Ost
part ini Dayana Amerda-Cinta Dalam Diam (Ost Gigi), Melly Goeslaw Ft Ari Lasso-Apa
artinya Cinta (ost Gigi, Raffi), Tangga- Utuh, Melly Goeslaw-Paling Tidak.
“Dalam
Diam Kau Curi Hati Ku”
Part
23
***
“kapan kita akan bertindak?” tanya seorang pria yang berpakaian rapi
memakai jas hitam.
“sebentar lagi, sebentar lagi. Aku akan membuatnya bertekuk lutut
dihadapanku. Kita lihat dulu, sampai dimana kekuatannya. Setelah itu, bummmm,
kita ledakkan bom waktunya, hah. Seperti bom nuklir, yang akan meluluh
lantahkan semuanya. Ahahahah, raffi ahmad,semua yang kau miliki, akan menjadi
milikku, aku tidak sabar untuk melihatnya” tawwa seorang pria dengan nada penuh
dendam duduk dibalik kursi hitamnya.
***
“sekarang bagian kaki, ok” karena matanya tertutup, ia tidak dapat
melihat botol sampo yang ia letakkan dilantai sebelumnya, dan tidak sengaja ia
menginjak botol shampo tersebut, ia berusaha menyeimbangkan tubuhnya, raffi
dengan reflek menarik tubuh gigi yang akan jatuh kebak mandinya, dan airpun
berhamburan keluar dari bak mandi raffi saat gigi jatuh diatas tubuh raffi,
masih dengan mata tertutup. gigi langsung membuka tutup matanya, tubuhnyapun
telah basa, dengan wajah kaget ia menatap wajah raffi yang tepat berada
dihadapnnya, begitupun dengan raffi. jantung mereka berdegup begitu kencang,
sudah kedua kalinya dihari ini. raffi mendekatkan wajahnya kewajah gigi, wajah
gigi memerah, jantungnya berdegup begitu kencang.
“apa kamu begitu suka berada diatasku!” ucap raffi, gigi masih bingung
dengan perkataan raffi.
“ah,,,raffi!” panggil gigi.
“em”
“apa kau, tidak memakai celana?” tanya gigi dengan wajah sedikit aneh,
wajah raffi sedikit berfikir, melihat posisi gigi yang berada diatasnya,
kemudia ia kembali melihat wajah gigi.
“ti...dak” jawab raffi dengan ekspresi menggoda, sontak saja wajah
gigi menjadi memerah.
“raffiiiiiiiiiiiiiiiiiii” teriak gigi yang langsung berdiri dan
melompat dari bak mandi raffi.
“ah, siallll, uhhhhh,,,sial sial sial” gerutu gigi menutupi wajah
malunya dan keluar dari kamar mandi raffi, sedangkan raffi tertawa puas
mengerjai gigi.
“ahaaaahahaha, haduh, gigi. lugu banget sih. Tentu saja aku pakai
celana. Mana mungkin aku membuka semua celanaku disaat aku dimandikan seorang
wanita cantik, cantik,,,aaaaahhh, cantik darimananya, uhhh, sadar raffiii” ucap
raffi memukul wajahnya.
“aduh, kenapa hal seperti ini bisa terjadi sih. Semua ini gara2
dia,,huft, aihhh.” Gigi berusaha mengatur nafasnya, masih dikamar raffi. ia
lalu sadar dengan bajunya yang telah basah.
“huft,,,baju basah, kan aku sudah mandi. Gara2 tuh manusia purba
nih....aishhhh” gerutu gigi.
“giiii, aku kan belum selesai mandi. Selesain dulu baru pergi!” teriak
raffi dari dalam kamar mandi. Gigi yang masih kesal tidak menjawab panggilan
raffi.
“giiii, tadi aku cuman bercanda kok. Giiiii” teriak raffi sambil
melihat kearah pintu kamar mandi dengan wajah khawatir gigi akan
meninggalkannya, tiba2 gigi muncul dengan wajah seperti ingin menelan raffi.
raffi hanya tersenyum seperti anak kecil yang senang melihat ibunya kembali.
“benar2 yah, hahhhhh” gigi melihat raffi dengan tatapan seperti tidak
percaya, sedangkan raffi hanya terus tersenyum.
“ayo cepet, ini showernya” raffi memberikan shower ke gigi, gigi terus
memandang raffi.
“cepet” mohon raffi.
“aku tidak percaya masih mau melakukan ini. sini cepet” gerutu gigi
yang sungguh sangat kesal, sedangkan raffi hanya terus tersenyum.
“pelan2 gosoknya” pinta raffi dengan lembut, gigi menatap raffi dengan
tatapan aneh.
“kalaw dari tadi aku tidak memakai tutup mata, pasti kamu sudah
selesai mandinya. Ini, pakai acara tutup mata lagi. hahhhh” geram gigi, raffi
hanya memonyongkan bibirnya seperti anak kecil. Setelah selesai memandikan
raffi, raffi memakai handuknya, menutupi bagian bawah tubuhnya. Gigi membantu
mengeringkan tubuh raffi bagian atas, dan membantu menyangga tangan kanannya.
“coba gerakkan jari2mu, biar gak kaku” perintah gigi raffi pun
menggerakkan jari2 tangan kanannya.
“kita rontgen sekali lagi, kalau retakannya sudah mulai membaik, kamu
belajar kembali menggerakkannya.” Ucap gigi.
“siap bos!” ucap raffi dengan memberi hormat dengan tangan kirinya.
“sisa satu lagi, cepet duduk, aku potongin janggut sama cambangmu”
ucap gigi, sambil menyuruh raffi duduk dikursi depan cermin, masih didalam
kamar mandi raffi.
“gak usah. Kan seksi kayak gini” goda raffi.
“hah, duduk, cepet” perintah gigi lagi.
“iyaaa” raffi pun akhirnya duduk mengikuti perintah gigi.
“ini pakai yang mana dulu. Em, biasanya pakai yang kayak krim itu
yah.” Tanya gigi.
“ini. tapi tunggu sebentar, kamu pernah melakukan ini sebelumnya?”
“menurutmu? Yah blom lah. Emang aku motongin cambang siapa.”
“oh, kamu tidak akan melukaiku kan!” raffi nampak khawatir.
“aku usahakan!”
“apa!”
“ayo cepet. Jangan lambat. Diolesin kayak gini kan!” gigi pun
mengolesinya ke cambang raffi, janggut dan kumisnya. Dengan teliti dan telaten.
“ini buat cukurnya” tambah raffi lagi.
“hati2, awas kalau kamu sampai ...” belum juga raffi menyelesaikan
kata2nya, gigi langsung mencukur cambang sebelah kanan raffi.
“pelan-pelan” ucap raffi lagi.
“iya, jangan bawel.” Jawab gigi, yang tetap fokus mencukur cambang
raffi. raffi kembali dapat menikmati wajah gigi dari dekat, kali ini ia dapat
melihat setiap lekuk wajahnya, matanya, hidungnya, bibirnya, dagunya, dan,
senyumannya.
“hahhh, berhasil kan!” sambil tersenyum karena telah berhasil
menyelesaikan cambang raffi yang sebelah kanan. Raffi terus menatap wajah gigi.
gigi tetap fokus dengan pekerjaannya.
“owh, maaf,,” gigi melihat wajah raffi, raffi menatap wajah gigi,
bertanya kenapa ia meminta maaf.
“em” tatap raffi penuh pertanyaan.
“gak papa!” ucap gigi, melap darah dibawah dagu raffi.
“emang gak kerasa, gak papalah” ucap gigi kembali melanjutkan
pekerjaannya. Ia membersihkan seluruh cambang dan janggut raffi. ia lalu duduk
dihadapan raffi, membersihkan dengan hati2wajah raffi.
“wah, sudah bersih” ucap gigi dengan senyuman mengambang dibibirnya.
Raffi terus menatap wajah gigi.
“raffi,,” panggil gigi, namun raffi masih erus menatap gigi. gigi
merasa aneh dilihat raffi seperti itu, ia memperhatikan bajunya yang basah.
“dasar mesum, yahhhh” teriak gigi, lalu menjewer kuping raffi, raffi
yang kaget, hanya bisa berteriak kesakitan.
“yah,yayaa, apa2an sih gi. Sakit tau!” ucap raffi yang merasa
kesakitan.
“loe merhatiin apa?” ucap gigi sambil menutupi tubuhnya dengan
tangannya.
“astaga, hah, dasar. Otakmu yang mesum. Bukan gue. Bener2 yah” jelas
raffi, gigi berubah menjadi salah tingkah.
“habisnya, loe dipanggil gak nyahut2” jelas gigi sambil memeras
bajunya yang basah, raffi yang mulai sadar dengan kondisi gigi yang kebasahan
segera mengambil handuk. Ia lalu berusaha dengan tangan kirinya mengeringkan
rambut gigi, gigi sedikit kaget dengan sikap raffi, ia mentap raffi dengan
wajah bingung. Sedangkan raffi terus berusaha mengeringkan rambut gigi.
“entar kamu sakit lagi,” raffi mentap gigi, begitupun dengan gigi.
“kalau kamu sakit, aku yang bakal disalahin!” tambah raffi.
“sudah aku duga, tidak ada yang ikhlas dari sikapmu. Sini aku keringin
sendiri” gigi menarik handuk dari tangan raffi, lalu mengeringkan rambutnya
sendiri. Raffi memandang gigi, lalu ia kembali merebut handuk dari tangan gigi,
tanpa berkata apa2. Ia mengeringkan rambut gigi, gigi berusaha mengambil handuk
dari tangan raffi kembali, namun raffi tidak membiarkannya.
“cukup diam saja. Biarkan aku melakukannya kali ini, diamlah dan
dengarkan” ucap raffi sambil terus mengeringkan rambut gigi. gigi menatap raffi
dengan aneh.
“maafkan aku. Aku memang tak seharusnya berkata seperti itu dimalam
itu. Kamu adalah istriku. Tak seharusnya aku mengizinkanmu bersamanya, dan,
tidak seharusnya pula aku bersama orang lain, karena sekarang, aku adalah
suamimu. Walaupun tidak ada hak dan kewajiban didalam perjanjian kita, aku
berharap kita dapat menyelesaikan semua ini dengan tenang. Mulai sekarang, aku
akan berusaha menjadi suami yang baik untukmu. Maafkan aku jika sering
membuatmu bersedih. Hm!” ucap raffi, yang lalu mengeringkan leher gigi, dan menutupi
tubuh gigi dengan handuk tersebut. Gigi terus mentap raffi. beberapa detik
mereka saling bertatapan.
“em, ahh, aku, mau mandi dulu.” Ucap gigi gugup, menghindari tatapan
raffi dan berjalan keluar kamar mandi raffi.
“terima kasih” ucap raffi.
“ah, oh. Yah. Kita selesaikan semuanya dengan tenang. Akupun akan
berusaha menjadi istri yang baik, setidaknya Sampai batas waktunya, iya sampai
batas waktunya!” ucap gigi dengan senyuman. Namun dalam senyumannya terbesit
kesedihan.
“iya, sampai batas waktunya” tambah raffi dengan raut wajah yang
tadinya senang berubah menjadi sedih. Gigi berjalan menuju kekamarnya sambil
merenungkan perkataan raffi. setelah sampai dikamarnya gigi terdiam.
“hahhhhh, tidak lama lagi. semuanya akan berakhir.yah,” ucap gigi
meyakinkan dirinya sendiri. Raffi pun sedang merenung duduk diatas kasurnya.
“batas waktu, batas waktu.” Raffi menarik nafasnya dengan dalam lalu
berebahkan tubuhnya diatas kasurnya.
***
“hasil ro. Tangan bapak raffi sudah mulai membaik. Sudah boleh
digerakkan sekarang. Tapi jangan mengangkat barang yang berat dulu, karena
masih dalam masa pemulihan.” Jelas dokter spesialis ortopedi yang menangani
raffi.
“Alhamdulillah kalau begitu dok. Apa ada obat yang harus dia minum
lagi?” tanya nagita.
“iya, nanti saya kasih vitamin buat tulangnya, cukup 1x sehari. Cukup,
itu saja” jelas dokter itu lagi.
“terima kasih dokter!” ucap raffi sambil mengulurkan tangan kirinya.
“sama2. Cepat sembuh yah pak”
“terima kasih yah dok” tambah gigi, lalu mereka berpamitan keluar.
“wah, tanganku udah bisa digunakan nih.” Girang raffi yang mulai menggerak2an
tangannya keatas, kebawah, dikepalin, dan berbagai macam pose yang ditunjukkan
raffi.
