Senin, 18 April 2016

My Imagination "Dalam Diam Kau Curi Hati Ku" Part 23

Ost part ini Dayana Amerda-Cinta Dalam Diam (Ost Gigi), Melly Goeslaw Ft Ari Lasso-Apa artinya Cinta (ost Gigi, Raffi), Tangga- Utuh, Melly Goeslaw-Paling Tidak.

“Dalam Diam Kau Curi Hati Ku”

Part 23

***
“kapan kita akan bertindak?” tanya seorang pria yang berpakaian rapi memakai jas hitam.
“sebentar lagi, sebentar lagi. Aku akan membuatnya bertekuk lutut dihadapanku. Kita lihat dulu, sampai dimana kekuatannya. Setelah itu, bummmm, kita ledakkan bom waktunya, hah. Seperti bom nuklir, yang akan meluluh lantahkan semuanya. Ahahahah, raffi ahmad,semua yang kau miliki, akan menjadi milikku, aku tidak sabar untuk melihatnya” tawwa seorang pria dengan nada penuh dendam duduk dibalik kursi hitamnya.
***
“sekarang bagian kaki, ok” karena matanya tertutup, ia tidak dapat melihat botol sampo yang ia letakkan dilantai sebelumnya, dan tidak sengaja ia menginjak botol shampo tersebut, ia berusaha menyeimbangkan tubuhnya, raffi dengan reflek menarik tubuh gigi yang akan jatuh kebak mandinya, dan airpun berhamburan keluar dari bak mandi raffi saat gigi jatuh diatas tubuh raffi, masih dengan mata tertutup. gigi langsung membuka tutup matanya, tubuhnyapun telah basa, dengan wajah kaget ia menatap wajah raffi yang tepat berada dihadapnnya, begitupun dengan raffi. jantung mereka berdegup begitu kencang, sudah kedua kalinya dihari ini. raffi mendekatkan wajahnya kewajah gigi, wajah gigi memerah, jantungnya berdegup begitu kencang.
“apa kamu begitu suka berada diatasku!” ucap raffi, gigi masih bingung dengan perkataan raffi.
“ah,,,raffi!” panggil gigi.
“em”
“apa kau, tidak memakai celana?” tanya gigi dengan wajah sedikit aneh, wajah raffi sedikit berfikir, melihat posisi gigi yang berada diatasnya, kemudia ia kembali melihat wajah gigi.
“ti...dak” jawab raffi dengan ekspresi menggoda, sontak saja wajah gigi menjadi memerah.
“raffiiiiiiiiiiiiiiiiiii” teriak gigi yang langsung berdiri dan melompat dari bak mandi raffi.
“ah, siallll, uhhhhh,,,sial sial sial” gerutu gigi menutupi wajah malunya dan keluar dari kamar mandi raffi, sedangkan raffi tertawa puas mengerjai gigi.
“ahaaaahahaha, haduh, gigi. lugu banget sih. Tentu saja aku pakai celana. Mana mungkin aku membuka semua celanaku disaat aku dimandikan seorang wanita cantik, cantik,,,aaaaahhh, cantik darimananya, uhhh, sadar raffiii” ucap raffi memukul wajahnya.
“aduh, kenapa hal seperti ini bisa terjadi sih. Semua ini gara2 dia,,huft, aihhh.” Gigi berusaha mengatur nafasnya, masih dikamar raffi. ia lalu sadar dengan bajunya yang telah basah.
“huft,,,baju basah, kan aku sudah mandi. Gara2 tuh manusia purba nih....aishhhh” gerutu gigi.
“giiii, aku kan belum selesai mandi. Selesain dulu baru pergi!” teriak raffi dari dalam kamar mandi. Gigi yang masih kesal tidak menjawab panggilan raffi.
“giiii, tadi aku cuman bercanda kok. Giiiii” teriak raffi sambil melihat kearah pintu kamar mandi dengan wajah khawatir gigi akan meninggalkannya, tiba2 gigi muncul dengan wajah seperti ingin menelan raffi. raffi hanya tersenyum seperti anak kecil yang senang melihat ibunya kembali.
“benar2 yah, hahhhhh” gigi melihat raffi dengan tatapan seperti tidak percaya, sedangkan raffi hanya terus tersenyum.
“ayo cepet, ini showernya” raffi memberikan shower ke gigi, gigi terus memandang raffi.
“cepet” mohon raffi.
“aku tidak percaya masih mau melakukan ini. sini cepet” gerutu gigi yang sungguh sangat kesal, sedangkan raffi hanya terus tersenyum.
“pelan2 gosoknya” pinta raffi dengan lembut, gigi menatap raffi dengan tatapan aneh.
“kalaw dari tadi aku tidak memakai tutup mata, pasti kamu sudah selesai mandinya. Ini, pakai acara tutup mata lagi. hahhhh” geram gigi, raffi hanya memonyongkan bibirnya seperti anak kecil. Setelah selesai memandikan raffi, raffi memakai handuknya, menutupi bagian bawah tubuhnya. Gigi membantu mengeringkan tubuh raffi bagian atas, dan membantu menyangga tangan kanannya.
“coba gerakkan jari2mu, biar gak kaku” perintah gigi raffi pun menggerakkan jari2 tangan kanannya.
“kita rontgen sekali lagi, kalau retakannya sudah mulai membaik, kamu belajar kembali menggerakkannya.” Ucap gigi.
“siap bos!” ucap raffi dengan memberi hormat dengan tangan kirinya.
“sisa satu lagi, cepet duduk, aku potongin janggut sama cambangmu” ucap gigi, sambil menyuruh raffi duduk dikursi depan cermin, masih didalam kamar mandi raffi.
“gak usah. Kan seksi kayak gini” goda raffi.
“hah, duduk, cepet” perintah gigi lagi.
“iyaaa” raffi pun akhirnya duduk mengikuti perintah gigi.
“ini pakai yang mana dulu. Em, biasanya pakai yang kayak krim itu yah.” Tanya  gigi.
“ini. tapi tunggu sebentar, kamu pernah melakukan ini sebelumnya?”
“menurutmu? Yah blom lah. Emang aku motongin cambang siapa.”
“oh, kamu tidak akan melukaiku kan!” raffi nampak khawatir.
“aku usahakan!”
“apa!”
“ayo cepet. Jangan lambat. Diolesin kayak gini kan!” gigi pun mengolesinya ke cambang raffi, janggut dan kumisnya. Dengan teliti dan telaten.
“ini buat cukurnya” tambah raffi lagi.
“hati2, awas kalau kamu sampai ...” belum juga raffi menyelesaikan kata2nya, gigi langsung mencukur cambang sebelah kanan raffi.
“pelan-pelan” ucap raffi lagi.
“iya, jangan bawel.” Jawab gigi, yang tetap fokus mencukur cambang raffi. raffi kembali dapat menikmati wajah gigi dari dekat, kali ini ia dapat melihat setiap lekuk wajahnya, matanya, hidungnya, bibirnya, dagunya, dan, senyumannya.
“hahhh, berhasil kan!” sambil tersenyum karena telah berhasil menyelesaikan cambang raffi yang sebelah kanan. Raffi terus menatap wajah gigi. gigi tetap fokus dengan pekerjaannya.
“owh, maaf,,” gigi melihat wajah raffi, raffi menatap wajah gigi, bertanya kenapa ia meminta maaf.
“em” tatap raffi penuh pertanyaan.
“gak papa!” ucap gigi, melap darah dibawah dagu raffi.
“emang gak kerasa, gak papalah” ucap gigi kembali melanjutkan pekerjaannya. Ia membersihkan seluruh cambang dan janggut raffi. ia lalu duduk dihadapan raffi, membersihkan dengan hati2wajah raffi.
“wah, sudah bersih” ucap gigi dengan senyuman mengambang dibibirnya. Raffi terus menatap wajah gigi.
“raffi,,” panggil gigi, namun raffi masih erus menatap gigi. gigi merasa aneh dilihat raffi seperti itu, ia memperhatikan bajunya yang basah.
“dasar mesum, yahhhh” teriak gigi, lalu menjewer kuping raffi, raffi yang kaget, hanya bisa berteriak kesakitan.
“yah,yayaa, apa2an sih gi. Sakit tau!” ucap raffi yang merasa kesakitan.
“loe merhatiin apa?” ucap gigi sambil menutupi tubuhnya dengan tangannya.
“astaga, hah, dasar. Otakmu yang mesum. Bukan gue. Bener2 yah” jelas raffi, gigi berubah menjadi salah tingkah.
“habisnya, loe dipanggil gak nyahut2” jelas gigi sambil memeras bajunya yang basah, raffi yang mulai sadar dengan kondisi gigi yang kebasahan segera mengambil handuk. Ia lalu berusaha dengan tangan kirinya mengeringkan rambut gigi, gigi sedikit kaget dengan sikap raffi, ia mentap raffi dengan wajah bingung. Sedangkan raffi terus berusaha mengeringkan rambut gigi.
“entar kamu sakit lagi,” raffi mentap gigi, begitupun dengan gigi.
“kalau kamu sakit, aku yang bakal disalahin!” tambah raffi.
“sudah aku duga, tidak ada yang ikhlas dari sikapmu. Sini aku keringin sendiri” gigi menarik handuk dari tangan raffi, lalu mengeringkan rambutnya sendiri. Raffi memandang gigi, lalu ia kembali merebut handuk dari tangan gigi, tanpa berkata apa2. Ia mengeringkan rambut gigi, gigi berusaha mengambil handuk dari tangan raffi kembali, namun raffi tidak membiarkannya.
“cukup diam saja. Biarkan aku melakukannya kali ini, diamlah dan dengarkan” ucap raffi sambil terus mengeringkan rambut gigi. gigi menatap raffi dengan aneh.
“maafkan aku. Aku memang tak seharusnya berkata seperti itu dimalam itu. Kamu adalah istriku. Tak seharusnya aku mengizinkanmu bersamanya, dan, tidak seharusnya pula aku bersama orang lain, karena sekarang, aku adalah suamimu. Walaupun tidak ada hak dan kewajiban didalam perjanjian kita, aku berharap kita dapat menyelesaikan semua ini dengan tenang. Mulai sekarang, aku akan berusaha menjadi suami yang baik untukmu. Maafkan aku jika sering membuatmu bersedih. Hm!” ucap raffi, yang lalu mengeringkan leher gigi, dan menutupi tubuh gigi dengan handuk tersebut. Gigi terus mentap raffi. beberapa detik mereka saling bertatapan.
“em, ahh, aku, mau mandi dulu.” Ucap gigi gugup, menghindari tatapan raffi dan berjalan keluar kamar mandi raffi.
“terima kasih” ucap raffi.
“ah, oh. Yah. Kita selesaikan semuanya dengan tenang. Akupun akan berusaha menjadi istri yang baik, setidaknya Sampai batas waktunya, iya sampai batas waktunya!” ucap gigi dengan senyuman. Namun dalam senyumannya terbesit kesedihan.
“iya, sampai batas waktunya” tambah raffi dengan raut wajah yang tadinya senang berubah menjadi sedih. Gigi berjalan menuju kekamarnya sambil merenungkan perkataan raffi. setelah sampai dikamarnya gigi terdiam.
“hahhhhh, tidak lama lagi. semuanya akan berakhir.yah,” ucap gigi meyakinkan dirinya sendiri. Raffi pun sedang merenung duduk diatas kasurnya.
“batas waktu, batas waktu.” Raffi menarik nafasnya dengan dalam lalu berebahkan tubuhnya diatas kasurnya.
***
“hasil ro. Tangan bapak raffi sudah mulai membaik. Sudah boleh digerakkan sekarang. Tapi jangan mengangkat barang yang berat dulu, karena masih dalam masa pemulihan.” Jelas dokter spesialis ortopedi yang menangani raffi.
“Alhamdulillah kalau begitu dok. Apa ada obat yang harus dia minum lagi?” tanya nagita.
“iya, nanti saya kasih vitamin buat tulangnya, cukup 1x sehari. Cukup, itu saja” jelas dokter itu lagi.
“terima kasih dokter!” ucap raffi sambil mengulurkan tangan kirinya.
“sama2. Cepat sembuh yah pak”
“terima kasih yah dok” tambah gigi, lalu mereka berpamitan keluar.
“wah, tanganku udah bisa digunakan nih.” Girang raffi yang mulai menggerak2an tangannya keatas, kebawah, dikepalin, dan berbagai macam pose yang ditunjukkan raffi.
“iya, jangan digituin. Entar dibebat lagi. diem” omel gigi yang gemes melihat tingkah raffi. ia memegang tangan raffi agar tidak digerakkan lagi. tanpa mereka sadari semua mata sedang memandang mereka.
“sini, coba aku lihat tanganmu. Nanti digerak2kin tiap pagi yah” ucap gigi sambil memperhatikan dan memegang tangan raffi.
“iya. Udah kali pegang2nya!” ucap raffi kepada gigi.
“siapa juga yang megangin loe, ih” ucap gigi dengan wajah malu dan berjalan menjauhi raffi.
“tungguin!” teriak raffi, namun gigi terus berjalan tidak menghiraukan teriakan raffi.
“kita tebus obat kamu dulu” ucap gigi yang sedang menebus obat raffi di apotik.
“pagi bu, lagi nganterin suaminya yah bu” tanya petugas apotik tersebut.
“oh, iya. Em, tolong obatnya yah” jawab gigi.
“iya, ditunggu sebentar yah bu” ucap apoteker tersebut sambil tersenyum melihat raffi dan gigi.
“gi, laper. Habis ini, hayu kita makan” rengek raffi.
“iya bentar!”
“jangan bentar, bentar. Bilang iya!”
“iya ih, jangan kayak anak kecil gitu” ucap gigi, yang mulai risih dengan gaya raffi yang merengek seperti anak kecil.
“ini obatnya bu” ucap petugas apoteker tersebut sambil terus tersenyum.
“em, ada yang lucu yah” tanya gigi yang merasa aneh dengan senyum apoteker tersebut.
“tidak ada bu. Saya cuman senang melihat ibu dengan suami ibu. Itu saja!” ucap apoteker tersebut dengan sopan.
“kenapa,kami serasi yah!” tanya raffi
“apaan sih kamu!” gigi melototkan matanya kearah raffi.
“tagihannya atas nama saya yah” tambah gigi kepada petugas apoteker tersebut.
“iya bu” jawab apoteker tesebut.
“ayo pergi” gigi menarik tangan raffi.
“serasi kan!” ucap raffi tanpa bersuara kepada apoteker tersebut.
“iya pak, sangat serasi” ucap apoteker tersebut sambil mengangkat kedua jempolnya, raffi yang ditarik oleh gigi juga ikut mengangkat jempol tangan kanannya sambil terus tersenyum.
“ih, gi, entar tangan kiri aku yang patah!” gerutu raffi karena gigi menarik tangan kirinya dengan keras. Tiba2 gigi berhenti, sampai2 raffi menabrak belakang gigi dengan pelan.
“kalau mau ngerem itu bilang2” omel raffi.
“oh, apa kabar gi? Apa kabar raffi!” tanya nanda yang sedang berdiri dihadapan mereka.
“baik nan. Kamu mau kemana?” jawab gigi. sedangkan raffi memandang nanda dengan tatapan tidak suka
“aku mau ke IGD. Ada pasien yang harus aku lihat. Kapan kamu mulai masukkerja lagi?”
“besok aku sudah mulai bekerja lagi. tangan raffi pun sudah sembuh” tambah gigi.
“baguslah. Ada beberapa berkas yang harus kamu tandatangani.”
“iya” jawab gigi singkat.
“iya, dan mulai besok aku yang akan mengantar dan menjemputnya. Iya kan sayang!” tambah raffi sambil terus tersenyum.
“apa2an sih loe!” bisik gigi pelan kepada raffi. raffi hanya tertawa, begitupun dengan gigi yang hanya dapat tersenyum geli dengan sikap raffi.
“sepertinya tanganmu sudah banyak perbaikan!” ucap nanda kepada raffi.
“tentu saja. Aku sudah dapat menggunakannya dengan baik” ucap raffi sambil merangkul pinggang gigi dengan tangan kanannya. Gigi nampak kaget, berusaha menyingkirkan tangan raffi dari pinggangnya namun raffi tetap tidak memindahkan tangannya. Nanda yang melihat hal tersebut hanya tersenyum kecut.
“kalau begitu aku duluan!” ucap nanda.
“silahkan!” jawab raffi sambil mempersilahkan nanda untuk pergi. Setelah nanda hilang dari pandangan mereka, gigi menyingkirkan tanga raffi dari pinggangnya.
“kamu apa2an sih.” Ucap gigi lalu berjalan meninggalkan raffi. gigi berjalan dididepan menuju parkiran mobil. Sementara raffi hanya mengikut dibelakang gigi.
“kamu takut si nanda bakal salah paham?” omel raffi sambil memasuki mobil, gigi tidak menjawab. Ia memperbaiki duduknya dan melajukan mobilnya.
“huft, bisa tidak kamu diam sejenak!”
“bukan begitu, jadi terasa aneh!”
“apanya yang aneh?”
“sikap kamu itu, aneh tau!”
“aneh gimana!”
“yah, seakan kamu ingin menunjukkan bahwa aku ini benar2 istri kamu. Aneh raffi!”
“kamu kan benar2 istriku!” jawab raffi, lalu menoleh melihat keluar jendela. Gigi yang melihat raffi membuang muka, hanya diam dan terus melajukan mobilnya. Tidak cukup beberapa lama, mereka pun sampai dirumah mereka.
“sudah sampai!” ucap gigi, memberikan tanda agar raffi turun dari mobil, namun raffi masih tetap saja diam.
“ayo cepat keluar!” perintah gigi.
“tidak bisakah,,,,kita menjalaninya sepeerti pasangan suami istri pada umumnya?” ucap raffi.
“bukankah semuanya akan berakhir! Bersikap seperti semuanya biasa2 saja, apakah itu akan baik2 saja? Untukku ataupun untukmu?” tambah gigi, raffi menatap gigi.
“aku tidak perduli. Mau kamu mencintai nanda atau tidak, aku akan berusaha menjadi suami yang baik untukmu. Jika kamu mencintainya, kamu bisa bersamanya nanti, disaat kita, sudah berpisah. Tapi, sebelum semuanya berakhir, aku, aku akan melakukan yang terbaik” ucap raffi dengan nada yang cukup tinggi lalu keluar meninggalkan gigi. gigi menarik nafasnya dengan dalam.
