananya, matanya mulai berkaca2.
“heh,,,dia pergi.” Raffi masih melihat keluar jendela. Air matanya jatuh. Ia lalu segera menyapunya. Ia turun kebawa. ia melihat kearah aquarium dan menyapa meli.
“hai,,,sekarang kita tinggal berdua. Sepi yah! Apa kamu sudah merindukannya? Papa mulai merindukannya. Tapi apa yang bisa kita lakukan. Kita akan bahagia kan!” raffi sambil menunduk mulai bicara dengan ikannya. gurat kesedihan sangat jelas terlihat diwajahnya. ia lalu duduk dikursi meja makan. Ia menatap kosong kedeppan. Terdiam, itu yang dilakukannya sekarang.
“dia bahkan pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal. Hahhh...” guumam raffi pelan.
“aku tau makanan kesukaanmu, kamu suka mie goreng dan bakso. Aku tau warna kesukaanmu. Hitam dan putih. Aku tau movie kesukaanmu, titanic. Aku mencintaimu, itu satu alasanku agar kamu tetap disampingku. Hanya satu alasan itu.” Gumam raffi dengan mata yang memerah dan mulai berair. Ia melihat kearah aquarium lagi. meli yang berenang kesana kemari, cukup menghibur raffi.
“hei, apakah alasan itu tidak cukup. Tapi, papa tidak bisa mengatakan itu. Jika papa mengatakan itu, papa akan kembali menyusahkannya. Iya kan! Apakah ini hukumanku? Hm,,,” ucap raffi pada ikan tersebut.
“dia kemana? Apakah kamu tau? Apakah, kita tidak akan melihatnya lagi? apakah dia pergi jauh? Setidaknya dia mengatakan mau kemana. Apakah aku harus mengejarnya? Apakah aku harus manahannya untuk jangan pergi? Apakah aku harus mengatakan bahwa aku mencintainya? Tapi, bagaimana aku bisa melakukan itu. Dia bahkan tidak pernah memandangku. Iya kan! Hah,,,hiks” ceracau raffi yang mulai berantakan. ia jatuh tersungkur didepan aquarium.
“perasaan ini lebih menyakitkan dari kehilangan kak nisya!” ceracau raffi lagi.
***
Gigi menatap kosong keluar jendela. Sesekali ia menyapu air mata dibalik kaca mata hitamnya. Ia melihat buku yang berjudul ‘heart’ yang selalu dibacanya. Ia membuka beberapa lembaran dan menulis beberapa bait yang menggambarkan perasaannya saat ini.
Dimanakah aku sekarang
Tidak ada celah lagi untuk ku menyusupi bayangmu.
Meninggalkanmu mungkin adalah hal yang benar
namun aku sudah kalah
kalah pada cintaku
hanya jasadku yang kini kubawa pergi
hatiku sudah kutinggalkan disana
tempat yang mungkin pantas ataupun tidak
merenung dibalik kaca
menatap kosong jalan yang sepi
merajuk, menyayat tanpa ampun
hati yang kusimpan mungkin berdarah terluka dalam
hatiku, apakah sama dengan hatimu?
Ingin kupertanyakan itu
Namun, aku tak bisa.
Tulis gigi. ditulisan terakhirnya, air matanya jatuh membasahi bukunya. Ia menyapu air matanya dan kembali menatap keluar jendela. Dalam waktu satu jam, taxi yang ditumpangi gigi akhirnya sampai di bandara soekarno hatta.
“neng, udah sampai” ucap supir taxi itu membuyarkan lamunan gigi.
“oh. Iya pak!” jawab gigi dengan suara yang parau. Ia pun mulai turun dan mencari keberadaan nanda. nanda berdiri didepan keberangkatan luar negeri. Tatapan gigi berhenti pada nanda yang melambaikan tangannya kearah gigi. ia pun berjalan mendekati nanda.
“apa kamu yakin?” tanya nanda.
“iya!” jawab gigi singkat. Nanda menatap gigi dengan sendu.
“ayo kita masuk. Pesawatnya sudah mau berangkat” tambah nanda. gigi tidak menjawab, hanya mengikuti nanda. Nanda membantu membawakan tas ransel gigi. ia sesekali melihat kearah gigi. tidak ada pertanyaan dari nanda. gigi terus diam. Saat hendak meninggalkan bandara, gigi berbalik melihat pintu keluar. Nanda yang melihat hal tersebut mendekati gigi.
“masih ada waktu. berlarilah keluar jika kau ingin.” Ucap nanda. gigi masih saja diam.
“tidak perlu kembali. ayo kita pergi.” Ucap gigi sambil menyapu air mata dibalik kaca matanya.
***
Raffi disofa ruang tamu sambil menatap kosong kedepan. Bunyi HP yang terus berdering tdak dihiraukannya. Begitupun dengan bunyi telpon rumah. Raffi seakan tidak mendengarnya. Pak munawar yang sedari tadi mencoba menelpon raffi nampak panik. Begitu pula dengan mama amy.
“ini bagaimana ma?” tanya pak munawar.
“mama juga tidak tau pa. apakah raffi baik2 saja? Mama khawatir?” ucap mama amy yang terlihat sedih. Pak munawar memeluk istrinya itu.
“semuanya akan baik2 saja. Mama tenang yah!” ucap pak munawar menenangkan mama amy. Shahnas yang melihat hal tersebut ikut menangis. pesta ulang tahun ahmad group, sebentar lagi dimulai. Orang yang paling diharapkan hadir adalah raffi sebagai CIO dan calon penerus ahmad group, namun yang ditunggu2 tak kunjung datang. Para tamu satu persatu mulai hadir. Termasuk mami popon.
***
“apakah kita harus pergi pa?” tanya mama rieta kepada pak gideon dirumahnya.
“papa sudah tidak punya muka lagi ma. Suruh caca saja untuk mewakili kita.” Ucap pak gideon.
“tapi...” tambah mama rieta.
“tidak ada tapi2an ma. Suruh caca saja yang kesana. Bunga ucapan selamat sudah papa kirim. Kita tidak perlu pergi kesana!” tambah pak gideon. Mama rieta mulai menangis. caca yang melihat mamanya menangis juga ikut bersedih. Caca memencet hp nya dan coba menghubungi kakaknya.
“mba,,,,ada apa sih. Kenapa dari semalam no mba gak bisa dihubungin.” Ucap caca yang terus mencoba menghubungi no gigi.
***
“gimana bos?” tanya asisten robi yang sering mengikutinya.
“semuanya sudah beres. Bom terakhir telah dilempar, tinggal menunggu ledakannya saja.” Jawab robi sambil tersenyum licik membaca sms yang dikirim oleh gigi.
‘aku sudah meninggalkannya. Aku sudah menepati janjiku. Sekarang tepati janjimu.’
“aku masih tidak mengerti bos? Jadi bos akan menepati janji bos?” tanya asistennya.
“yah, aku akan menepati janjiku. Tapi aku akan mendapatkan lebih. Karena raffi sendiri yang akan melepaskan semuanya” jawab robi.
“maksud bos?”
“aku sengaja memberi tau semuanya kepada gigi sebelum semuanya terlambat. Gigi pikir raffi mencintai naura. gigi yang mencintai raffi, akan meninggalkan raffi karena cintanya. Dan raffi, akan meninggalkan semuanya, juga karena cintanya. Dan, aku yang akan mendapatkan semuanya. Ahahaha” tawa licik robi. Asistennya hanya ikut tertawa sambil terus menyetir mobil, entah mengerti atau tidak dengan apa yang dijelaskan robi. Selang beberapa menit, mobil robi memasuki rumah besar keluarga raffi.
“ayo kita turun. Dan mari kita lihat apa yang akan terjadi. Bummmmm,,,ahahahah” ucap robi lalu turun dari mobil dengan senyum puasnya.
“ayo kita msuk” ucap robi lagi. didalam rumah sudah banyak kolega ahmad group dan keluarga besar raffi.
“raffi kemana?” tanya deni kepada irwan.
“entahlah. Seharusnya dia sudah datang dengan gigi!” jawab irwan sedikit khawatir.
“apa kita jemput saja?” ucap billy.
“tidak perlu. Kita tunggu saja dulu!” jawab irwan sambil meminum minumannya. Semua orang sudah mulai bertanya2, kemana raffi dan juga gigi.
“raffi kok belum ada? Oma ingin melihat cucu menantu oma. Oma rindu, sudah cukup lama. Mereka belum datang?” tanya mami popon kepada pak munawar dan mama amy. Mama amy hanya tersenyum sedih dan tidak tau harus menjawab apa.
“emm, mungkin sebentar lagi mereka datang. Mama tunggu sebentar yah” ucap pak munawar lalu meninggalkan ibunya dengan mama amy. Pak munawar memanggil pak roni.
“cepat kamu jemput raffi. paksa dia datang kemari. Mengerti!” bisik pak munawar kepada roni.
“siap bos” jawab pak roni lalu pergi meninggalkan pesta disore itu. Robi memasuki pesta dengan wajah sombongnya.
“hai irwan. kalian semua disini! Baguslah!” ucap robi kepada irwan dan kawan2nya lalu pergi begitu saja.
“apa2an sih robi. Aneh banget!” ucap deny. Irwan hanya diam.
“ada yang aneh. Aku mulai khawatir pada raffi.” ucap irwan. deni dan billy hanya diam seperti merasakan keanehan dipesta hari ini.
***
Tidak butuh waktu lama, pak roni akhirnya sampai dikediaman raffi dan gigi. pak roni melihat kunci rumah raffi diluar.
“kenapa kuncinya diluar!” pak roni membuka pintu rumah raffi.
“tuan raffi!” teriak pak roni. Ia hendak masuk kedalam, namun langkahnya berhenti saat melihat raffi terbaring disofa dengan baju yang masih sama seperti semalam. Cambang ipis yang mulai tumbuh disekitar wajahnya. Raffi nampak berantakan.
“tuan raffi!” panggil pak roni membangunkan raffi. namun raffi masih belum juga bangun. Pak roni akhirnya memanggil sambil menggoyangkan tubuh raffi.
“tuan raffi. tuan!” panggil pak roni lagi. raffi mulai membuka matanya dan melihat kearah pak roni. Ia bangun dan kini ia sudah duduk disofa.
“ada apa?” tanya raffi.
“tuan dan mba gigi, dipanggil bapak untuk datang kerumah. Pestanya sudah dimulai tuan. Semua orang sedang menunggu tuan dan mba gigi. sebaiknya tuan mandi dulu.” Ucap pak roni kepada raffi. raffi masih menatap dengan tatapan kosong.
“ulang tahun ahmad group. Hahh, ayo kita pergi!” ucap raffi yang mulai beranjak dari duduknya. Raffi hampir terjatuh, pak roni langsung menangkap tubuhnya. Tubuh raffi menjadi lemas karena belum makan seharian ini.
“emmmm, tuan tidak apa2?” tanya pak roni dengan khawatir.
“aku tidak apa2. Ayo kita pergi!” ucap raffi. penampilan raffi nampak sangat berantakan.
“emm, tuan tidak sebaiknya, tuan mandi dulu dan ganti baju!” ucap pak roni lagi.
“bukankah kamu katakan, aku sudah ditunggu. Ayo...bajuku tinggal kumasukkan lagi. rambutku tinggal dirapikan seperti ini. aku sudah rapi kan! Ayo cepat!” ceracau raffi dengan tampang seperti orang mabuk.
“mba nagita...” tanya pak roni lagi.
“jangan tanyakan dia. Aku kan yang kalian butuhkan! Ayoooo” ajak raffi lalu berjalan keluar. Pak roni akhirnya mengikuti raffi keluar. Seperti permintaan pak munawar, ia hanya harus membawa raffi kepesta. Hari sudah mulai malam, raffi hanya duduk dimobil tanpa berkata apapun.
***
“raffi kok belum datang om? Tium lilin dan potong kuenya kapan dilakukan” tanya robi kepada pak munawar.
“sebentar lagi pasti raffi datang!” jawab pak munawar dengan wajah khawatir.
“benarkah. Pestanya seharusnya sudah dimulai dari tadi. Apakah ada masalah?” tanya robi lagi. pak munawar menatap kearah robi, tidak tau harus menjawab apa. Tiba2 raffi masuk dengan penampilan yang sangat berantakan. Semua orang kaget melihat raffi yang begitu berantakan. Raffi mengeluarkan senyumnya. Irwan, deny dan billy yang melihat penampilan raffi juga tidak kalah kagetnya.
“apakah semuanya sedang menungguku. Maaf aku lama. Ada beberapa masalah yang harus diselesaikan” ucap raffi sambil berjalan memasuki pesta.
“hai papa. Selamat ulang tahun ahmad group!” ucap raffi dengan kelakuan anehnya.
“apa yang terjadi padamu raffi. kenapa,,,kenapa kamu jadi seperti ini?” tanya pak munawar. Mama amy mendekati raffi.
“kamu kenapa sayang. Hahhhh, ini baju yang kamu pakai semalam?” tanya mama amy khawatir sambil memegang pipi raffi, memastikan anaknya baik2 saja.
“raffi baik2 saja ma. Mama jangan khawatir” ucap raffi sambil memeluk ibunya.
“kenapa penampilanmu jadi seperti ini raffi. ini persta perayaan besar ahmad group. Kamu seperti tidak menghormatinya.” Tanya robi dengan sinis. Raffi melpaskan pelukannya. Dan memandang dengan slengean kearah robi.
“kamu tidak tau ini trend baru,,hahah,,,aku seperti ini karena aku menghormati ahmad group” jawab raffi.
“raffi mana cucu menantu oma?” tanya mami popon. Raffi langsung tersenyum saat melihat omanya.
“omaaaaaa....” ucap raffi lalu memeluk omanya.
“kamu ini kenapa. Mana istri kamu?” tanya mami popon lagi. raffi memandang omanya sambil tersenyum sedih.
“entahlah!” raffi menjawab singkat lalu memeluk omanya. Mami popon seakan tau apa yang sedang dialami cucunya. Raffi lalu melepaskan pelukannya.
“oh,,,raffi harus tiup lilin oma. Iya kan pa!” ucap raffi lagi.
“mana kuenya. Ayo cepat bakar lilinnya. Aku ingin sekali meniup lilin itu. Ahmad group,,,,ahahaha,,ahmad group,,,iya kan pa? ayo cepat!” teriak raffi seperti orang mabuk. Semua orang mulai saling berbisik melihay tingkah raffi. robi mulai tersenyum, merasakan kepuasan. Irwan, deni dan billy nampak sangat khawatir. Merekapun mendekati raffi.
“fi,,kamu baik2 saja!” tanya deni kepada raffi. raffi menoleh melihat kearah teman2nya.
“owh,,sahabat2 ku. Tentu saja aku baik2 saja. Aku adalah raffi ahmad. Calon pemilik ahmad group. Benarkan robi?” teriak raffi menunjuk kearah robi. Robi tersenyum sinis.
“mana kuenya,,,ayo cepat!” teriak raffi lagi. keluarga dan temannya nampak sangat khawatir melihat tingkah raffi. papa munawar nampak marah melihat kelakuan anaknya. Shahnas memeluk ibunya yang mulai menangis.
“cepat mana kuenya. Aku hanya harus meniupnya kan. Meniup, dan memotong kuenya, lalu guberikan kepada kalian semua. Harta berharga milik pak munawar!” ceracau raffi.
“raffi,,,jaga perilakumu. Kamu ingin membuat malu keluargamu!” teriak pak munawar kepada raffi. raffi menatap kearah papanya dengan tatapan yang begitu emosi. Mata raffi mulai memerah.
“dia sudah cukup membuat malu om. Sebaiknya dia keluar saja dari sini!” tambah robi. Raffi yang mendengar hal tersebut hanya tertawa. Ia tertawa, namun air matanya keluar.
“pak roni. Bawa raffi kedalam!” perintah pak munawar. Irwan deni dan billy, terlihat sangat khawatir.
“raffiii....kamu kenapa?” tanya irwan. raffi masih terus tertawa.
“apa yang akan kamu lakukan? Jangan sentuh aku!” teriak raffi saaat pak roni hendak menarik tangannya.
“aku hanya ingin bicara dengan papaku. Apakah tidak boleh” raffi melihat tajam kearah papanya.
“apa aku sekarang membuat papa malu?” tanya raffi kepada papanya. Papa munawar yang masih sangat emosi. Kembali menyuruh pak roni untuk membawa raffi kedalam.
“jangan sentuh aku” raffi kembali berteriak. Mama amy menangis sambil memeluk shahnas. Ia tidak sanggup melihat apa yang dilakukan anaknya.
“aku membuat papa malu kan! Ayo cepat jawab pa?” ucap raffi dengan mata yang memerah.
“masuklah kedalam raffi. cepat masuk!” teriak pak munawar.
“kenapa aku harus mendengarkan papa. Papa tau, aku sangat membenci papa saat ini. sangat membenci papa.” Ucap raffi.
“kamu membenci papamu ini. yang telah memberikan segalanya padamu!” teriak pak munawar.
“apa yang telah papa berikan padaku” teriak raffi balik.
“ahmad group? Aku tidak menginginkan ahmad group. Papa tidak pernah bertanya aku akan menjadi apa. Apa aku robot yang papa gerakan sesuka hati papa. Apa yang papa berikan padaku?” teriak raffi dengan mata yang memerah.
“anak kurang ajar” ucap papa munawar geram dan menampar raffi. raffi mengangkat kepalanya.
“hah,,,,,tampar lagi pa,,,tamparrrrrrrr” ucap raffi, air matanya jatuh.
“tampar raffi....pukul raffi pa.....bunuh raffffiiiiiiii....ayo paaa” teriak raffi sambil menarik bajunya. Mengarahkan tangan ayahnya untuk menamparnya.
“raffiiii” teriak pak munawar.
“kenapa pa,,,kenapa,,,,apa yang raffi punya...tubuh ini pun milik papa kan. Lakukan apapun pada tubuhku. Membunuhnya pun halal buat papa kan. Lakukan pa...papa puas sekarang...dia meninggalkanku.seseorang yang papa masukkan kehidupku. Dari aku menolaknya sampai menerimanya. Sekarang dia meninggalkanku. Papa puass! Papa puas! Hahh,” Ucap raffi, tangisnya tumpah. Pak munawar mengatur emosinya sambil memegang tangan raffi yang menggenggam jasnya.
“apa yang aku punya. Aku sejenak merasa memilikinya. Papa memasukan dia dalam kehidupannku. Memaksku untuk bersamanya. Mengatur dia untukku. Dan sekarang dia meninggalkanku.” ucap raffi sambil tersungkur kelantai. Ia lalu berdiri.
“hei,,kalian mau tau,,,aku raffi ahmad..aku ditinggalkan oleh seseorang yang aku cintai, karena aku tidak bisa menjaganya. Aku,,,raffi ahmaddd,,,,hahhhh,,,” ucap raffi ahmad ditengah pesta pada semua orang yang ada disitu.
“aku mencintainya..dan dia meninggalkanku...ini sungguh menyakitkannn” tambah raffi. matanya memerah karena air mata yang terus jatuh dipipinya.
“kau robi...kau menginginkan ahmad group kan. Ambillah,,,aku tidak menginginkan semuanya..ambillah..hm,,,ambillah” ucap raffi dihadapan robi.
“aku,,,tidak menginginkan harta papa. Sesuatu yang berharga pernah papa berikan padaku, sudah meninggalkanku. Aku tidak memiliki apa2 lagi.” tambah raffi. ia lalu berjalan meninggalkan pesta.
“sekali kamu meninggalkan rumah ini, jangan pernah kembali kesini” ancam papa munawar. Raffi tidak menghiraukan perkataan ayahnya, ia tetap berjalan meninggalkan pesta. Mama amy berlari mengejar raffi. namun pak munawar manrik tangan mama amy.
“pa,,raffiiii” isak mama amy.
“biarkan. Kita lihat sampai dimana dia bisa melewwati ini” tambah pak munawar. Ia lalu berlalu meninggalkan pesta. Mama amy hanya bisa menangis. begitu pun dengan mami popon dan shahnas. Irwan, deni dan billy keluar untuk mengejar raffi.
“seperi dia belum jauh. Dia tidak membawa mobil!” ucap irwan, lalu masuk kemobilnya.
“ayo cepat!” tambah deni. Irwanpun menjalankan mobilnya meninggalkan rumah raffi. belum jauh dari rumah raffi, raffi nampak berjalan sambil menundukkan kepalanya.
“dasarr!” ucap irwan. ia lalu menepikan mobilnya didepan raffi.
“raffi” panggil deni. Raffi yang begitu acak2an menatao teman2nya dengan tatapan sedih.
***
“dia belum mau makan?” tanya deni kepada irwan. mereka membawa raffi keapartemen irwan.
“belum. Dari semalam dia belum makan. Entah sejak kapan dia belum makan” jawab irwan.
“loe udah tau...ada apa dia dengan gigi?” tanya deni lagi.
“aku tidak tahu lebih jelasnya. Terakhir kali aku bertemu dengannya, katanya dia akan mengatakan perasaannya kepada gigi. aku tidak tau kalau jadi seperti ini.” jelas irwan. deni nampak berfikir.
“mungkinkah zaskia tau?” tambah deni lagi.
“entahlah. Kia bercerita apa2 padaku. Biasanya dia selalu cerita apa yang terjadi pada gigi. tapi kali ini tidak.
“hmmm, aneh. Tapi ngomong2, si billy mana?” tanya deni.
“tadi raffi nyariin si meli. Aku suruh saja si billy kesana buat bawa meli kesini.” Jawab irwan.
“owhh,,,meli itu apa?” tanya deni yang tidak tau.
“ikan peliharaan mereka den! Udah ah, aku mau lihat keadaan si raffi! itu anak mau mati apa yah.” Ucap irwan lalu meninggalkan deni sendirian.
“hmmmm, kenapa cinta si raffi jadi seperti ini sih. Pusing pala gue” ucap deni sambil mengacak2 rambunya.
***
Preview part selanjutnya.
3 tahun kemudian.
“hai, nama gue raffi” ucap raffi pada seorang gadis yang duduk didepannya. Belum juga gadis yang ada didepannya memperkenalkan diri, raffi kembali bicara.
“Em,,aku tidak suka wanita yang tidak bisa memasak. Aku tidak suka makan diluar. Aku lebih suka makan dirumah. Oh iya, apa kamu tau, aku mantan pewaris ahmad group. Aku sebelumnya sudah punya istri. Istriku lari karena tidak tahan denganku. Sekrang aku bekerja bersama temanku. Membangun bisnis kecil2an.” Ucap raffi sambil tersenyum dan menaikkan kedua alisnya.

Jangan lupa like dan commentnya....hehehe...semoga suka yah.

6 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Suka bangeeet cerbungnya mbak..
    Dtunggu next partnya

    BalasHapus
  3. Say lagi dong post nyaaaa.. longweekend neeeh... ga sabar raffi n nagita disatukan...... ayo dongs... hikshiks

    BalasHapus
  4. Saaayyyy. Ayo doongg mohn bgtt

    BalasHapus
  5. Saaayyyy. Ayo doongg mohn bgtt

    BalasHapus