“iya, jangan digituin. Entar dibebat lagi. diem” omel gigi yang gemes
melihat tingkah raffi. ia memegang tangan raffi agar tidak digerakkan lagi.
tanpa mereka sadari semua mata sedang memandang mereka.
“sini, coba aku lihat tanganmu. Nanti digerak2kin tiap pagi yah” ucap
gigi sambil memperhatikan dan memegang tangan raffi.
“iya. Udah kali pegang2nya!” ucap raffi kepada gigi.
“siapa juga yang megangin loe, ih” ucap gigi dengan wajah malu dan
berjalan menjauhi raffi.
“tungguin!” teriak raffi, namun gigi terus berjalan tidak menghiraukan
teriakan raffi.
“kita tebus obat kamu dulu” ucap gigi yang sedang menebus obat raffi
di apotik.
“pagi bu, lagi nganterin suaminya yah bu” tanya petugas apotik
tersebut.
“oh, iya. Em, tolong obatnya yah” jawab gigi.
“iya, ditunggu sebentar yah bu” ucap apoteker tersebut sambil
tersenyum melihat raffi dan gigi.
“gi, laper. Habis ini, hayu kita makan” rengek raffi.
“iya bentar!”
“jangan bentar, bentar. Bilang iya!”
“iya ih, jangan kayak anak kecil gitu” ucap gigi, yang mulai risih
dengan gaya raffi yang merengek seperti anak kecil.
“ini obatnya bu” ucap petugas apoteker tersebut sambil terus
tersenyum.
“em, ada yang lucu yah” tanya gigi yang merasa aneh dengan senyum
apoteker tersebut.
“tidak ada bu. Saya cuman senang melihat ibu dengan suami ibu. Itu
saja!” ucap apoteker tersebut dengan sopan.
“kenapa,kami serasi yah!” tanya raffi
“apaan sih kamu!” gigi melototkan matanya kearah raffi.
“tagihannya atas nama saya yah” tambah gigi kepada petugas apoteker
tersebut.
“iya bu” jawab apoteker tesebut.
“ayo pergi” gigi menarik tangan raffi.
“serasi kan!” ucap raffi tanpa bersuara kepada apoteker tersebut.
“iya pak, sangat serasi” ucap apoteker tersebut sambil mengangkat
kedua jempolnya, raffi yang ditarik oleh gigi juga ikut mengangkat jempol
tangan kanannya sambil terus tersenyum.
“ih, gi, entar tangan kiri aku yang patah!” gerutu raffi karena gigi
menarik tangan kirinya dengan keras. Tiba2 gigi berhenti, sampai2 raffi
menabrak belakang gigi dengan pelan.
“kalau mau ngerem itu bilang2” omel raffi.
“oh, apa kabar gi? Apa kabar raffi!” tanya nanda yang sedang berdiri
dihadapan mereka.
“baik nan. Kamu mau kemana?” jawab gigi. sedangkan raffi memandang
nanda dengan tatapan tidak suka
“aku mau ke IGD. Ada pasien yang harus aku lihat. Kapan kamu mulai
masukkerja lagi?”
“besok aku sudah mulai bekerja lagi. tangan raffi pun sudah sembuh”
tambah gigi.
“baguslah. Ada beberapa berkas yang harus kamu tandatangani.”
“iya” jawab gigi singkat.
“iya, dan mulai besok aku yang akan mengantar dan menjemputnya. Iya
kan sayang!” tambah raffi sambil terus tersenyum.
“apa2an sih loe!” bisik gigi pelan kepada raffi. raffi hanya tertawa,
begitupun dengan gigi yang hanya dapat tersenyum geli dengan sikap raffi.
“sepertinya tanganmu sudah banyak perbaikan!” ucap nanda kepada raffi.
“tentu saja. Aku sudah dapat menggunakannya dengan baik” ucap raffi
sambil merangkul pinggang gigi dengan tangan kanannya. Gigi nampak kaget, berusaha
menyingkirkan tangan raffi dari pinggangnya namun raffi tetap tidak memindahkan
tangannya. Nanda yang melihat hal tersebut hanya tersenyum kecut.
“kalau begitu aku duluan!” ucap nanda.
“silahkan!” jawab raffi sambil mempersilahkan nanda untuk pergi.
Setelah nanda hilang dari pandangan mereka, gigi menyingkirkan tanga raffi dari
pinggangnya.
“kamu apa2an sih.” Ucap gigi lalu berjalan meninggalkan raffi. gigi
berjalan dididepan menuju parkiran mobil. Sementara raffi hanya mengikut
dibelakang gigi.
“kamu takut si nanda bakal salah paham?” omel raffi sambil memasuki
mobil, gigi tidak menjawab. Ia memperbaiki duduknya dan melajukan mobilnya.
“huft, bisa tidak kamu diam sejenak!”
“bukan begitu, jadi terasa aneh!”
“apanya yang aneh?”
“sikap kamu itu, aneh tau!”
“aneh gimana!”
“yah, seakan kamu ingin menunjukkan bahwa aku ini benar2 istri kamu.
Aneh raffi!”
“kamu kan benar2 istriku!” jawab raffi, lalu menoleh melihat keluar
jendela. Gigi yang melihat raffi membuang muka, hanya diam dan terus melajukan
mobilnya. Tidak cukup beberapa lama, mereka pun sampai dirumah mereka.
“sudah sampai!” ucap gigi, memberikan tanda agar raffi turun dari
mobil, namun raffi masih tetap saja diam.
“ayo cepat keluar!” perintah gigi.
“tidak bisakah,,,,kita menjalaninya sepeerti pasangan suami istri pada
umumnya?” ucap raffi.
“bukankah semuanya akan berakhir! Bersikap seperti semuanya biasa2
saja, apakah itu akan baik2 saja? Untukku ataupun untukmu?” tambah gigi, raffi
menatap gigi.
“aku tidak perduli. Mau kamu mencintai nanda atau tidak, aku akan
berusaha menjadi suami yang baik untukmu. Jika kamu mencintainya, kamu bisa
bersamanya nanti, disaat kita, sudah berpisah. Tapi, sebelum semuanya berakhir,
aku, aku akan melakukan yang terbaik” ucap raffi dengan nada yang cukup tinggi
lalu keluar meninggalkan gigi. gigi menarik nafasnya dengan dalam.
“kenapa sih itu anak. Kesambet apa sih dia” gigi turun dari mobil dan
mengikuti raffi masuk kedalam rumah. Gigi mencari keberadaan raffi, namun tidak
didapatinya.
“suasana hatinya suka berubah tidak menentu, seperti cuaca aja” gigi
mendumel dan naik masuk kekamarnya.
***
Gigi sedang mengerjakan sesuatu diruang kerjanya, sampai tidak terasa,
haripun sudah mulai malam.
“yah ampun, sudah jam stengah 8? Wah bisa ngamuk tu makhluk, kalau gak
ada makan” gumam gigi, ia pun langsung keluar dari ruang kerjanya menuju dapur,
namun betapa kagetnya dia, melihat meja makan sudah terisi dengan makanan.
“siapa yang masak?” gumam gigi. tiba2 raffi muncul dari kamar mandi.
“eh, kamu sudah selesai kerjanya! Baru mau dipanggil buat makan malam.”
Ucap raffi dengan polosnya. Sementara gigi terdiam dalam kebingungannya.
“nah, sekarang ayo kita makan. Ayo duduk!” raffi mempersilahkan gigi
untuk duduk, namun gigi hanya melihat semua makanan diatas meja dan
memperhatikan wajah raffi.
“kenapa cuman dilihat! Ayo duduk. Makan!” tambah raffi lagi, yang kali
ini membantu menarikkan kursi untuk gigi dan membantunya untuk duduk. Ayam
goreng, tempe goreng, sambel terasi dan sayur asam sudah tersedia dimeja makan.
Gigi masih saja memperhatikan raffi.
“kenapa bengong terus sih! Atau, loe lagi kesambet! Hm!” ucap raffi.
“em, makanan ini, siapa yang buat?” gigi pun mulai bersuara, raffi
dengan wajah percaya dirinya mengembangkan senyuman yang lebar.
“aku lah. Siapa lagi. emang kamu lihat ada orang lain disini?” ucap
raffi penuh percaya diri.
“em, kamu, lagi gak kerasukan kan? Kerasukan hantu chef? Apa aku harus
mencari orang pinter atau kiai, untuk mengobatimu? Hah?” tanya gigi dengan
wajah yang cukup khawatir.
“maksud kamu?” raffi mulai menekukkan alisnya.
“yah, ini gak masuk akal. Atau, karena kamu makan shampo kemaren, jadi
diotak kamu ada gangguan. Ada syaraf kesumbat atau putus mungkin. Ayo kita
periksa!” ucap gigi lagi khawatir.
“astagaaa, yah sudah. Kalau menurutmu semua ini aneh, tidak usah
makan. Buang saja semua makanannya. Dasar yah, aku hanya berusaha menjadi suami
yang baik, tapi, tapi, ah sudahlah. Tidak usah makan! Makanannya buang aja”
emosi raffi berjalan menjauhi meja makan, gigi hanya melihat raffi dengan
tatapan aneh.
“dia kenapa sih, aneh banget.” Gigi mencium makanan yang ada
didepannya dan mulai mencicipinya.
“astaghfirullah, ini makanan atau, aw, rasanya aneh banget, asin, gak
jelas. Hah, dia suruh aku makan ini. dasarrrr” gerutu gigi. gigi pun berjalan
mencari keberadaan raffi. didapatinya raffi sedang duduk di depan kolam renang
dengan wajah ngambeknya. Gigi menarik nafasnya, lalu mulai mendekatinya.
“hey” panggil gigi, raffi hanya melihat gigi dengan ujung matanya.
“rafffi” panggi gigi lagi,
“apa” jawab raffi ketus.
“kamu lapar gak?” tanya gigi lembut.
“gak!”
“bener?”
“iya, gak” jawab raffi dengan emosi.
“masa aku makan sendirian.” Tambah gigi dengan ekspresi memohon. Raffi
melihat gigi dengan menyipitkan matanya dan melipat kedua tangannya didada.
“yah, padahal pengen makan bareng suami terbaikku!” mohon gigi dengan
ekspresi imutnya. Raffi berdehem, masih dengan melipat kedua tangan di dadanya.
Ekspresinya mulai berubah.
“yah, udah. Em, daripada nanti kamu gak makan, sini aku temani makan!”
ajak raffi yang menyembunyikan perasaan senangnya.
“berarti sekarang, kita makan makanan yang kamu buat!” ucap gigi
lembut. Raffi menyembunyikan senyumnya dari gigi.
“ayo duduk” raffi membantu menarikkan kursi untuk gigi.
“ini pertama kali dalam hidupku memasak tau. Sekarang ayo makan!” ucap
raffi dengan wajah senangnya. Gigi pun mulai makan makanan yang ada didepannya,
mulai dari ayam bakar, semua dicicipinya.
“gimana. Hm, rasanya gimana?” tanya raffi lagi.
“lumayan, masih bisa dimakan!” jwab gigi, sambil terus memakan
makanannya.
“lumayan. Lumayan tapi dimakan. Dasar” gerutu raffi sambil mencoba
hasil masakannya, raut mukanya mulai berubah, seperti ingin memuntahkan apa
yang ada dalam mulutnya. Sepertinya ia sudah tidak tahan lagi, ia pun membuang
semua makanan yang ada dimulutnya.
“kok kamu bisa makan sih. Udah jangan makan. Kita masak yang lain!”
ucap raffi, mengambil makanan yang ada dihadapan gigi dan membuangnya.
“kok dibuang sih!” ucap gigi.
“yah, ini makanan gak bisa dimakan. Kenapa kamu makan?” ucap raffi,
sambil memberikan gigi minum. Gigipun mulai tertawa.
“ahahahahahaha, raffi, raffi. udah deh, gak usah aneh2. Aneh banget
tau, kamu hari ini. udah, sekarang kamu duduk, aku buatin nasi goreng aja. Ok,
duduk diam” perintah gigi, yang mendorong tubuh raffi agar duduk dikursi. Raffi
pun mengikui perintah gigi, dan duduk diam melihat gigi membuatkannya nasi
goreng. Nasi goreng buatan gigi pun akhirnya jadi.
“taraaa, nih,, nasi goreng spesial buatan nagita slavina, khusus buat
suaminya yang katanya mau berubah jadi suami yang baik” goda gigi, raffi hanya
menarik nafasnya dan memakan nasi goreng buatan gigi.
“gi” panggil gigi ditengah aktivitas makan mereka.
“hm”
“em, kenapa, tadi, kamu tetep makan makanan yang aku buat. Padahal kan
rasanya kan gak enak!” tanya raffi, menghindari tatapan gigi, dan melanjutkan
makannya.
“em, kenapa yah. Em, Soalnya, aku tau rasanya, jika, kita sudah
memasak dengan ikhlas, dan orang yang memakannya malah berkata tidak
menyukainya, itu, sungguh tidak mengenakkan.” Jelas gigi, lalu melanjutkan
makannya. Raffi terdiam, ia memandang gigi.
“aku tidak akan melakukannya lagi!” ucap raffi.
“em!” gigi bingung dengan perkataan raffi.
“aku, akan memakan semua masakan yang kamu buat. Tanpa menggerutu
lagi” ekspresi raffi begitu tulus, gigi menatap raffi yang melahap habis nasi
goreng buatannya, ia mengeluarkan senyum kecilnya. (wahhh, apakah mereka mulai
merasakan ketulusan masing2,,,oh,,,ayo kita lanjut lagi).
Gigi duduk termenung didepan cermin kamarnya, dia melihat kalung yang
melingkar dilehernya, kalung dengan inisial “A”, ia memegang kalung tersebut,
senyum terus mengembang dibibirnya. Memikirkan semua sikap konyol raffi, tawa
pun sesekali mengembang dibibirnya. Begitupun dengan raffi, ia menarik selimut
menutupi tubunhya dengan senyuman. Begitulah malam kali ini terlewati, dengan
suka dihati mereka masing-masing (bulanpun ikut tersenyum, ehem, kata
penulisnya. Lanjootttt).
***
Matahari pagi mulai menyapa bumi, semua mulai bangun dan menjalankan
aktifitas keseharian mereka. Begitu pula dengan raffi dan gigi. raffi nampak
sedang memakai dasi, sedangkan gigi yang juga sudah rapi, sedang menyiapkan
sarapan untuk mereka berdua.
“ayo sarapan dulu” ucap gigi saat melihat raffi turun dari atas.
“ok” jawab raffi. setelah mereka sarapan, tidak lupa gigi memberi
makan si meli.
“ayo kita berangkat” ajak raffi.
“tunggu” panggil gigi, raffi menghentikan langkahnya, gigi mulai
mendekati raffi, dan memperbaiki dasi raffi yang kurang rapi.
“nah, gini kan cakep. Udah” ucap gigi setelah selesai merapikan dasi
dan jas raffi.
“oh iya, kamu mau naik apa keantor?” tanya gigi.
“naik mobil lah. Naik apa lagi!” ucap raffi.
“oh, yah udah. Kamu udah berani kan. Oh iya, bekal kamu” ggi kembali
berlari kedalam rumah. Raffi tetap menunggu didepan.
“ini bekalnya, buat makan siang!” ucap gigi yang meletakkan bekal
makanan raffi kedalam mobil raffi. raffi
memandang gigi dengan tatapan aneh.
“seperti katamu, kita akan berusaha menjadi suami dan istri yang baik
disisa waktu yang ada!” jelas gigi, terbesit kesedihan diraut wajah mereka.
“ok, hati2 bawa mobilnya” ucap gigi lalu berjalan menuju mobilnya.
“kamu mau kemana?” tanya raffi.
“mau kerumah sakit. Mau kemana lagi!”
“iya tau. Sekarang aku yang akan antar jemput dirimu. Ayo, naik
kemobil!” perintah raffi sambil membukakan pintu mobil untuk gigi. gigi yang
merasa aneh, akgirnya naik kemobil raffi.
“ayo kita berangkat!” ucap raffi dengan senyuman mengambang
dibibirnya. Tidak lama kemudian, mobil raffi pun sampai di NS hospital.
“em, makasih yah fi. Hati2 bawa mobilnya.” Ucap gigi sedikit canggung.
Raffi masih dengan senyuman diwajahnya melambaikan tangan kearah gigi.
“nanti sore aku jemput yah, dah. Assalamualaikum” ucap raffi lalu
melajukan mobilnya meninggalkan gigi yang masih bengong dengan situasi yang
sedang dialaminya saat ini. senyuman kecil mulai mengembang dibibirnya. Tiba2
ada mobil yang berhenti disampingnya.
“cie, cie, ada yang lagi seneng nih. Ciee, ahahaha” goda kia yang
melihat wajah gigi mulai memerah.
“apaan sih ki. Udah ah” ucap gigi dengan wajah malunya, berjalan
meninggalkan zaskia.
“ya elah, gitu aja pakai acara malu. Gi tunggu” ucap kia masih didalam
mobilnya. Bunyi klason mobil yang ada dibelekangnya, memaksa zaskia harus cepat
memarkirkan mobilnya.
“iya, iya, sabar napa” ucap zaskia. Gigi berjalan menuju kantornya,
zaskia berlari mengejar gigi dengan terengah2.
“ya Allah, gi, hahhh, pelan2 kali jalannya” ucap zaskia terengah2.
“ngapain loe lari2” tanya gigi, sambil membuka pintu ruangannya.
“ngejar loe lah, loe mah” ucap zaskia sambil mengatur nafasnya.
“loe gak dines?” tanya gigi lagi.
“dines, tapi masih ada waktu, 30 menit lagi” jawab zaskia.
“oh” ucap gigi singkat.
“Btw, gue gak salah lihat kan tadi?” tanya zaskia dengan wajah penuh
rasa ingin tau.
“emang loe lihat apa?” jawab gigi sambil mengatur beberapa berkas
dimejanya.
“pemandangan langka loe sama si raffi. diantarin kan loe? Pakai dada2
segala, terus pakai senyum2 aneh gak jelas pula!” selidik zaskia.
“apaan sih, biasa aja!” jawab gigi, berusaha senatural mungkin.
“ah, jangan bohong. Loe udah cinta kan sama si raffi! iya kan?”
selidik zaskia lagi.
“udah sana, loe mendingan dines. Daripada ngerjain sesuatu yang gak
jelas. Sana dines!” ucap gigi.
“hm, mencurigakan. Kalau ada berita bahagia, ngomong dong!”
“mau dines, atau..” ancam gigi.
“iya, iya. Hm, ok, aku kerja dulu. Tapi nanti kamu harus cerita, ok!”
ucap zaskia meninggalkan gigi sendiri.
“hmm, dasar” gigi pun melanjutkan pekerjaannya. Raffi pun telah sampai
dikantornya, dengan wajah ceria, ia menyapa semua pegawai yang ia temui.
“selamat pagi pak abdul, selamat pak toni” sapa raffi pada pegawai
yang ditemuinya.
“pagi pak, sudah sehat pak” jawab para kariawannya.
“udah dong” jawabnya sambil menujukkan tangannya dengan membawa kotak
makan siang yang disediakan gigi.
“pak raffi sehat.”
“sehat, Alhamdulillah. Pagi rossi” sapa raffi dengan ceria pada
sekretarisnya itu.
“pagi pak raffi. oh iya pak, ada yang sedang menunggu bapak diruangan
bapak!” ucap rossi.
“ok, baiklah” ucap raffi tanpa menanyakan siapa yang sedang
menunggunya. Ia pun berjalan menuju ruangannya, dan saat ia membuka pintu, ia
cukup kaget mendapati siapa yang ada dikantornya.
“robi” ucap raffi.
“selamat pagi bapak raffi. maaf, saya lancang menunggu bapak raffi
diruangan bapak!” ucap robi.
“oh, gak papa. Silahkan duduk.” Ucap raffi sopan sambil meletakkan box
makanan dan tasnya dimeja belakang kursinya.
“wah, sepertinya, istri anda mengurus anda dengan sangat baik” ucap
robi lagi. raffi tidak menanggapi perkataan robi, dan mencari bahan pembicaraan
lain.
“ada apa kamu kesini?” tanya raffi.
“owh, saya membawa berkas, untuk pembukaan cabang ahmad group di
bidang properti, dikota bandung nanti. Pak munawar, sudah mempercayakan kesaya
untuk pengurusannya. Dan sekarang saya butuh tanda tangan anda, bapak raffi!”
uccap robi dengan begitu sinis.
“letakkan saja berkasnya diatas meja, nanti saya pelajari. Maaf, saya
harus keluar untuk mengurus sesuatu!” ucap raffi.
“ok, silahkan dipelajari. Senang bisa bekerjasama dengan anda lagi,
bapak raffi” ucap robi dan berjalan keluar kantor, setelah robi keluar, raffi
pun ikut keluar dari ruangannya.
“raffi” panggil seseorang, raffi menoleh, mencari asal suara yang
memanggilnya.
“naura” raffi nampak kaget melihat naura ada dikantornya, dan disaat
yang bersamaan robi juga bertemu dengan naura.
“hai naura! Apa kabar?” tanya robi kepada naura.
“kak robi, em, baik. Kak robi apa kabar?” tanya naura lagi, wajah
raffi nampak khawatir.
“baik. Oh, kamu, punya urusan bisnis juga denga raffi?” tanya robi,
belum juga naura menjawab, raffi langsung memotong.
“em, iya, eh, kami punya urusan bisnis. Silahkan masuk naura!” ucap
raffi dengan wajah yang sedikit gugup, mempersilahkan naura masuk keruangannya.
“oh, bukankah kamu mengelolah butik, atau aku salah!” tanya robi lagi.
“ini berhubungan dengan kreatifitas, saya membutuhkan ide dia. Bukan
seperti yang kamu pikirkan” jawab raffi lagi.
“ohhh, hah, aku bertanya pada naura, kenapa selalu kamu yang
menjawabnya?” ucap robi lagi.
“maaf, tamu saya sudah menunggu” ucap raffi lalu masuk keruangannya
bersama naura.
“owh, sepertinya, pertunjukannya bakal seru nih, ahah” ucap robi lalu
berlalu pergi meninggalkan kantor raffi.
“kamu ngapain kesini sih!” tanya raffi kepada naura.
“raffi, aku mencari pacarku yang sudah tidak menghubungiku hampir
sebulan.” Jawab naura. Raffi terdiam.
“tapi, kenapa kamu harus kesini. Apa yang akan dikatakan orang2,
terlebih, terlebih lagi kak robi melihatmu. Kamu tau bagaimana kak robi kan!”
ucap raffi yang nampak khawatir.
“lalu aku harus mencarimu dimana raffi. apa aku harus kerumahmu? Saat
gigi ada disitu? Aku harus mencarimu dimana? Hampir setiap hari aku datang
kemari, menanyakan apakah kamu sudah masuk kerja atau belum. Dan, disaat aku
mulai senang karena bisa bertemu denganmu lagi, kamu malah bertanya, apa yang
aku lakukan? Aku sudah tidak mengerti lagi raffi.” ucap naura mulai menangis.
Raffi nampak begitu pusing.
“bukan begitu naura. Kumohon jangan menangis. Aku bingung. Aku hanya
ingin kamu bersabar, sampai semuanya selesai naura. Aku mohon. Jangan mebuatku
semakin bingung!” jelas raffi yang berusaha menenangkan naura.
“apa yang membuatmu bingung? Hah, apa yang membuatmu bingung raffi?
nagita, atau aku? Siapa yang membuatmu bingung?” tanya naura. Raffi terdiam.
“jawab aku raffi! jawab” tangis naura semakin menjadi, raffi hanya
terdiam.
“yah, dia membuatku bingung. Nagita membuatku bingung. Aku hanya ingin
menyelesaikan semuanya dengan tenang. Aku ingin kita putus untuk sementara
waktu!” ucap raffi, sambil menundukkan kepalanya.
“apa?”
“maafkan aku. Aku hanya tidak ingin terus menyakitimu.”
“apa? Kamu, lebih memilihnya. Dia, bukan siapa2mu raffi” tangis naura
dengan suaranya yang mulai bergetar.
“dia istriku. Dia istriku. Aku, hanya ingin menyelesaikannya satu
persatu. Kumohon, berikan aku jalan!” ucap raffi lagi, dan tiba2 satu tamparan
keras melayang dipipinya.
“maafkan aku!” ucap raffi lagi dengan wajah penuh rasa bersalah, dan
satu tamparan lagi melayang dipipinya. Naura berlari keluar dari ruangan raffi
dengan tangisnya, sedangkan raffi tersungkur duduk dikursinya. Ia menutup
wajahnya dengan kedua tangannya.
“maafkan aku naura” gumam raffi lagi.
***
Sore pun menjelang. Gigi masih berkutat dengan kertas dan laptopnya.
“makan yuk!” ucap nanda yang membuyarkan konsentrasi gigi.
“nanda, tinggal satu berkas lagi” ucap gigi kembali berkutat dengan
laptopnya.
“cuman burger aja, bisa dimakan sambil ngerjain berkasnya” ucap nanda,
sambil meletakkan burger didepan gigi, lalu beranjak berjalan keluar.
“makasih yah nan” ucap gigi lagi.
“yap, jika butuh sesuatu, jangan lupa. Ok!” ucap nanda lalu berlalu
pergi. Gigi hanya melemparkan senyumnya. Sambil memakan burger yang diberikan
nanda, ia tetap fokus pada laptopnya, tiba2 ada seseorang masuk tanpa mengetuk
terlebih dahulu.
“kenapa lagi nan?” ucap gigi tanpa memperhatikan siapa yang datang.
“nan, nan siapa. Nanda yah?” tanya raffi dengan sedikit meninggikan
suaranya.
“raffi, ngapain kamu kesini?” ucap gigi kaget melihat raffi yang
berdiri didepannya.
“yah mau jemput kamu lah. Kan aku udah bilang mau jemput kamu.” Ucap
raffi dengan ekspresi sedikit sendu, tapi tidak lepas dari senyumannya.
“kamu cape yah, wajahmu nampak lelah!”
“em, sedikit. Apa pekerjaanmu masih banyak?”
“sedikit lagi.” jawab gigi,
“yah udah, aku tungguin.” Jawab raffi sambil membaca koran diatas sofa
gigi. gigi hanya melihatnya sambil tersenyum. Malampun tiba, gigi menarik nafasnya
sambil merenggangkan otot leher dan tangannya.
“akhirnya selesai juga.” Ucap gigi, dilihatnya raffi yang sudah
tertidur di sofa karena menunggunya.
“yah ampun. Udah tidur dia” gigi pun mengambil tasnya dan berjalan
mendekati raffi, saat ia hendak membangunkannya, ia merasa tidak tega. Raffi
tidur begitu lelap. Gigi menatap wajah raffi, memegang bulu matanya, senyuman
mengembang di bibirnya.
“raffi” panggil gigi sambil menggoyangkan tubuh raffi.
“em, pekerjaanmu sudah selsai? Hoam” tanya raffi masih dalam
kantuknya.
“iya. Ayo kita pulang” ajak gigi.
“ok, ayo kita pulang.” Ajak raffi balik. Seakan melupakan semuanya,
senyuman mereka mengembang. Semua orang pun menyapa mereka dengan ramah
disepanjang perjalanan mereka keluar dari rumah sakit
“em, kita mau langsung pulang?” tanya raffi.
“memangnya mau kemana?”tanya gigi balik.
“ikut aku yuk” ajak raffi dengan menaikkan alis matanya.
***
Gigi terbengong saat raffi mengajaknya kelapangan basket di mantan
kampus mereka ahmad univercity.
“kita mau ngapain sih ke sini?” tanya gigi sedikit bete kepada raffi.
“main basket lah, emang mau ngapain lagi dilapangan basket!” ucap
raffi sambil mengambil bola dan dimasukkannya kering.
“yuhu, masuk”
“raffi, hayu pulang!” ajak gigi menarik tangan raffi.
“engga ah, ayo kita main basket.”
“emang kamu gak laper?”
“em, laper, aha, kita pesen pitza yuk!”
“sejak kapan kamu mau makan makanan siap saji?”
“emmm, kan ada kamu? Nanti kamu duluan yang nyobain, jadi kalau ada
racunnya, kamu duluan yang akan keracunan. Iya kan” jelas raffi.
“yahhhhh” teriak gigi, hendak memukul raffi, namun raffi berhasil
menghindar.
“gak kena, gak kena. Ahahahaha, awww” teriak raffi saat gigi
melemparinya dengan bola basket.
“ahahaha, kena kan, ahaha” tawa gigi.
“mau belajar main basket gak?”
“huft, ayo pesen pitzanya. Kita taruhan” tantang gigi. raffi manaikkan
alisnya.
“maksud kamu?”
“em, siapa yang paling sedikit masukin bola kering, sampai tukang
anter pitzanya dateng, harus lari keliling lapangan ini sebanyak 10 kali, baru
bisa makan pitzanya. Bagaimana?” jelas gigi.
“kamu nantangin aku?” tanya raffi, gigi menganggukan kepalanya.
“astaga. Siapa takut. Udah, kamu siap2 buat lari keliling lapangan
ini. hah” raffi tertawa menyindir gigi.
“udah cepet pesen pitzanya!” ucap gigi sambil membuka sepatunya, melonggarkan
kemejanya, mengikat rambutnya keatas.
“ok, udah nih, udah gue pesen. Sekarang ayo kita mulai” raffi melempar
bola basket keatas, tiba2 gigi dengan lompatan tingginya menyambar bola yang baru
saja dilemparkan oleh raffi dan memasukannya kering. Raffi yang melihat
kemampuan gigi, terdiam, seakan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
“1-0” ucap gigi sambil menaikan alisnya.
“dasar. Dia bisa main basket. Emang tu alien, gak bisa apa sih. Isss,
aku gak boleh kalah.” Gerutu raffi.
“raffiiii, ayo ambil bolanya” gigi mendrible bola dan memain2kan
raffi, sontak saja, emosi raffi semakin meningkat.
“ayo, kalau bisa ambil” ucap gigi lagi
“bener2 yah” raffi dengan memanfaatkan tinggi badannya, akhirnya
berhasil merebut bola dari gigi, dan memasukannya kering.
“yeeeehoooo. 1 sama, ahahah” teriak raffi, gigi nampak kesal.
pertandingan mereka pun diwarnai dengan emosi, tawa dan kecurangan.
“hah, 9-9” raffi sambil terengah, mengatur nafasnya.
“pitza” teriak abang yang mengantarkan pitza mereka. Raffi pun mengambil
pitza pesanan mereka.
“pitzanya udah dateng.”
“berarti, sekarang penentuannya” ucap gigi sambil memegang bola.
“siapa takut” tantang raffi dengan mata dan energi yang berkobar. Gigi
pun melempar bola keatas, raffi karena lebih tinggi dari gigi berhasil
mengambil bola tersebut.
Saat hendak berlari menuju kering gigi, gigi mengahalangi jalan raffi.
“ayo, kalau bisa, lewati aku!” tantang gigi, raffi menatap gigi tajam,
ia pun berlari sambil mendrible bola tersebut, ia sudah berhasil melewati gigi,
namun gigi tidak tinggal diam, ia menarik kemeja raffi, dan bola pun berhasil
ia rebut.
“sial,,” teriak raffi.
“yah, tadi itu curang” emosi raffi.
“bukankah pertandingan ini tidak ada aturannya.” Ucap gigi, raffipun
semakin kesal. Ia pun menghadang gigi didepan.
“ayo kalau bisa lewatin aku” tantang raffi, gigi pun berjalan pelan
mendekati raffi, saat hendak menipu raffi, raffi tau taktik gigi.
“mau kemana” ucap raffi, gigi melengkungkan senyumnya, mendekatkan
wajahnya kewajah raffi, dan meniup telinga raffi, sontak jantung raffi berdegup
semakin kencang, dan terdiam. Gigi pun dengan mudah dapat melewati raffi yang
masih terdiam, dan berhasil mencetak angka.
“yuhuuuuuuuu, 10-9, aku menang,aahaha” teriak gigi, raffi yang mulai
sadar melihat gigi memasukan bola kegawang dengan ekspresi seperti ingin
menangis.
“ahhh, siallll,,aahhhhhhh” emosi raffi karena berhasil dikalahkan oleh
gigi.
“ada yang kalah, ada yang kalah, wwkwk” tawa gigi, puas melihat wajah
kekalahan raffi.
“itu curang!” teriak raffi.
“bagian mananya yang curang!” ucap gigi,
“yah itu, ahhh” raffi kehabisan kata2.
“yang kalah, silahkan lari 10 putaran, ahahah. Pitzaaa,,” gigi lalu
duduk dan mencium pitza yang ada didepannya.
“emmm, wangi. Mau makan gak. Cepet lari” perintah gigi.
“ah, bener2 yah.” Raffi melihat pitza tersebut dan menelan ludahnya.
Dengan terpaksa akhirnya dia berlari keliling lapangan.
“1, ayo semangat.” Ucap gigi membantu raffi menghitung. 1 putaran, 2
putaran, sampai 7 putaran.
“gi, hahhh, udah yah, cape” ucap raffi yang langsung berbaring
dilantai samping gigi, sambil mengatur nafasnya.
“yah, payah, gak sampe 10 putaran udah cape” ucap gigi.
“apa loe bilang?” tanya raffi.
“ayo cepet, makan pitzanya, terus kita pulang. Ini udah malem” ucap
gigi lagi.
“bentar, masih cape tau” raffi kembali merebahkan tubuhnya dilantai.
***
Setelah raffi makan, mereka pun menuju keparkiran mobil.
“ingat gak pertama kali kita ketemu, dilapangan itu?” tanya gigi yang
melihat lapangan tempat pertama kali ia diospek dan pertama kali bertemu dengan
raffi.
“ingat lah. Mahasiswa baru yang super duper nyebelin, yah elo” ucap
raffi sambil membuka pintu mobilnya.
“ayo pulang” tambah raffi lagi, gigi pun melangkah masuk kedalam
mobil.
“hm, gak nyangka, sekarang gue hidup sama perempuan yang dulunya
paling aku benci” ucap raffi saat hendak menyalakan mesin mobilnya.
“memang sekarang kamu sudah tidak membenciku?” tanya gigi.
“ah, oh, em,,masih lah” jawab raffi dengan jawaban terbata2.
“oh,” gigi memalingkan wajahnya dan melihat keluar jendela. Raffi pun
melajukan mobilnya meninggalkan ahmad university. Gigi yang kelelahan pun
tertidur dimobil raffi. mobil raffi mulai memasuki rumah halaman rumah mereka,
gigi masih belum juga bangun. Raffi memarkirkan mobilnya, dan berbalik melihat
wajah gigi yang tidur begitu lelap. Ia pun turun dari mobil, dan membuka pintu
mobil gigi, saat hendak membangunkannya, ia menatap wajah gigi yang sedang
tertdur.
“ternyata, aku sudah tidak lagi membencimu” gumam raffi pelan saat
menatap wajah gigi. ia pun tidak tega membangunkannya. Ia melihat tangannya.
“gak papa kan yah. Iya gak papa” raffi mmeyakinkan dirinya dan
langsung mengangkat tubuh gigi. pelan2 ia berjalan, sambil menatap wajah gigi.
setelah sampai dikamarnya, raffi menyelimutinya. Merapikan rambut gigi yang
nampak berantakan.
“mimpi yang indah” gumam raffi dan berjalan meninggalkan gigi
dikamarnya. Saat hendak masuk kekamarnya HP raffi berbunyi.
“hallo” jawab raffi.
“iya betul, ada apa. Apa? Iya, saya akan segera kesana!” wajah raffi
nampak panik, ia berlari kebawah, dan langsung melajukan mobilnya.
***
Matahari pagi, masuk melalui celah jendela kamar gigi. ia berusaha
mengumpulkan kesadarannya. Dilihatnya, ia msih memakai baju kantornya.
“apa raffi menggendongku?” ia tersenyum saat mengingat kejadian yang
baru dialaminya semalam. Ia lalu kekamar mandi, membersihkan dirinya, dan
bersiap untuk kembali kerumah sakit.
“makan roti aja ah pagi ini” gumam gigi sambil menuruni tangga.
“si raffi belum bangun jam segini” ucap gigi sambil menyiapkan roti
untuk sarapan mereka. Tiba2 terdengar bunyi mobil raffi.
“si raffi dari mana” gumam gigi. terlihat raffi memasuki rumah, masih
dengan baju yang dipakainya semalem, sedikit berantakan.
“kamu darimana?” tanya gigi.
“bukan urusanmu” jawab raffi tanpa melihat kearah gigi. gigi terdiam
mendengar jawaban raffi.
“sarapan dulu baru kerja” tambah gigi.
“tidak usah memperdulikanku, dan apapun yang pernah aku katakan,
lupakan semuanya!” ucap raffi, lalu berjalan meninggalkan gigi. gigi terdiam,
mencari maksud dari apa yang barusan raffi katakan.
To be continue, jangan lupa like dan commentnya.,,hehe,,terima kasih
dan selalu tersenyum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar