Selasa, 29 Maret 2016

My Imagination "Dalam Diam Kau Curi Hati Ku" Part 22

Ost part ini Dayana Amerda-Cinta Dalam Diam (Ost Gigi), Melly Goeslaw-Bimbang, Raisha-Jatuh Hati, rahasia cintaku – kahitna.

“Dalam Diam Kau Curi Hati Ku”

Part 22

***
“ini gimna dibukanya sih ca?” ucap shahnas saat hendak mau membuka pintu rumah raffi dan gigi.
“loe mah, udah berapa kali juga, masa masih gak bisa!” ucap caca.
“iya, ini gak bisa, kuncinya yang mana sih!” ucap shahnas, sambil mencoba beberapa kunci yang ada ditangannya.
“sini, aku aja yang coba buka” caca mengambil kunci dari tangan shahnaz, baru pertama kali mencoba, caca langsung berhasil membuka pintu itu.
“ini, kebuka. Makanya, yang diotak loe itu jangan billy mulu!” goda caca.
“apaan sih, jangan gangguin gue sama si bekicot itu yah. Ih, amit2 dah” ucap shahnas.
“aha, entar juga loe cinta” goda caca lagi, sambal memasuki rumah raffi dan gigi, mereka terdiam melihat kondisi rumah kakak mereka.
“ini rumah?” gumam caca
“atau kapal pecah..astaghfirullah” tambah shahnas yang juga ikut bengong.
“apa kita harus ngeberesin rumah ini ca,,” ucap shahnas lagi dengan wajah yang memilu.
“ah,,,ayo, cepet, taruh makanannya diatas meja. Terus kita beresin nih rumah” ucap caca, dengan wajah stengah tidak ikhlas, mereka bersama2 membersihkan rumah raffi dan gigi, tidak lupa mereka pun memberi makan si meli.
“meli, ayo makan,,,papa sama mama kamu hari ini akan pulang kerumah” ucap shahnas.
“nas, jangan ngomong gitu keikan” ucap caca yang merebahkan dirinya disofa, setelah selesai beres2.
“emang kenapa?”
“nas, kalua a raffi dan mba gigi, papa mamanya tu ikan, berarti, kita itu aunty nya tuh ikan. Emang loe mau” jelas caca.
“ah, bener juga yah. Hadeuh..lagian yah, kenapa sih mereka itu gak punya anak! Kan, biar kita bisa segera menjadi aunty2 yang imut. Iya gak ca” ucap shahnas, yang ikut duduk disamping shahnas.
“iya, gue juga bingung. Mungkin kakak loe mandul?” ucap caca lagi.
“apa loe bilang? Kakak gue mandul? Mba loe tu, mandul kali dia, terlalu banyak kerja dirumah sakit” tambah shahnas yang tidak terima kakaknya dikatakan mandul oleh caca.
“hey, yang membuat anak itu laki2, jadi pasti kakak loe yang mandul” tambah caca lagi tidak mau kalah.
“cacaaa, sekali lagi loe ngomong kakak gue mandul” geram shahnas, caca yang melihat perubahan diwajah shahnas langsung berlari, sambal terus menggoda shahnas.
“iya, masa gak bisa hamilin kakak gue sih, payah kakak loe” tambah caca lagi dengan senyum kegirangan menggoda shahnas.
“cacaaaaa” teriak shahnas yang langsung mengejar caca. Caca berlari kelantai dua, dilihatnya kamar yang ada disebelah kiri, dengan pintu sedikit terbuka, caca langsung masuk dan mengunci pintu tersebut.
“aahahahahaha, gak bisa masuk kan loe, kakak loe payah” teriak caca dari dalam kamar.
“caca, buka gak, bukaaa, caca,” teriak syahnas, sambal menggendor2 pintu kamar tersebut. Tidak ada suara caca dibalik pintu.
“ca! ca,,loe masih hidup kan” teriak shahnas lagi. Masih tidak ada respon dari caca.
“cacaaaa” teriak shahnas lagi. Tiba-tiba caca membuka pintu dengan wajah bingung.
“loe kenapa, kesambet. Jangan pura….” Ucapan shahnas berhenti setelah caca membuka lebar pintu kamar tersebut, shahnas pun ikut bingung dengan kamar yang dilihatnya.
“ini kamar siapa?” tanya shahnas. Caca hanya diam dan mengangkat kedua bahunya.
“ini mirip kamar aa yang dirumah” ucap caca sambil masuk dan melihat isi kamar tersebut. Kamar raffi yang sedikit berantakan khas kamar cowo, dan bau khas cowo didalamnya. Foto raffi yang terpajang didinding. Shahnas masih bingung. Ia membuka lemari.
“ini semua baju a raffi kan, terus baju mba gigi mana?” tanya shahnas. Caca lagi2 mengangkat kedua bahunya, ia melihat kamar yang ada didepan kamar raffi.
“buka?” tanya caca.
“ayo” jawab shahnas, seakan mereka dapat membaca keadaan yang sedang terjadi. Mereka pun membuka kamar gigi yang tidak terkunci.
“ya Allah. Ini bener2 kamar mba gigi.” Ucap caca yang melihat dekorasi kamar gigi.
“mereka pisah kamar?” ucap nanas dengan ekspresi yang penuh dengan kebingungan.
“masa sih nas. Pantas ponakan kita gak pernah jadi” tambah caca.
“apa mereka sedang berantem,, terus pisah ranjang. Kayak artis-artis ca!” tambah shahnas.
“hm, sepertinya kita harus menanyakannya langsung nih nas” ucap caca lagi, tiba-tiba handpone mereka berbunyi.
“oh, iya ma, kita langsung kerumah sakit sekarang” ucap caca. Shahnas pun begitu.
“ayo, ca. kita pergi”

***
Didalam mobil raffi tertidur, sementara gigi yang duduk disampingnya hanya membaca buku tanpa mengeluarkan satu kata apapun. Sementara keluarga mereka saling bersenda gurau.
“mba, pagi ini kita dari rumah mba gigi, kasih makan si meli, sama nyiapin makan buat makan siang mba sama aa” ucap shahnas.
“makasih yah nas” ucap gigi sambil mengeluarkan senyum kecilnya.
“tapi mba, kita mau tanya satu hal sama mba” ucap caca.
“mau tanya apa?”
“kok dirumah mba gigi ada dua kamar yang satu kayak kamar a raffi, yang satu lagi kaya kamar mba gigi” ucap caca. Gigi kaget, mendengar kata2 caca.
“emang mba gigi pisah kamar sama a raffi?” Tambah shahnas. Semua mata tertuju kepada gigi, tidak terkecuali papa munawar, mama amy dan mama rieta. Gigi yang merasa tertekan, mau tidak mau membangunkan raffi. “raffiiiii” panggil gigi menggoyang-goyangkan tubuh raffi. raffi yang mulai terganggu akhirnya bangun.
“apa” jawab raffi dalam kondisi stengan sadar.
“bangun fi” panggil gigi lagi.
“aku gak tidur semaleman gi, aku mau tidur dulu”
“itu,,,bangun” gigi terus berusaha membangunkan raffi.
“aa pisah kamar sama mba gigi” tanya caca, raffi yang mendengar pertanyaan caca, langsung membelalakan matanya, ia menoleh kebelakang kearah caca dan shahnas.
“em, apa? Pisah kamar gimana” tanya raffi lagi berusaha terlihat santai.
“itu, dirumah aa, masa ada dua kamar, satu seperti kamar cewe, satunya lagi seperti kamar cowo” tambah shahnas. Raffi tersenyum hambar, melihat mama amy, mama rieta dan papa munawar sedang menunggu penjelasan dari mereka. Raffi menatap gigi, seakan mampu saling bicara lewat tatapan mata, gigi menyuruh raffi untuk menjelaskan semuanya, bagaimanapun caranya.
“jadi kalian, masuk kamar dirumah aa sembarangan, siapa yang ajarin?” ucap raffi
“yee, aa berusaha menutupi sesuatu yah. Aa sama mba gigi gak akur yah?” ucap shahanas.
“emang bener begitu fi?” tanya papa munawar.
“ah, ahaha, em, mereka aja yang terlalu banyak berkhayal pa. jd, em, eh, raffi sama gigi sedang menunggu waktu yang pas untuk cerita ini ke papa sama mama. Tapi karena keadaannya sudah begini, yah udah, aa cerita aja. Em, jadi sebenarnya, em, gigi sedang hamil pa, iya, gigi sedang hamil” kata2 yang begitu saja terlontar dari mulut raffi membuat semua terdiam. Gigi yang kaget mendengar perkataan raffi, menginjak kaki raffi, berusaha bertanya apa maksud dari perkataannya. Gigi melototkan matanya kepada raffi, raffi memberi isyarat agar gigi ikut masuk saja dalam permainan yang telah ia buat.
“maksud kamu apa sayang?” tanya mama amy.
“jd gini, semenjak dia hamil, permintaannya itu aneh2 ma. Em, itu kamar dia yang minta, jadi, sehari kita tidur dikamar yang didekor seperti kamar cowo, besoknya, kita tidur dikamar yang kayak cewe. Makanya, aa ngedekor kamar itu jadi seperti itu. Biar anak aa gak ngeces. Iya gitu,, iya kan sayang” jelas raffi, meminta dukungan kepada gigi sambil merangkul bahu gigi yang duduk disebelah kirinya. gigi yang sedang geram dengan cerita konyol yang diceritakan raffi akhirnya mau tidak mau mengikuti drama yang baru saja diciptakan raffi.
“oh, iya ma. Em, gak tau, gigi maunya seperti itu” ucap gigi dengan senyum aneh. Raffi tertawa, seperti orang yang sangat bahagia.
“jadi mba sedang hamil? Berarti aa gak mandul dong,,,yeeee” ucap shahnas kegirangan.
“Alhamdulillah, ya Allah. Mba gue gak mandul” Tambah caca, tersenyum kegirangan sambil berpelukan dengan shahnas. Raffi dan gigi menatap kedua adik mereka dengan tatapan aneh.
“Alhamdulilllah. Jeng, sebentar lagi kita jadi nenek” ucap mama amy dengan wajah yang sangat bahagia.
“kakek,,,ahahahaha” tambah pak munawar dengan wajah yang sangat bahagia.
“papa kamu harus segera dikabari nih sayang. Ya Allah, mama bahagia banget” ucap mama rieta. Gigi hanya memberi senyum hambarnya. Semuanya sedang merasakan kebahagiaan, terkecuali raffi dan gigi yang masih bingung dengan apa yang baru saja mereka lakukan.
***
Akhirnya mereka pun sampai dikediaman raffi dan gigi. dihalaman rumah, mama rieta sedang memohon agar raffi dan gigi mau tinggal bersamanya selama proses kehamilannya.
“mama gak tega mau ninggalin kalian sendirian. kalian harusnya itu tinggal dirumah mama dulu, kehamilan pertama itu cukup riskan sayang. Apa tidak lebih baik kalian tinggal sama mama dulu, yah raffi!” mohon mama rieta.
“iya sayang, kalian tinggal pilih, mau tinggal dirumah mama atau mama rieta!” tambah mama amy.
“iya a, mba. Pilih aja, mau tinggal dimana!” tambah caca dan shahnaz. Raffi dan gigi dengan wajah penuh rasa bersalah, tidak tau harus berkata apa.
“em, mama sama papa tidak usah khawatir. Em, gigi, lagi ngidam cuman mau sama raffi aja..ahahah, iya kan sayang?” jelas raffi memberikan senyum bahagianya kepada gigi, seakan semuanya nyata, sambil merangkul pinggang gigi dengan tangan kirinya.
“tapi kan tangan kamu belum sembuh a! Bagaimana kamu mau ngurus menantu papa! Pokoknya ikut kerumah, sebulan ini dirumah papa dulu, selanjutnya dirumah gigi! bagaimana!” tambah pak munawar.
“gigi, maunya dirumah aja pa. em, sekarang gigi suka gak bisa tidur ditempat lain.” Tambah gigi.
“iya bener pa,,ahaha, bayi raffi cuman mau dirumah papa mamanya aja..iyaa,, ahaha” ucap raffi sambil memegang perut gigi, sambil mengarahkan telinganya keperut gigi.
“tuh, bayi raffi barusan ngomong, mau dirumah aja,,,ahaha” tambah raffi lagi. gigi mulai merasa geli dengan perilaku raffi.
“yah udah, kita akan sering buat ngunjungin kalian. Ini cucu pertama kita soalnya. Besok sarapan pagi biar kita yang nyiapin. Menantu papa tidak bleh cape. Nanti cucu papa ikutan cape. Ok, ayo kita pulang ma!” ajak pak munawar.
“yah, udah sayang, kalau butuh apa2, jangan lupa telpon. Ok” ucap mama amy sambil menyium pipi kanan dan kiri gigi.
“jagain istri kamu a, awas kalau sampai cucu mama kenapa2.” Tambah mama amy kepada raffi.
“sayang kita pulang dulu. Fi, mama titip gigi sama cucu mama. Pokoknya kalau butuh apa2, jangan lupa untuk telpon. Mau jam berapapun. Ok” tambah mama rieta.
“a raffi, mba gigi. nanas pulang yah, jagain ponkan nanas, dah, assalamualaikum” ucap shahnas
“iya, jangan mba dan ponakan aku yah a. mba gigi jangan cape2. Dadah,” pamit caca.
“iya. Dahhhh” ucap raffi yang mengantar kepergian keluarga mereka dengan senyuman. Tangan kirinya tetap merangkul pinggang gigi. gigi melemparkan senyum kepada keluarganya, sambil melampaikan tangan. Setelah mobil keluarga mereka hilang dari pandangan mereka, gigi mulai menarik nafasnya, sedangkan raffi masih mengembangkan senyumnya.
“loe apa2an sih” ucap gigi sambil mendorong tubuh raffi yang masih merangkulnya.
“wah, dasar. Aku sudah menyelamatkan pernikahan kita.” Ucap raffi.
“apa loe bilang? Menyelamatkan pernikahan kita! Astaga. Loe lupa, kalau dari awal pernikahan ini memang sudah tidak bisa diselamatkan.” Ucap gigi berusaha menahan emosinya, raffi menjadi salah tingkah.
“yah, paling tidak sampai batas waktu perjanjiannya, setahun lagi.” raffi menjelaskan. Sementara gigi berlalu masuk kedalam rumah.
“yah,,,,dasar, gue kan lagi ngomong, isss” raffi pun ikut masuk kedalam, gigi sedang didapur mengambil air minum.
“kamu masih marah?” tanya raffi.
“raffi, masalah kita sudah cukup rumit. Sekarang kamu nambahin satu masalah lagi. a,,,,kamu bilang aku hamil! Apa tidak ada cara lain untuk menjelaskan?”
“entah, semuanya tiba2 muncul diotakku. Huft” jawab raffi sambil duduk dimeja makan.
“lalu sekarang bagaimana?”
“apanya yang bagaimana?”
“aku tidak hamil raffi. bagaimana menjelaskan kepada mereka? Setiap bulan terlewati mereka akan berharap, melihat perutku yang membuncit. Lalu bagaimana?”
“oh, nanti aku bilang aja kamu keguguran, udah beres kan” jawab raffi simple.
“aku benar2 tidak mengerti dengan jalan pikiranmu. Kamu tau apa yang paling kutakutkan?” mata gigi mulai berkaca2. Raffi yang melihatnya menjadi merasa bersalah.
“kamu,,,,, itu, masalah bisa teratasi. Jangan menangis? Memang apa yang membuatmu takut?” ucap raffi yang berdiri hendak mendekati gigi, namun gigi melangkah menjauhi raffi.
“yang paling aku takutkan adalah, melihat senyuman mereka hilang dari bibir mereka. Keluagaku dan keluargamu. Apa yang akan mereka rasakan, jika tau aku tidak hamil. Semua kebohongan ini akan menyakiti mereka. Apa kamu tidak sadar? Raffi, ah, sudahlah, kamu toh tidak akan mengerti” gigi menyapu air matanya dan berlalu meninggalkan raffi. raffi terdiam. Ia hanya melihat gigi naik keatas sampai hilang dari pandangannya.
“dasar bodoh. Apa yang baru saja aku lakukan, hahhhh” gumam raffi. gigi termenung dikamarnya.
***
Hari itupun berlalu, pagi mulai tiba. Gigi mulai terbangun dari tidurnya. Dilihatnya jam didinding yang menunjukkan pukul 6.30 pagi. ia langsung beranjak kekamar mandi. Setalah mandi ia turun kebawah, matanya melihat kesetiap sudut rumah.
“dia belum bangun. Baguslah” ia pun pergi kedapur untuk menyiapkan sarapan. Nasi goreng dan telur dadar, susu dan buah.
“yaps, sarapan sudah siap. Oh, mama amy gak mungkin bawa makanan kan, ah” gumam gigi yang mulai bingung dengan semuanya. Ia tidak membangunkan raffi. setelah menghabiskan sarapannya ia menonton tv. Sesekali ia melihat kearah dapur.
“biasanya jam segini dia udah kayak orang gila nyari makan. Kenapa dia belum turun2 juga” gumam gigi. jam dinding sudah menunjukkan pukul 10 pagi.
“kemana sih tu anak. Tidur apa mati. Ah, peduli amat. Terserah” gigi kembali memperbaiki posisinya dan kembali menonton.
“ah dasar. Bener2 yah itu orang, dia kan harus minum obat. Raffi” teriak gigi yang berjalan naik keatas.
“raffiiii” teriak gigi sambil mengetok pintu kamar raffi.
“raffi, bangun. Sarapan, terus minum obatnya.” Ucap gigi, namun tidak ada jawaban dari dalam kamar.
“rafff...” ucapan gigi terpotong saat membuka pintu kamar raffi. raffi tidak ada dikamarnya.
“kemana dia!” gumam gigi lagi. saat hendak menutup pintu kamar raffi, ia melihat foto pernikahannya dengan raffi yang ada diranjang raffi. ia masuk kekamar raffi dan melihat foto tersebut. Ada senyuman sedih mengambang dibibirnya saat melihat foto tersebut.
“untuk apa kamu melihat foto ini” ia lalu meletakkan foto tersebut diatas meja samping ranjang raffi. ia melihat album foto diatas meja tersebut, gigi duduk diranjang raffi sambil melihat2 foto2 dalam album tersebut. Sesekali ia tersenyum melihat foto2 masa kecil raffi dan keluarganya.
“si raffi, kurus banget” ucap gigi sambil tersenyum. Ia terus membolak balikkan foto2 tersebut tanpa sadar raffi sudah duduk disebelahnya.
“astaga, ahahahah” tawa gigi saat melihat foto kecil raffi yang tanpa baju.
“lucu yah!” ucap raffi ditelinga gigi.
“aaa” gigi yang kaget langsung terjatuh melihat raffi.
“astaga, gitu aja kaget”ucap raffi sambil mengulurkan tangannya, namun gigi berdiri sendiri.
“kamu yang ngagetin. Astaghfirullah”
“gak sopan, seneng banget yah ngeliatin foto2 aku yang cakep!”
“apa...ahaha, cakep darimananya. Kamu kurang gizi yah waktu kecil. Ini foto2 kamu, seperti tulang yang dibalut sama kulit aja, ccccc”
“astaga”
“lagian kamu masuk tanpa ketuk pintu dulu, kayak hantu tau”
“ngapain aku ketuk pintu dikamar aku sendiri. Seharusnya, aku yang marah. Ngapain kamu masuk kamar orang yng tidak ada penghuninya. Ah, kamu mau nyolong yah” ucap raffi.
“mau nyolong apaan dikamar ini. aku nyarin kamu. Tapi gak ada.” Jelas gigi dengan wajah malunya.
“udah ah, kalau mau sarapan, dibawah. Terus minum obatnya” ucap gigi yang mulai salah tingkah lalu keluar dari kamar raffi. raffi pun mengikuti gigi kebawah. Gigi kembali memutar tv dan melanjutkan nontonnya. Raffi yyang melihat gigi acuh padanya memonyongkan bibirnya.
“giiii” panggil raffi.
“em”
“ini minumnya, susah banget dibukanya. Bantuin” rengek raffi, gigi menarik nafasnya dan pergi kearah raffi. ia pun membantu raffi menuangkan air minumnya.
“udah. Ada lagi?” tanya gigi lagi.
“kalau minum sih bisa pakai tangan kiri. Tapi kalau makan susah. Bantuin makan” raffi mengeluarkan senyumannya, dengan wajah memohon.
“kalau aku gak makan, aku gak minum obat” tambah raffi lagi.
“iya, iya, gue suapin” gigi pun duduk didepan raffi, seperti seorang ibu yang hendak memberi makan pada anaknya.
“buka mulutnya!” perintah gigi, raffipun membuka mulutnya. Satu suap, dua suap, hingga beberapa suapan, raffi makan tanpa bersuara. Gigi pun hanya diam.
“em, kamu,,,sudah gak marah kan?” tanya raffi
“hah, sudah biasa. Ayo habiskan lalu minum obat!” raffi kembali menerima suapan dari gigi.
“baguslah. Emm, masalah kamu hamil..” gigi langsung menatap raffi dengan tajam.
“wah, tatapanmu seperti mau menelanku.” Tambah raffi, gigi memberikan suapan terakhir.
“tidak usah membahas itu.” Ucap gigi sambil berdiri meletakkan piring raffi diwastafel.
“sudah aku selesaikan, jadi, kamu tidak perlu melihat wajah sedih mereka,” ucap raffi, gigi kembali menatap raffi.
“maksud kamu?” tanya gigi.
“maksud aku, em, aku sudah memberitahu mereka..hehe”
“mereka tidak marah?”
“em, gak marah, cuman sedikit kecewa”
“benarkah. Memangnya kamu bilang apa kemereka?”
“emmm, aku bilang kamu hanya terlambat datang bulan aja, dan sekarang udah datang bulan. Gitu aja” jelas raffi, gigi melihat raffi seakan tidak percaya.
“jadi, tadi pagi kamu kerumahmu dan juga kerumahku?”
“iya, aku bangun sangat subuh tau. Sangat sulit untuk menjelaskan kepada papa sama mamku. Aku bahkan sempat dimarahi karena tidak bisa menghamili..mu” jelas raffi lagi.
“siapa suruh mengarang cerita seperti itu. Bagaimana bisa menghamiliku, menyen,,,,ah sudahlah. Lalu, apa yang kamu jelaskan tentang kamar itu?”
“oh, aku bilang aja, em, itu,,mau kamu yang aneh, dengan terpaksa aku mengikutinya, karena aku pikir kamu hamil” tambah raffi.
“yaaaa, astaga” gigi teriak tidak terima dengan penjelasan raffi kepada orang tuanya.
“lalu aku harus bilang apa. Yang penting masalahnya sudah selesai, ok”
“hah, aku tidak habis pikir. Astaga. Cepat minum obatnya” omel gigi lalu beranjak meninggalkan raffi.
“wah, emosinya suka berlebihan. Mama rieta ngidam apa sih waktu hamilin dia. Tapi baguslah, dia sudah kembali normal. Apa dia tidak kerumah sakit! Em”
***
Hari sudah siang, gigi nampak sedang membersihkan rumah, sedangkan raffi sedang menonton tv. Sesekali raffi melihat kearah gigi yang sedang bersih2.
“kamu gak kerumah sakit?” tanya raffi.
“karena ada seseorang yang harus aku urus, papaku memberiku cuti selama satu minggu.” Ucap gigi sambil membersihkan debu diatas meja.
“kedengarannya kamu tidak ikhlas. Aku tau, karena tidak kerumah sakit, akhirnya kamu tidak bisa ketemu nanda kan, hah,” ucap raffi menyindir. Gigi menarik nafasnya panjang.
“mungkin, terserah apa yang kamu pikirkan. Sebentar, aku penasaran. Apa yang sedang kamu lakukan dirumah sakit?” tanya gigi. wajah raffi seketika berubah menjadi gugup.
“oh, yah, aku, mau kontrol lah. Mau ngapain lagi kerumah sakit” jawab raffi tanpa memandang gigi.
“kalau kamu datang berobat, kenapa kamu tidak melakukan pendaftaran? Terus, kenapa bisa kamu menginjak ember air pel punya CS?” tanya gigi penasaran.
“oh, karena antriannya banyak, aku langsung pulang. Dan, em, aku sedang menelpon, jd, tidak memperhatikan jalan.” Jelas raffi lagi dengan gugup.
“tapi, divideo cc tv, aku tidak melihat kamu sedang menelpon. Kamu sedang bengong.” Tambah gigi lagi.
“em, entahlah. Sepertinya karena benturan itu, aku kehilangan ingatan sebagian. Iya kayaknya. Apa aku harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut? Em” jelas raffi bohong, dengan wajah yang sedikit gugup.
“huft, gak usah. Sepertinya letak masalah bukan dikepalamu, tapi dijiwamu.”
“yaaaa, loe yah. Tidak punya hati!” raffi membuang mukanya dari gigi.
“maksud kamu?”
“lupakan kenapa aku ada dirumah sakit. Sekarang aku mau tanya. setelah zaskia memberi tau kalau aku pingsan, kenapa tidak segera melihatku. Apa karena kamu sedang berduaan dengan nanda? apa nanda melarangmu? Hah”
“katanya kamu pingsan, kok tau zaskia menelponku. Kamu melihatku dengan nanda!” raffi kaget mendengar perkataan gigi. karena emosi dia lupa kalau waktu itu ia pura2 pingsan.
“oh, zaskia yang bilang. Kalau dia sudah menghubungimu. Tapi, karena sedang bersama nanda, kamu tidak datang untuk melihatku.” Jelas raffi gugup.
“ohh, aku hanya sedang berusaha mengembalikan semuanya seperti sedia kala”
“em” raffi bingung dengan jawaban gigi.
“sudahlah. Aku mau mandi dulu.” Gigi melepas celemeknya dan hendak naik kekamarnya.
“berusaha mengembalikan semuanya seperti sedia kala. Apa maksudnya! Tapi, kata suster yang merawatku waktu itu, kamu yang mencari dokter spesialisku, berlari tanpa menggunakan sepatu. Apakah itu benar?” gigi menghentikan langkahnya.
“anggap saja benar. Lalu, apa yang salah? Aku hanya tidak mau disalahkan. Jika sesuatu terjadi padamu, pasti aku yang akan disalahkan.” Jelas gigi. ia langsung naik keatas.
“hah, benarkah. Padahal, Jika itu benar, aku berharap kamu perduli” gumam raffi. gigi yang mendengar perkataan raffi tetap melangkah naik keatas. Setelah sampai dikamarnya, gigi merenungkan perkataan raffi.
“kamu tidak tau, dan mungkin tidak akan pernah tau, seberapa besar aku perduli padamu. Aku bahkan meragukan diriku. Bisakah aku tidak perduli!” gumam gigi. tiba2 HP nya berbunyi.
“mama amy” gigi terdiam lalu mengangkat HP nya.
“assalamualaikum ma” jawab gigi.
“kamu baik aja sayang.” Ucap mama amy dibalik telpon.
“oh, iya kok ma, gigi gak papa”
“mama cuman mau bilang. Terima kasih sudah menjjadi menantu mama. Mama titip raffi yah sayang, sekarang mama tau mengapa dia begitu peduli padamu. Kalian baik2 yah.”
“iya ma.” Gigi lalu menutup telponnya.
“hm, apa yang harus aku lakukan padamu raffi” gumam gigi. raffi yang duduk didepan kolam renang juga sedang merenung.
“sepertinya dia memang sudah tidak perduli lagi.”
***
Keesokkan harinya, masih sama. Gigi sedang sarapan, sedangkan raffi sedang menonton tv.
“kamu tidak mau sarapan” tanya gigi. raffi yang nampak acak2an tidak menghiraukan pertanyaan gigi.
“meli ayo makan. Ada orang yang gak mau makan sayang. Suasana hatinya suka berubah-ubah. Kamu jangan kayak gitu yah. Ayo makan sayang. Pinter” ucap gigi saat memberi makan ikannya. rafi hanya melihat gigi dengan ujung matanya.
“dia marah. Marah kenapa coba!” gigi memperhatikan raffi.
“hah, bisakah aku tidak perduli!” gumam gigi sembari membawa piring roti isi coklat kedepan raffi yang sedang nonton.
“tidak usah disuapin kan. Cepat makan lalu minum obat” raffi masih tidak merespon perkataan gigi. gigi merasa seperti mencium sesuatu. Ia mendengus, mencari asal bau yang diciumnya, sampai hidungnya mengarah keraffi.
“ah, kamu kapan terakhir mandi?” tanya gigi, namun raffi hanya melihat gigi dengan ujung matanya lalu kembali menonton tv.
“kamu denger aku gak sih. Sejak kapan kamu suka nonton kartun. Raffi” omel gigi. raffi masih diam.
“raffi” panggil gigi lagi dengan sedikit meninggikan suaranya.
“kenapa. Itu urusanku. Aku tidak mau mandi. Aku tidak mau makan. Itu urusanku. Kamu tidak perlu mengurusku” ucap raffi dengan nada emosi.
“jangan sperti anak kecil.” Gigi mengambil sepotong roti, dan memaksa raffi untuk makan.
“makan”
“tidak mau, jangan memaksaku” ucap raffi berusaha menghindari suapan gigi dengan berdiri dari sofa, namun gigi tidak tinggal diam. Memahami kondisi raffi yang terbatas, ia langsung mendorong tubuh raffi kesofa. Namun raffi lagi2 kembali berdiri, gigi kembali mendorong tubuh raffi hingga berbaring disofa, gigi langsung duduk diatas raffi. ia langsung menyodorkan roti kemulut raffi, namun raffi masih tidak mau membuka mulutnya.
“makan gak, makan. Hah, raffi jangan memaksaku melakukan ini. mengerti, cepat makan!”
“ak...” baru raffi membuka mulutnya, gigi langsung memasukkan roti kemulut raffi.
“kunyah cepet. Jangan dibuang awas. Kalau kamu tidak mengahabiskan roti ini, aku akan terus duduk diatasmu, em, bagaimana!” ancam gigi.
“iya, iya...ini aku makan. Puas” omel raffi dengan mulut yang penuh dengan roti.
“gitu dong. susah banget sih ngasih makan kamu. Cepet, ini masih ada satu lagi. setelah itu minum obat” tidak tunggu waktu lama untuk raffi menghabiskan kedua potong roti tersebut.
“ini udah abis. Cepet turun!” perintah raffi.
“wah, ada yang aneh dengan wajahmu. Wah, janggutmu, kumismu, cambangmu, lebat banget. Wajahmu jadi kayak orang arab. Kamu udah berapa hari gak cukuran?” tanya gigi, yang memperhatikan wajah raffi dari dekat. Ia memegang janggut raffi. raffi mulai tidak nyaman dengan posisi mereka saat ini.
“wah, hah, papa aku gak punya jenggot kayak gini. Geli banget” gigi memegang janggut raffi. raffi menelan ludahnya saat gigi menyentuhnya, jantungnya berdegup kencang.
“yahh, yahhh, aku mau minum obat” ucap raffi, dengan gugup ia langsung bangun keposisi duduk, sehingga tanpa disengaja, wajah raffi dan gigi menjadi begitu dekat, hidung mereka saling menyentuh. Mereka dapat saling merasakan hembusan nafas masing2. mata mereka saling tatap dalam beberapa detik. Gigi yang sadar berada diatas raffi, mulai salah tingkah, begitu pula dengan raffi.
“em, cepat minum obatnya. terus kamu mandi gih” ucap gigi gugup. ia lalu beranjak turun dan pergi kearah dapur. Raffi berusaha mengatur nafasnya.
“hahhhh, apa itu barusan. Nafasku seperti berhenti” raffi menelan ludahnya sambil memegang dadanya.
“ahhhh, sial. Ngapain sih aku duduk diatasnya. Hahhhh” gigi yang gugup membuka kulkas dan minum beberapa gelas. Raffi terus saja diam, berusaha mencari arti dari perasaan baru saja ia rasakan.
“kok bengong. Sana mandi!” perintah gigi yang melihat raffi masih saja diam. Iapun berjalan mendekati raffi. raffi masih saja melamun dengan pandngan kosongnya.
“hei, sana mandi” ucap gigi, raffi pun mulai sadar dari lamunannya.
“entar aja” jawab raffi sok cuek.
“entar ajanya kapan? Sana cepet mandi!”
“nanti aja..” jawab raffi dengan datar.
“badan kamu itu udah bau banget, sana mandi”
“entar ajaaa” ucap raffi sedikit berteriak.
“loe kenapa sih. Masih marah masalah yang kemaren? Gak mau makan, sekarang gak mau mandi. Cepet sana mandi.” Raffi masih saja diam.
“baiklah. Tetap saja dengan sifatmu yang seperti ini. mulai sekarang aku pun tidak mau perduli lagi denganmu” ucap gigi lalu beranjak meninggalkan raffi.
“sejak kapan kamu perduli padaku!” teriak raffi.
“huft, kalau aku tidak perduli, aku tidak akan ada disini sekrang. Tidak akan memaksamu makan ataupun mandi. Jadi kamu mau agar aku tidak perduli. Baiklah mulai sekrang aku tidak akan perduli.” Ancam gigi, wajah raffi mulai berpaling kearah gigi dan menatapnya. Saat gigi pura2 hendak pergi, raffi menarik tangannya.
“iya,,,”
“iya apa?” tanya gigi.
“iya, aku akan mandi,, tapi,,,” raffi menundukkan kepalanya.
“tapi kenapa?” raffi menatap wajah gigi dengan penuh permohonan. Gigi hanya bisa menarik nafasnya dengan dalam.
***
“benar2 yah, gue berasa punya anak sekarang, hahhhh” gerutu gigi sambil menyiapkan air panas di bak mandi raffi. sementara raffi menunggu dikamarnya.
“air panasnya udah siap. Cepat buka baju baju!”
“sama celana juga?” goda raffi. gigi menatap raffi, seperti hendak menelannya.
“baiklah, buka semuanya.”
“wah, beneran nih,” goda raffi.
“yah udah, buka” tantang gigi menyembunyikan kegugupannya.
“yah udah aku buka yah.” Goda raffi sambil menarik turun celanannya dengan menggunakan tangan kirinnya.
“yaaa, kau mau mati” teriak gigi sambil menutup kedua matanya.
“bukankah kau sudah pernah melihatnya” goda raffi lagi dengan senyum jailnya. Merasa dikerjain oleh raffi, gigi membuka matanya dan berbalik menatap raffi.
“yah udah, sini aku bantu bukain” tantang gigi.
“yah udah hayu bukain” tantang raffi balik. Gigi langsung maju mendekati raffi, memegang kancing celana raffi, raffi mulai panik saat gigi membuka kancing celanya.
“yaaa, berhenti” raffi langsung memegang tangan gigi.
“kenapa, bukannya kamu mau dibukain” goda gigi balik. Dengan wajah panik raffi berlari masuk kekamar mandi.
“tidak perlu, aku bisa buka sendiri!” ucap raffi, gigi tertawa puas melihat tingkah raffi.
“dia yang mulai, dia yang kalah, ahahahah” ucap gigi. raffi membuka pintu kamar mandinya.
“ada apa lagi?”
“aku gak bisa buka baju!” ucap raffi pelan.
“astaga. Sepertiny kamu memang banyak membutuhkan bantuan sekarang. Cupcup, jangan nangis, sini mama bantuin, anak bayi! Awas tangan kanan kamu” ucap gigi berjalan mendekati raffi. raffi nampak kesal dengan kata2 gigi, namun saat gigi membantunya membuka baju, raffi mengeluarkan senyum kecilnya, seperti suka dengan perlakukan gigi padanya.
“celana juga.”
“ihhh, apaan sih. Genit banget sih kamu” ucap raffi sambil berlari dibalik tirai kamar mandi.
“ahahahah, kan kalau anak bayi semuanya dibantuin”
“gak usah. Ini aku udah buka sendiri” ucap raffi dibalik tirai.
“cepat masuk kedalam bak!” perintah gigi.
“iya, ini udah masuk. Kamu udah pakai belum?”
“kenapa aku harus pakai tutup mata sih, kan aku udah biasa lihat kamu gak pakai baju. Kalau dalam bak mandi, yang keliahatan cuman atasnya aja kan! Gak bawahnya!”
“tapi itu syaratnya, cepet pakai.”
“astaga, ribet banget sih, mau mandiin orang tua gini amat sih” gerutu gigi sambil memakai tutup matanya dan membuka tirai bak mandi raffi.
“nah gitu. Ayo cepet mandiin” ucap raffi tersenyum melihat gigi yang telah memakai tutup mata.
“hadeuh, sekarang aku yang jadi orang buta”
“jangan khawatir, aku akan menuntunmu” goda raffi sambil menuntun tangan gigi untuk meraih shower spons dan sabun. Gigi mulai meraba kepala raffi. disiramnya kepala raffi dan meremas rambut raffi.
“ya,,,yayaa,,sakit, pelan, pelan kenapa. Yah, pelan pelan, aku tidak bisa bernafas” ucap raffi tereengah2 karena gigi terus mengguyur kepala raffi.
“rasainnnn” gigi mengeluarkan senyum kecilnya puas telah mengerjai raffi.
“bener2 yah loe” raffi berbalik menatap gigi dengan kesal. Gigi menggoyang2 kan kepalanya sambil mengeluarkan lidahnya.
“sekrang ayo kita pakai sabun.” Gigi yang jongkok disamping bak mandi raffi menuangkan sampo kekepala raffi. karena gigi tidak dapat melihat dan dengan sengaja gigi memencet botol sampo tersebut dengan kuat, alhasil sampo itupun sampai mengalir kewajah raffi.
“perih, mata gue perih. Kebanyakan gigi. ahhhh” teriak raffi.
“oh kebanyakan, maaf, aku kan gak bisa lihat” ucap gigi, ia lalu meletakkan botol sampo tersebut dilantai.
“kamu sengaja kan. Cepet disiram, airnya mana” omel raffi.
“mana gue gak lihat kerannya mana” gigi pun meraba sekitarnya, sampai ia menemukan kran san menyiram kepala raffi sambil menggosoknya.
“pelan, pelan,,,aaaaa, gi, gue makan busa, pelan pelan.” raffi sibuk mengomeli gigi, sementara gigi memandikan raffi sambil tertawa puas. Karena begitu geli, Gigi duduk sambil memegang perutnya ia tertawa begitu lepas. Raffi membasuh wajahnya dan membersihkan matanya dengan wajah yang sangat kessal ia melihat kearag gigi yang sedang tertawa puas. Raffi terdiam, ia menatap gigi yang sedang tertawa, senyuman kecil mengambang dibibirnya.
“tawa yang indah, cantik” gumam raffi pelan. Sementara gigi yang tidak tau raffi memandangnya terus saja tertawa.
“rasa kan loe, gue bilang gak usah pkai tutup mata juga. Ahaha, ah, akhirnya kan loe makan sampo. Raffi raffi.” ucap gigi, senyuman terus mengembang dibibirnya. Raffi terus memandang wajah gigi yang duduk disebelahnya.
“eh, loe kok gak ngomong sih. Biasanya loe cerewet banget. Apa ini pengaruh loe makan sampo?” gigi bertanya, sedangkan raffi memperhatikan bibir gigi yang terus bicara.
“astaga, sepetinya. Kayaknya gue perlu nyampurin sampo kemakanan loe, biar loe sering diam kayak gini. Raffi. yah sudahhlah. sekarang mari kita pakai sabun” gigi meraih sabun yang sudah ia letakkan disebelah kirinya. Ia meraba disekelilingnya. Raffi yang melihat gigi, membantu gigi menemukan sabunnya. Setelah itu, ia lalu menuangkannnya kespon dan membasuh badan raffi. raffi terus memandang wajah gigi.
“punggung loe” raffi pun mengangkat tubuhnya yang sedang bersandar di bak mandi, gigi yang menggosok punggung raffi menjadi begitu dekat dengan raffi. raffi dapat mencium bau tubuh gigi, menikmati setiap lekuk wajahnya dari dekat. Terpesona, mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan perasaan raffi saat ini. setelah menggosok punggung raffi, gigi berdiri hendak berjalan menuju kaki raffi.
“sekarang bagian kaki, ok” karena matanya tertutup, ia tidak dapat melihat botol sampo yang ia letakkan dilantai sebelumnya, dan tidak sengaja ia menginjak botol shampo tersebut, ia berusaha menyeimbangkan tubuhnya, raffi dengan reflek menarik tubuh gigi yang akan jatuh kebak mandinya, dan airpun berhamburan keluar dari bak mandi raffi saat gigi jatuh diatas tubuh raffi, masih dengan mata tertutup. gigi langsung membuka tutup matanya, tubuhnyapun telah basa, dengan wajah kaget ia menatap wajah raffi yang tepat berada dihadapnnya, begitupun dengan raffi. jantung mereka berdegup begitu kencang, sudah kedua kalinya dihari ini. raffi mendekatkan wajahnya kewajah gigi, wajah gigi memerah, jantungnya berdegup begitu kencang.


Aapakah yang akan terjadi, tunggu dipart selanjutnya. Jangan lupa like dan commentnya. 

7 komentar:

  1. Akhir nya dipost juga... makin lama cerbung nya makin seru...next nya jangan lama-lama...

    BalasHapus
  2. kerennn...tlg jgn lama2 post part selanjutnya...

    BalasHapus
  3. Mba Najwa Naura, mau tanya dong.. kalo berkenan tlng dijawab ya.. Mba ini masih sekolah/kuliah atau sudah bekerja? Apakah berprofesi sebagai penulis? Saya tanyakan ini karena sudah banyak cerbung tentang RANS yg saya baca, tapi hanya cerbung Mba yang penulisannya sangat baik, baik dari ide cerita, alur, penokohan dll. Terima kasih ya mba Najwa Naura yg sudah bersedia menshare tulisannya ini.. sangat menyenangkan membaca dan selalu tidak sabar menunggu kelanjutannya... Selau giat menulis ya mba.. Mudah"an setelah cerbung ini tamat ada publisher yg berniat membukukannya.. Sekali lagi terima kasih..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih sebelumnya sudah suka sama tulisan saya. saya sudah kerja, umur saya 26 tahun. saya tidak berprofesi sebagai penulis atau yang berkaitan dengan karya sastra. saya berprofesi sebagai tenaga medis. amiin, kalau ada yang suka, saya juga ikut senang. hmmmm, kayaknya imposible deh,,,hehe, senang kenal dengan anda kapin.

      Hapus
  4. Mba part 23 sama 24 nya post juga donk di blog.

    BalasHapus