“kenapa sih itu anak. Kesambet apa sih dia” gigi turun dari mobil dan mengikuti raffi masuk kedalam rumah. Gigi mencari keberadaan raffi, namun tidak didapatinya.
“suasana hatinya suka berubah tidak menentu, seperti cuaca aja” gigi mendumel dan naik masuk kekamarnya.
***
Gigi sedang mengerjakan sesuatu diruang kerjanya, sampai tidak terasa, haripun sudah mulai malam.
“yah ampun, sudah jam stengah 8? Wah bisa ngamuk tu makhluk, kalau gak ada makan” gumam gigi, ia pun langsung keluar dari ruang kerjanya menuju dapur, namun betapa kagetnya dia, melihat meja makan sudah terisi dengan makanan.
“siapa yang masak?” gumam gigi. tiba2 raffi muncul dari kamar mandi.
“eh, kamu sudah selesai kerjanya! Baru mau dipanggil buat makan malam.” Ucap raffi dengan polosnya. Sementara gigi terdiam dalam kebingungannya.
“nah, sekarang ayo kita makan. Ayo duduk!” raffi mempersilahkan gigi untuk duduk, namun gigi hanya melihat semua makanan diatas meja dan memperhatikan wajah raffi.
“kenapa cuman dilihat! Ayo duduk. Makan!” tambah raffi lagi, yang kali ini membantu menarikkan kursi untuk gigi dan membantunya untuk duduk. Ayam goreng, tempe goreng, sambel terasi dan sayur asam sudah tersedia dimeja makan. Gigi masih saja memperhatikan raffi.
“kenapa bengong terus sih! Atau, loe lagi kesambet! Hm!” ucap raffi.
“em, makanan ini, siapa yang buat?” gigi pun mulai bersuara, raffi dengan wajah percaya dirinya mengembangkan senyuman yang lebar.
“aku lah. Siapa lagi. emang kamu lihat ada orang lain disini?” ucap raffi penuh percaya diri.
“em, kamu, lagi gak kerasukan kan? Kerasukan hantu chef? Apa aku harus mencari orang pinter atau kiai, untuk mengobatimu? Hah?” tanya gigi dengan wajah yang cukup khawatir.
“maksud kamu?” raffi mulai menekukkan alisnya.
“yah, ini gak masuk akal. Atau, karena kamu makan shampo kemaren, jadi diotak kamu ada gangguan. Ada syaraf kesumbat atau putus mungkin. Ayo kita periksa!” ucap gigi lagi khawatir.
“astagaaa, yah sudah. Kalau menurutmu semua ini aneh, tidak usah makan. Buang saja semua makanannya. Dasar yah, aku hanya berusaha menjadi suami yang baik, tapi, tapi, ah sudahlah. Tidak usah makan! Makanannya buang aja” emosi raffi berjalan menjauhi meja makan, gigi hanya melihat raffi dengan tatapan aneh.
“dia kenapa sih, aneh banget.” Gigi mencium makanan yang ada didepannya dan mulai mencicipinya.
“astaghfirullah, ini makanan atau, aw, rasanya aneh banget, asin, gak jelas. Hah, dia suruh aku makan ini. dasarrrr” gerutu gigi. gigi pun berjalan mencari keberadaan raffi. didapatinya raffi sedang duduk di depan kolam renang dengan wajah ngambeknya. Gigi menarik nafasnya, lalu mulai mendekatinya.
“hey” panggil gigi, raffi hanya melihat gigi dengan ujung matanya.
“rafffi” panggi gigi lagi,
“apa” jawab raffi ketus.
“kamu lapar gak?” tanya gigi lembut.
“gak!”
“bener?”
“iya, gak” jawab raffi dengan emosi.
“masa aku makan sendirian.” Tambah gigi dengan ekspresi memohon. Raffi melihat gigi dengan menyipitkan matanya dan melipat kedua tangannya didada.
“yah, padahal pengen makan bareng suami terbaikku!” mohon gigi dengan ekspresi imutnya. Raffi berdehem, masih dengan melipat kedua tangan di dadanya. Ekspresinya mulai berubah.
“yah, udah. Em, daripada nanti kamu gak makan, sini aku temani makan!” ajak raffi yang menyembunyikan perasaan senangnya.
“berarti sekarang, kita makan makanan yang kamu buat!” ucap gigi lembut. Raffi menyembunyikan senyumnya dari gigi.
“ayo duduk” raffi membantu menarikkan kursi untuk gigi.
“ini pertama kali dalam hidupku memasak tau. Sekarang ayo makan!” ucap raffi dengan wajah senangnya. Gigi pun mulai makan makanan yang ada didepannya, mulai dari ayam bakar, semua dicicipinya.
“gimana. Hm, rasanya gimana?” tanya raffi lagi.
“lumayan, masih bisa dimakan!” jwab gigi, sambil terus memakan makanannya.
“lumayan. Lumayan tapi dimakan. Dasar” gerutu raffi sambil mencoba hasil masakannya, raut mukanya mulai berubah, seperti ingin memuntahkan apa yang ada dalam mulutnya. Sepertinya ia sudah tidak tahan lagi, ia pun membuang semua makanan yang ada dimulutnya.
“kok kamu bisa makan sih. Udah jangan makan. Kita masak yang lain!” ucap raffi, mengambil makanan yang ada dihadapan gigi dan membuangnya.
“kok dibuang sih!” ucap gigi.
“yah, ini makanan gak bisa dimakan. Kenapa kamu makan?” ucap raffi, sambil memberikan gigi minum. Gigipun mulai tertawa.
“ahahahahahaha, raffi, raffi. udah deh, gak usah aneh2. Aneh banget tau, kamu hari ini. udah, sekarang kamu duduk, aku buatin nasi goreng aja. Ok, duduk diam” perintah gigi, yang mendorong tubuh raffi agar duduk dikursi. Raffi pun mengikui perintah gigi, dan duduk diam melihat gigi membuatkannya nasi goreng. Nasi goreng buatan gigi pun akhirnya jadi.
“taraaa, nih,, nasi goreng spesial buatan nagita slavina, khusus buat suaminya yang katanya mau berubah jadi suami yang baik” goda gigi, raffi hanya menarik nafasnya dan memakan nasi goreng buatan gigi.
“gi” panggil gigi ditengah aktivitas makan mereka.
“hm”
“em, kenapa, tadi, kamu tetep makan makanan yang aku buat. Padahal kan rasanya kan gak enak!” tanya raffi, menghindari tatapan gigi, dan melanjutkan makannya.
“em, kenapa yah. Em, Soalnya, aku tau rasanya, jika, kita sudah memasak dengan ikhlas, dan orang yang memakannya malah berkata tidak menyukainya, itu, sungguh tidak mengenakkan.” Jelas gigi, lalu melanjutkan makannya. Raffi terdiam, ia memandang gigi.
“aku tidak akan melakukannya lagi!” ucap raffi.
“em!” gigi bingung dengan perkataan raffi.
“aku, akan memakan semua masakan yang kamu buat. Tanpa menggerutu lagi” ekspresi raffi begitu tulus, gigi menatap raffi yang melahap habis nasi goreng buatannya, ia mengeluarkan senyum kecilnya. (wahhh, apakah mereka mulai merasakan ketulusan masing2,,,oh,,,ayo kita lanjut lagi).
Gigi duduk termenung didepan cermin kamarnya, dia melihat kalung yang melingkar dilehernya, kalung dengan inisial “A”, ia memegang kalung tersebut, senyum terus mengembang dibibirnya. Memikirkan semua sikap konyol raffi, tawa pun sesekali mengembang dibibirnya. Begitupun dengan raffi, ia menarik selimut menutupi tubunhya dengan senyuman. Begitulah malam kali ini terlewati, dengan suka dihati mereka masing-masing (bulanpun ikut tersenyum, ehem, kata penulisnya. Lanjootttt).
***
Matahari pagi mulai menyapa bumi, semua mulai bangun dan menjalankan aktifitas keseharian mereka. Begitu pula dengan raffi dan gigi. raffi nampak sedang memakai dasi, sedangkan gigi yang juga sudah rapi, sedang menyiapkan sarapan untuk mereka berdua.
“ayo sarapan dulu” ucap gigi saat melihat raffi turun dari atas.
“ok” jawab raffi. setelah mereka sarapan, tidak lupa gigi memberi makan si meli.
“ayo kita berangkat” ajak raffi.
“tunggu” panggil gigi, raffi menghentikan langkahnya, gigi mulai mendekati raffi, dan memperbaiki dasi raffi yang kurang rapi.
“nah, gini kan cakep. Udah” ucap gigi setelah selesai merapikan dasi dan jas raffi.
“oh iya, kamu mau naik apa keantor?” tanya gigi.
“naik mobil lah. Naik apa lagi!” ucap raffi.
“oh, yah udah. Kamu udah berani kan. Oh iya, bekal kamu” ggi kembali berlari kedalam rumah. Raffi tetap menunggu didepan.
“ini bekalnya, buat makan siang!” ucap gigi yang meletakkan bekal makanan  raffi kedalam mobil raffi. raffi memandang gigi dengan tatapan aneh.
“seperti katamu, kita akan berusaha menjadi suami dan istri yang baik disisa waktu yang ada!” jelas gigi, terbesit kesedihan diraut wajah mereka.
“ok, hati2 bawa mobilnya” ucap gigi lalu berjalan menuju mobilnya.
“kamu mau kemana?” tanya raffi.
“mau kerumah sakit. Mau kemana lagi!”
“iya tau. Sekarang aku yang akan antar jemput dirimu. Ayo, naik kemobil!” perintah raffi sambil membukakan pintu mobil untuk gigi. gigi yang merasa aneh, akgirnya naik kemobil raffi.
“ayo kita berangkat!” ucap raffi dengan senyuman mengambang dibibirnya. Tidak lama kemudian, mobil raffi pun sampai di NS hospital.
“em, makasih yah fi. Hati2 bawa mobilnya.” Ucap gigi sedikit canggung. Raffi masih dengan senyuman diwajahnya melambaikan tangan kearah gigi.
“nanti sore aku jemput yah, dah. Assalamualaikum” ucap raffi lalu melajukan mobilnya meninggalkan gigi yang masih bengong dengan situasi yang sedang dialaminya saat ini. senyuman kecil mulai mengembang dibibirnya. Tiba2 ada mobil yang berhenti disampingnya.
“cie, cie, ada yang lagi seneng nih. Ciee, ahahaha” goda kia yang melihat wajah gigi mulai memerah.
“apaan sih ki. Udah ah” ucap gigi dengan wajah malunya, berjalan meninggalkan zaskia.
“ya elah, gitu aja pakai acara malu. Gi tunggu” ucap kia masih didalam mobilnya. Bunyi klason mobil yang ada dibelekangnya, memaksa zaskia harus cepat memarkirkan mobilnya.
“iya, iya, sabar napa” ucap zaskia. Gigi berjalan menuju kantornya, zaskia berlari mengejar gigi dengan terengah2.
“ya Allah, gi, hahhh, pelan2 kali jalannya” ucap zaskia terengah2.
“ngapain loe lari2” tanya gigi, sambil membuka pintu ruangannya.
“ngejar loe lah, loe mah” ucap zaskia sambil mengatur nafasnya.
“loe gak dines?” tanya gigi lagi.
“dines, tapi masih ada waktu, 30 menit lagi” jawab zaskia.
“oh” ucap gigi singkat.
“Btw, gue gak salah lihat kan tadi?” tanya zaskia dengan wajah penuh rasa ingin tau.
“emang loe lihat apa?” jawab gigi sambil mengatur beberapa berkas dimejanya.
“pemandangan langka loe sama si raffi. diantarin kan loe? Pakai dada2 segala, terus pakai senyum2 aneh gak jelas pula!” selidik zaskia.
“apaan sih, biasa aja!” jawab gigi, berusaha senatural mungkin.
“ah, jangan bohong. Loe udah cinta kan sama si raffi! iya kan?” selidik zaskia lagi.
“udah sana, loe mendingan dines. Daripada ngerjain sesuatu yang gak jelas. Sana dines!” ucap gigi.
“hm, mencurigakan. Kalau ada berita bahagia, ngomong dong!”
“mau dines, atau..” ancam gigi.
“iya, iya. Hm, ok, aku kerja dulu. Tapi nanti kamu harus cerita, ok!” ucap zaskia meninggalkan gigi sendiri.
“hmm, dasar” gigi pun melanjutkan pekerjaannya. Raffi pun telah sampai dikantornya, dengan wajah ceria, ia menyapa semua pegawai yang ia temui.
“selamat pagi pak abdul, selamat pak toni” sapa raffi pada pegawai yang ditemuinya.
“pagi pak, sudah sehat pak” jawab para kariawannya.
“udah dong” jawabnya sambil menujukkan tangannya dengan membawa kotak makan siang yang disediakan gigi.
“pak raffi sehat.”
“sehat, Alhamdulillah. Pagi rossi” sapa raffi dengan ceria pada sekretarisnya itu.
“pagi pak raffi. oh iya pak, ada yang sedang menunggu bapak diruangan bapak!” ucap rossi.
“ok, baiklah” ucap raffi tanpa menanyakan siapa yang sedang menunggunya. Ia pun berjalan menuju ruangannya, dan saat ia membuka pintu, ia cukup kaget mendapati siapa yang ada dikantornya.
“robi” ucap raffi.
“selamat pagi bapak raffi. maaf, saya lancang menunggu bapak raffi diruangan bapak!” ucap robi.
“oh, gak papa. Silahkan duduk.” Ucap raffi sopan sambil meletakkan box makanan dan tasnya dimeja belakang kursinya.
“wah, sepertinya, istri anda mengurus anda dengan sangat baik” ucap robi lagi. raffi tidak menanggapi perkataan robi, dan mencari bahan pembicaraan lain.
“ada apa kamu kesini?” tanya raffi.
“owh, saya membawa berkas, untuk pembukaan cabang ahmad group di bidang properti, dikota bandung nanti. Pak munawar, sudah mempercayakan kesaya untuk pengurusannya. Dan sekarang saya butuh tanda tangan anda, bapak raffi!” uccap robi dengan begitu sinis.
“letakkan saja berkasnya diatas meja, nanti saya pelajari. Maaf, saya harus keluar untuk mengurus sesuatu!” ucap raffi.
“ok, silahkan dipelajari. Senang bisa bekerjasama dengan anda lagi, bapak raffi” ucap robi dan berjalan keluar kantor, setelah robi keluar, raffi pun ikut keluar dari ruangannya.
“raffi” panggil seseorang, raffi menoleh, mencari asal suara yang memanggilnya.
“naura” raffi nampak kaget melihat naura ada dikantornya, dan disaat yang bersamaan robi juga bertemu dengan naura.
“hai naura! Apa kabar?” tanya robi kepada naura.
“kak robi, em, baik. Kak robi apa kabar?” tanya naura lagi, wajah raffi nampak khawatir.
“baik. Oh, kamu, punya urusan bisnis juga denga raffi?” tanya robi, belum juga naura menjawab, raffi langsung memotong.
“em, iya, eh, kami punya urusan bisnis. Silahkan masuk naura!” ucap raffi dengan wajah yang sedikit gugup, mempersilahkan naura masuk keruangannya.
“oh, bukankah kamu mengelolah butik, atau aku salah!” tanya robi lagi.
“ini berhubungan dengan kreatifitas, saya membutuhkan ide dia. Bukan seperti yang kamu pikirkan” jawab raffi lagi.
“ohhh, hah, aku bertanya pada naura, kenapa selalu kamu yang menjawabnya?” ucap robi lagi.
“maaf, tamu saya sudah menunggu” ucap raffi lalu masuk keruangannya bersama naura.
“owh, sepertinya, pertunjukannya bakal seru nih, ahah” ucap robi lalu berlalu pergi meninggalkan kantor raffi.
“kamu ngapain kesini sih!” tanya raffi kepada naura.
“raffi, aku mencari pacarku yang sudah tidak menghubungiku hampir sebulan.” Jawab naura. Raffi terdiam.
“tapi, kenapa kamu harus kesini. Apa yang akan dikatakan orang2, terlebih, terlebih lagi kak robi melihatmu. Kamu tau bagaimana kak robi kan!” ucap raffi yang nampak khawatir.
“lalu aku harus mencarimu dimana raffi. apa aku harus kerumahmu? Saat gigi ada disitu? Aku harus mencarimu dimana? Hampir setiap hari aku datang kemari, menanyakan apakah kamu sudah masuk kerja atau belum. Dan, disaat aku mulai senang karena bisa bertemu denganmu lagi, kamu malah bertanya, apa yang aku lakukan? Aku sudah tidak mengerti lagi raffi.” ucap naura mulai menangis. Raffi nampak begitu pusing.
“bukan begitu naura. Kumohon jangan menangis. Aku bingung. Aku hanya ingin kamu bersabar, sampai semuanya selesai naura. Aku mohon. Jangan mebuatku semakin bingung!” jelas raffi yang berusaha menenangkan naura.
“apa yang membuatmu bingung? Hah, apa yang membuatmu bingung raffi? nagita, atau aku? Siapa yang membuatmu bingung?” tanya naura. Raffi terdiam.
“jawab aku raffi! jawab” tangis naura semakin menjadi, raffi hanya terdiam.
“yah, dia membuatku bingung. Nagita membuatku bingung. Aku hanya ingin menyelesaikan semuanya dengan tenang. Aku ingin kita putus untuk sementara waktu!” ucap raffi, sambil menundukkan kepalanya.
“apa?”
“maafkan aku. Aku hanya tidak ingin terus menyakitimu.”
“apa? Kamu, lebih memilihnya. Dia, bukan siapa2mu raffi” tangis naura dengan suaranya yang mulai bergetar.
“dia istriku. Dia istriku. Aku, hanya ingin menyelesaikannya satu persatu. Kumohon, berikan aku jalan!” ucap raffi lagi, dan tiba2 satu tamparan keras melayang dipipinya.
“maafkan aku!” ucap raffi lagi dengan wajah penuh rasa bersalah, dan satu tamparan lagi melayang dipipinya. Naura berlari keluar dari ruangan raffi dengan tangisnya, sedangkan raffi tersungkur duduk dikursinya. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
“maafkan aku naura” gumam raffi lagi.
***
Sore pun menjelang. Gigi masih berkutat dengan kertas dan laptopnya.
“makan yuk!” ucap nanda yang membuyarkan konsentrasi gigi.
“nanda, tinggal satu berkas lagi” ucap gigi kembali berkutat dengan laptopnya.
“cuman burger aja, bisa dimakan sambil ngerjain berkasnya” ucap nanda, sambil meletakkan burger didepan gigi, lalu beranjak berjalan keluar.
“makasih yah nan” ucap gigi lagi.
“yap, jika butuh sesuatu, jangan lupa. Ok!” ucap nanda lalu berlalu pergi. Gigi hanya melemparkan senyumnya. Sambil memakan burger yang diberikan nanda, ia tetap fokus pada laptopnya, tiba2 ada seseorang masuk tanpa mengetuk terlebih dahulu.
“kenapa lagi nan?” ucap gigi tanpa memperhatikan siapa yang datang.
“nan, nan siapa. Nanda yah?” tanya raffi dengan sedikit meninggikan suaranya.
“raffi, ngapain kamu kesini?” ucap gigi kaget melihat raffi yang berdiri didepannya.
“yah mau jemput kamu lah. Kan aku udah bilang mau jemput kamu.” Ucap raffi dengan ekspresi sedikit sendu, tapi tidak lepas dari senyumannya.
“kamu cape yah, wajahmu nampak lelah!”
“em, sedikit. Apa pekerjaanmu masih banyak?”
“sedikit lagi.” jawab gigi,
“yah udah, aku tungguin.” Jawab raffi sambil membaca koran diatas sofa gigi. gigi hanya melihatnya sambil tersenyum. Malampun tiba, gigi menarik nafasnya sambil merenggangkan otot leher dan tangannya.
“akhirnya selesai juga.” Ucap gigi, dilihatnya raffi yang sudah tertidur di sofa karena menunggunya.
“yah ampun. Udah tidur dia” gigi pun mengambil tasnya dan berjalan mendekati raffi, saat ia hendak membangunkannya, ia merasa tidak tega. Raffi tidur begitu lelap. Gigi menatap wajah raffi, memegang bulu matanya, senyuman mengembang di bibirnya.
“raffi” panggil gigi sambil menggoyangkan tubuh raffi.
“em, pekerjaanmu sudah selsai? Hoam” tanya raffi masih dalam kantuknya.
“iya. Ayo kita pulang” ajak gigi.
“ok, ayo kita pulang.” Ajak raffi balik. Seakan melupakan semuanya, senyuman mereka mengembang. Semua orang pun menyapa mereka dengan ramah disepanjang perjalanan mereka keluar dari rumah sakit
“em, kita mau langsung pulang?” tanya raffi.
“memangnya mau kemana?”tanya gigi balik.
“ikut aku yuk” ajak raffi dengan menaikkan alis matanya.
***
Gigi terbengong saat raffi mengajaknya kelapangan basket di mantan kampus mereka ahmad univercity.
“kita mau ngapain sih ke sini?” tanya gigi sedikit bete kepada raffi.
“main basket lah, emang mau ngapain lagi dilapangan basket!” ucap raffi sambil mengambil bola dan dimasukkannya kering.
“yuhu, masuk”
“raffi, hayu pulang!” ajak gigi menarik tangan raffi.
“engga ah, ayo kita main basket.”
“emang kamu gak laper?”
“em, laper, aha, kita pesen pitza yuk!”
“sejak kapan kamu mau makan makanan siap saji?”
“emmm, kan ada kamu? Nanti kamu duluan yang nyobain, jadi kalau ada racunnya, kamu duluan yang akan keracunan. Iya kan” jelas raffi.
“yahhhhh” teriak gigi, hendak memukul raffi, namun raffi berhasil menghindar.
“gak kena, gak kena. Ahahahaha, awww” teriak raffi saat gigi melemparinya dengan bola basket.
“ahahaha, kena kan, ahaha” tawa gigi.
“mau belajar main basket gak?”
“huft, ayo pesen pitzanya. Kita taruhan” tantang gigi. raffi manaikkan alisnya.
“maksud kamu?”
“em, siapa yang paling sedikit masukin bola kering, sampai tukang anter pitzanya dateng, harus lari keliling lapangan ini sebanyak 10 kali, baru bisa makan pitzanya. Bagaimana?” jelas gigi.
“kamu nantangin aku?” tanya raffi, gigi menganggukan kepalanya.
“astaga. Siapa takut. Udah, kamu siap2 buat lari keliling lapangan ini. hah” raffi tertawa menyindir gigi.
“udah cepet pesen pitzanya!” ucap gigi sambil membuka sepatunya, melonggarkan kemejanya, mengikat rambutnya keatas.
“ok, udah nih, udah gue pesen. Sekarang ayo kita mulai” raffi melempar bola basket keatas, tiba2 gigi dengan lompatan tingginya menyambar bola yang baru saja dilemparkan oleh raffi dan memasukannya kering. Raffi yang melihat kemampuan gigi, terdiam, seakan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
“1-0” ucap gigi sambil menaikan alisnya.
“dasar. Dia bisa main basket. Emang tu alien, gak bisa apa sih. Isss, aku gak boleh kalah.” Gerutu raffi.
“raffiiii, ayo ambil bolanya” gigi mendrible bola dan memain2kan raffi, sontak saja, emosi raffi semakin meningkat.
“ayo, kalau bisa ambil” ucap gigi lagi
“bener2 yah” raffi dengan memanfaatkan tinggi badannya, akhirnya berhasil merebut bola dari gigi, dan memasukannya kering.
“yeeeehoooo. 1 sama, ahahah” teriak raffi, gigi nampak kesal. pertandingan mereka pun diwarnai dengan emosi, tawa dan kecurangan.
“hah, 9-9” raffi sambil terengah, mengatur nafasnya.
“pitza” teriak abang yang mengantarkan pitza mereka. Raffi pun mengambil pitza pesanan mereka.
“pitzanya udah dateng.”
“berarti, sekarang penentuannya” ucap gigi sambil memegang bola.
“siapa takut” tantang raffi dengan mata dan energi yang berkobar. Gigi pun melempar bola keatas, raffi karena lebih tinggi dari gigi berhasil mengambil bola tersebut.
Saat hendak berlari menuju kering gigi, gigi mengahalangi jalan raffi.
“ayo, kalau bisa, lewati aku!” tantang gigi, raffi menatap gigi tajam, ia pun berlari sambil mendrible bola tersebut, ia sudah berhasil melewati gigi, namun gigi tidak tinggal diam, ia menarik kemeja raffi, dan bola pun berhasil ia rebut.
“sial,,” teriak raffi.
“yah, tadi itu curang” emosi raffi.
“bukankah pertandingan ini tidak ada aturannya.” Ucap gigi, raffipun semakin kesal. Ia pun menghadang gigi didepan.
“ayo kalau bisa lewatin aku” tantang raffi, gigi pun berjalan pelan mendekati raffi, saat hendak menipu raffi, raffi tau taktik gigi.
“mau kemana” ucap raffi, gigi melengkungkan senyumnya, mendekatkan wajahnya kewajah raffi, dan meniup telinga raffi, sontak jantung raffi berdegup semakin kencang, dan terdiam. Gigi pun dengan mudah dapat melewati raffi yang masih terdiam, dan berhasil mencetak angka.
“yuhuuuuuuuu, 10-9, aku menang,aahaha” teriak gigi, raffi yang mulai sadar melihat gigi memasukan bola kegawang dengan ekspresi seperti ingin menangis.
“ahhh, siallll,,aahhhhhhh” emosi raffi karena berhasil dikalahkan oleh gigi.
“ada yang kalah, ada yang kalah, wwkwk” tawa gigi, puas melihat wajah kekalahan raffi.
“itu curang!” teriak raffi.
“bagian mananya yang curang!” ucap gigi,
“yah itu, ahhh” raffi kehabisan kata2.
“yang kalah, silahkan lari 10 putaran, ahahah. Pitzaaa,,” gigi lalu duduk dan mencium pitza yang ada didepannya.
“emmm, wangi. Mau makan gak. Cepet lari” perintah gigi.
“ah, bener2 yah.” Raffi melihat pitza tersebut dan menelan ludahnya. Dengan terpaksa akhirnya dia berlari keliling lapangan.
“1, ayo semangat.” Ucap gigi membantu raffi menghitung. 1 putaran, 2 putaran, sampai 7 putaran.
“gi, hahhh, udah yah, cape” ucap raffi yang langsung berbaring dilantai samping gigi, sambil mengatur nafasnya.
“yah, payah, gak sampe 10 putaran udah cape” ucap gigi.
“apa loe bilang?” tanya raffi.
“ayo cepet, makan pitzanya, terus kita pulang. Ini udah malem” ucap gigi lagi.
“bentar, masih cape tau” raffi kembali merebahkan tubuhnya dilantai.
***
Setelah raffi makan, mereka pun menuju keparkiran mobil.
“ingat gak pertama kali kita ketemu, dilapangan itu?” tanya gigi yang melihat lapangan tempat pertama kali ia diospek dan pertama kali bertemu dengan raffi.
“ingat lah. Mahasiswa baru yang super duper nyebelin, yah elo” ucap raffi sambil membuka pintu mobilnya.
“ayo pulang” tambah raffi lagi, gigi pun melangkah masuk kedalam mobil.
“hm, gak nyangka, sekarang gue hidup sama perempuan yang dulunya paling aku benci” ucap raffi saat hendak menyalakan mesin mobilnya.
“memang sekarang kamu sudah tidak membenciku?” tanya gigi.
“ah, oh, em,,masih lah” jawab raffi dengan jawaban terbata2.
“oh,” gigi memalingkan wajahnya dan melihat keluar jendela. Raffi pun melajukan mobilnya meninggalkan ahmad university. Gigi yang kelelahan pun tertidur dimobil raffi. mobil raffi mulai memasuki rumah halaman rumah mereka, gigi masih belum juga bangun. Raffi memarkirkan mobilnya, dan berbalik melihat wajah gigi yang tidur begitu lelap. Ia pun turun dari mobil, dan membuka pintu mobil gigi, saat hendak membangunkannya, ia menatap wajah gigi yang sedang tertdur.
“ternyata, aku sudah tidak lagi membencimu” gumam raffi pelan saat menatap wajah gigi. ia pun tidak tega membangunkannya. Ia melihat tangannya.
“gak papa kan yah. Iya gak papa” raffi mmeyakinkan dirinya dan langsung mengangkat tubuh gigi. pelan2 ia berjalan, sambil menatap wajah gigi. setelah sampai dikamarnya, raffi menyelimutinya. Merapikan rambut gigi yang nampak berantakan.
“mimpi yang indah” gumam raffi dan berjalan meninggalkan gigi dikamarnya. Saat hendak masuk kekamarnya HP raffi berbunyi.
“hallo” jawab raffi.
“iya betul, ada apa. Apa? Iya, saya akan segera kesana!” wajah raffi nampak panik, ia berlari kebawah, dan langsung melajukan mobilnya.
***
Matahari pagi, masuk melalui celah jendela kamar gigi. ia berusaha mengumpulkan kesadarannya. Dilihatnya, ia msih memakai baju kantornya.
“apa raffi menggendongku?” ia tersenyum saat mengingat kejadian yang baru dialaminya semalam. Ia lalu kekamar mandi, membersihkan dirinya, dan bersiap untuk kembali kerumah sakit.
“makan roti aja ah pagi ini” gumam gigi sambil menuruni tangga.
“si raffi belum bangun jam segini” ucap gigi sambil menyiapkan roti untuk sarapan mereka. Tiba2 terdengar bunyi mobil raffi.
“si raffi dari mana” gumam gigi. terlihat raffi memasuki rumah, masih dengan baju yang dipakainya semalem, sedikit berantakan.
“kamu darimana?” tanya gigi.
“bukan urusanmu” jawab raffi tanpa melihat kearah gigi. gigi terdiam mendengar jawaban raffi.
“sarapan dulu baru kerja” tambah gigi.
“tidak usah memperdulikanku, dan apapun yang pernah aku katakan, lupakan semuanya!” ucap raffi, lalu berjalan meninggalkan gigi. gigi terdiam, mencari maksud dari apa yang barusan raffi katakan.


To be continue, jangan lupa like dan commentnya.,,hehe,,terima kasih dan selalu tersenyum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar