Ost
part ini Dayana Amerda-Cinta Dalam Diam (Ost Gigi), Melly Goeslaw Ft Ari
Lasso-Apa artinya Cinta (ost Gigi, Raffi), Tangga- Utuh, Melly Goeslaw-Paling
Tidak.
“Dalam
Diam Kau Curi Hati Ku”
Part
24
***
“mimpi yang indah” gumam raffi dan berjalan meninggalkan gigi
dikamarnya. Saat hendak masuk kekamarnya HP raffi berbunyi.
“hallo” jawab raffi.
“iya betul, ada apa. Apa? Iya, saya akan segera kesana!” wajah raffi
nampak panik, ia berlari kebawah, dan langsung melajukan mobilnya.
“apa yang kamu lakukan naura! Sial” gerutu raffi dengan wajah yang
begitu panik. Mobilnya terus melaju hingga mobilnya berhenti disalahsatu rumah
sakit dikawasan jakarta pusat.
“selamat malam! Em, saya mencari pasien atas nama naura” tanya raffi
masih dengan wajah yang cukup panik.
“apa anda yang bernama bapak raffi ahmad?” tanya resepsionis tersebut.
“iya betul!”
“nona naura ada dikamar vvip anyelir dilantai 3 pak”
“terima kasih” ucap raffi yang langsung berlari kearah lift,. Sesekali
ia menggigit bibir bagian bawahnya, matanya mulai memerah.
“ini salahku, tidak seharunya aku memperlakukannya seperti itu!” raffi
semakin panik. Ia segera menaiki lift, memencet tombol untuk kelantai 3. Saat ia
sampai dilantai 3, matanya melihat sekeliling, mencari kamar dengan nama
anyelir, sesekali ia menarik rambutnya dengan kasar. Matanya terhenti saat
melihat pintu kamar dengan tulisan anyelir disebelah kanannya. Ia langsung
berlari dan membuka pintu kamar tersebut.
“nauraaa!” panggil raffi dengan panik saat memasuki kamar tersebut.
Kamar tersebut gelap, raffi kembali memanggil naura, namun tidak ada jawaban,
sampai tiba2 terdengar suara pintu terkunci dan lampu pun tiba2 menyala. Raffi
yang melihat kearah tempat tidur, tidak ada orang yang berbaring disana. Raffi
pun terdiam.
“hmmm, panik, seperti anak kecil yang kehilangan mainannya” ucap
seseorang yang berdiri dibelakang raffi. raffi menarik nafasnya, tanpa berbalik
melihat seseorang yang ada dibelakangnya.
“apa kau pikir ini lucu, hah. Apa maksud dari semua ini?” tanya raffi
yang nampak marah.
“mengujimu. Aku ingin mengujimu. Itu saja” jawabnya singkat.
“ujian. Aku bertanya apa maksud dari semua ini. kau tau, aku sudah
begitu muak denganmu nanda!” teriak raffi penuh emosi, berbalik menatap orang
yang ada dibelakangnya dengan tatapan tajam.
“ahahahaha, lucu sekali. Cukup membuatku tertawa raffi” tambah nanda
dengan tawa memperolok raffi.
“apa,, apanya yang lucu, bangsat” ucap raffi lagi.
“kamu yang lucu, sangat lucu” jawab nanda dengan tenang.
“hah, kamu sudah gila sepertinya. Minggir, aku mau pulang!” ucap raffi
yang mendorong tubuh nanda yang menutupi pintu, namun nanda berbalik menarik
tangan raffi dan mendorongnya masuk kedalam kamar. Raffi mengeluarkan tawanya,
seakan tidak percaya dengan apa yang dilakukan nanda.
“apa kau menyukaiku? Hah?” tanya raffi yang mulai bermain.
“cukup raffi! aku hanya ingin bicara serius denganmu”
“kalau kau Cuma ingin bicara serius denganku, kamu bisa mengajakku
minum sesuatu, dan berbicara layaknya seorang pria, bukan seperti Banci” ucap
raffi sambil menujuk wajah nanda.
“aku sudah bilang tadi, ini salah satu ujian, untuk menentukan sikap
yang akan aku ambil. Dan jika tidak seperti ini, kamu akan terus lari” jawab
nanda masih dengan wajah yang tenang.
“apa! Hah, dari tadi kamu menyebut ujian, ujian, ujian dan ujian.
Bersetan dengan ujian yang kau buat” raffi dengan emosi kembali menuju kearah
pintu dan hendak keluar, namun nanda mendorong tubuh raffi, kali ini sangat
keras, hingga raffi jatuh terjungkai kebelakang. Hal tersebut cukup menyulut
emosi raffi, dengaan wajah yang merah, ia mengepal tangannya dan melayangkan
pukulan kewajah nanda. tidak ada perlawanan dari nanda. raffi berusaha mengatur
emosinya, sementara nanda memegang bibirnya yang berdarah sambil tersenyum
kecil, sontak saja hal tersebut kembali menyulut emosi raffi, raffi memegang
kerah baju nanda dan melayangkan satu pukulan, dua pukulan, dan bebera pukulan.
“dasar gila!” raffi mulai bangun dengan nafas menderu dan berjalan
menuju pintu, sementara nanda masih berbaring dengan wajah lebamnya.
“apa kau sudah puas?” ucap nanda yang mulai bangun dan menyenderkan
tubuhnya didinding dan melihat raffi. raffi berbalik mentap nanda dengan nafas
yang masih menderu.
“kenapa kamu tidak melawan, apa kamu benar2 sedang mempermainkan aku?
Hah” tanya raffi.
“aku sengaja tidak melawan. Pembayaran dimuka untukmu, untuk apa yang
akan aku lakukan!”
“maksud kamu?”
“kamu masih perduli terhadap naura. Itu yang dapat aku simpulkan,
sampai kamu datang kemari dimalam yang selarut ini.”
“ahaha, jadi begitu. Aku hanya merasa bersalah, jika itu benar
terjadi. Karena aku, aku hanya takut dihantui oleh perasaan bersalah. Itu saja.
Jadi maksudmu, karena aku masih perduli pada naura, maka aku seharusnya
meninggalkan gigi, dan agar kamu bisa bersamanya! Betul begitu kan!”
“hah, raffi raffi. lalu, jika itu benar terjadi pada naura, apa yang
akan kamu lakukan? Apa yang akan kamu lakukan terhadap naura dan terhadap gigi?
kembali kepada naura dan meninggalkan gigi? atau tetap dengan rencanamu dan
tetap bersama gigi? siapa yang akan kamu sakiti raffi?”
“ah!” raffi terdiam.
“berhentilah raffi. jalan apapun yang akan kamu ambil, akan tetap menyakiti
keduanya. terlebih lagi, kamu akan sangat menyakiti gigi” nanda menatap raffi
dengan tajam.
“naura menangis tersedu2, mengatakan kamu meninggalkannya, dia harus
bersabar sampai kamu dan gigi bercerai. Ada sedikit harapan, karena setelah
bercerai, kamu akan bersamanya. Namun pertanyaan yang kembali muncul, sampai
saat itu tiba, akankah hatimu tetap untuknya?” jelas nanda, raffi masih
terdiam.
“ok, kamu sedang berusaha menjadi suami yang baik. Membuat kenangan
bahagia bersama gigi. lalu, saat perceraian kalian tiba, kamu akan kembali
kepada naura, dan meninggalkannya. Kamu pikir, siapa yang sudah kamu sakiti?
Kamu menyakitinya, kamu akan selalu menyakiti gigi. saat ini pun, tanpa kamu
sadari, kamu sedang mengasah sebuah kris yang siap untuk mencabiknya raffi. apa
kamu sadar dengan permainan yang sedang kamu buat? Hah!” tambah nanda yang kini
berdiri dihadapan raffi.
“aku tidak menyakitinya. Berhenti untuk ikut campur dengan urusanku”
raffi kembali menahan emosinya
“aku hampir berhenti raffi. tapi permainan yang kau buat, sudah
keterlaluan!”
“aku sudah bilang, aku tidak akan menyakiti gigi! diapun tau
hubunganku dengan naura. Kami sepakat untuk mengakhiri semuanya dengan baik2.
Dia akan baik2 saja. Dan kamu, tidak perlu ikut campur karena kamu tidak tau
apa2!” teriak raffi.
“benarkah, benarkah gigi akan baik2 saja? Tau darimana kamu? Apakah
kamu tau apa yang ada dalam hatinya? Perasaannya? Kegundahannya? Apakah kamu
tau? Disini orang yang benar2 buta dan tuli adalah kamu raffi, kamu!” nanda
kembali teriak dihadapan raffi.
“lalu, apakah kamu tau tentang dia?” raffi kembali berteriak.
“iya, aku tau. Aku tau semua yang kamu lakukan akan menyakitinya. Maka
berhentilah, sebelum kamu melukainya terlalu dalam! Dan, aku yang akan berada
disisinya, mulai dari saat ini. tinggalkan dia” tegas nanda, mereka saling
bertatapan dalam beberapa detik, lalu nanda meninggalkan raffi sendirian
dikamar itu. Raffi terdiam, ia memikirkan apa yang baru saja dikatakan nanda.
“apa aku akan menyakitinya?” gumam raffi, ia terjatuh terkulai
dilantai kamar tersebut. Berusaha membayangkan senyum gigi, dan naura. Raffi merangkul
kedua kakinya.
***
Matahari pagi, masuk melalui celah jendela kamar gigi. ia berusaha
mengumpulkan kesadarannya. Dilihatnya, ia msih memakai baju kantornya.
“apa raffi menggendongku?” ia tersenyum saat mengingat kejadian yang
baru dialaminya semalam. Ia lalu kekamar mandi, membersihkan dirinya, dan
bersiap untuk kembali kerumah sakit.
“makan roti aja ah pagi ini” gumam gigi sambil menuruni tangga.
“si raffi belum bangun jam segini” ucap gigi sambil menyiapkan roti
untuk sarapan mereka. Tiba2 terdengar bunyi mobil raffi.
“si raffi darimana” gumam gigi. terlihat raffi memasuki rumah, masih
dengan baju yang dipakainya semalem, sedikit berantakan.
“kamu darimana?” tanya gigi.
“bukan urusanmu” jawab raffi tanpa melihat kearah gigi. gigi terdiam
mendengar jawaban raffi.
“sarapan dulu baru kerja” tambah gigi.
“tidak usah memperdulikanku, dan apapun yang pernah aku katakan,
lupakan semuanya!” ucap raffi, lalu berjalan meninggalkan gigi. gigi terdiam,
mencari maksud dari apa yang barusan raffi katakan.
“kenapasih dia suka berubah-ubah, hahhh” gigi memakan potongan rotinya
dan meminum susunya.
“dia benar2 tidak akan sarapan. Meli, lihat kelakuan papamu itu,
benar2 aneh” ucap gigi, iapun membawa potongan roti dan segelas susu coklat
kekamar raffi.
“raffi” panggil gigi, namun tidak ada jawaban. Gigi langsung memasuki
kamar raffi, terdengar bunyi air dari arah kamar mandi.
“mungkin dia sedang mandi” gumam gigi seraya meletakkan roti dan susu
diatas meja raffi.
“aku pikir mau diantar lagi sama dia hari ini. hm, mungkin kepalanya
sedang sakit” ucap gigi lalu keluar rumah, dan masuk kedalam mobilnya. Raffi
yang masih basah melihat gigi berlalu dengan mobilnya dari atas balkon
kamarnya.
“hah, apakah kali ini aku tidak akan menyakitimu?” gumam raffi, ia
lalu masuk kekamarnya, dilihatnya roti dan segelas susu diatas mejanya.
“untuk yang terakhir kali, tidak apa2 kan kalau aku makan?” raffi
menggigit roti buatan gigi, matanya mulai berkaca2, ia berusaha menahanya.
“kenapa terasa sakit, hahhhhhh” raffi menarik nafanya kemudian
menghabiskan roti buatan gigi.
“waktunya untuk menyelesaikan semuanya!” ucap raffi lagi, ia menatap
HP nya.
***
Nanda dengan wajah yang lebam nampak sedang duduk dalam sebuah cafe,
seperti sedang menunggu seseorang. Sesekali ia melihat jam tangannya. Tiba2
seseorang duduk dihadapannya.
“ada apa kamu memanggilku kesini. Bukankah apa yang aku katakan
semalam sudah cukup jelas?” ucap nanda pada raffi yang sekarang sedang duduk
dihadapannya.
“aku akan meninggalkannya!”
“siapa yang akan kamu tinggalkan?”
“gigi! aku akan kembali kepada naura. hah, mungkin benar apa yang kamu
katakan. Akan lebih baik semuanya tetap pada tempatnya masing2. Gigi adalah
orang asing dalam kehidupanku, dan akupun orang asing dalam kehidupannya. Hanya
perlu mengembalikan semuanya pada kedudukannya masing2. Apakah, itu cukup? Aku
tidak akan menyakitinya! Dan, jika kamu bisa membuatnya bahagia, tetaplah
disampingnya. Terima kasih!” nanda terdiam, raffi mengeluarkan senyumannya, dan
berlalu pergi meninggalkan nanda. Tidak seperti semalam, wajah nanda yang
selalu nampak tenang, wajahnya kini nampak khawatir.
“hah, ternyata, apa yang aku khawatirkan benar2 terjadi. Dia mencintai
gigi” ucap nanda. sedangkan raffi terdiam didalam mobilnya. Ia memegang stir
mobilnya, dan meletakkan kepalanya disana.
“semua akan baik2 saja, semua akan baik2 saja. Hahhh, tenang raffi.
dia akan bahagia, dan akupun akan bahagia bersama naura. Sekarang waktunya
untuk menemuinya! setelah itu semua akan kembali seperti semula, iya, pasti
semua akan kembali seperti semula”gumam raffi berusaha meyakinkan dirinya. Ia
pun melajukan mobilnya menuju ketempat naura sedang menunggunya.
Raffi masuk kesebuah cafe, ia masuk dan mencari sosok yang ingin
ditemuinya. Akhirnya ia melihat naura yang sedang duduk dipojokan. Hah berusaha
membuatnya bibirnya tersenyum, ia menarik nafasnya dan berjalan kearah naura.
“selamat siang ra!” panggil raffi lembut dan duduk dihadapan naura,
naura tidak membalas senyuman raffi.
“kenapa tiba2 memanggilku!” tanya naura dingin.
“aku ingin mengembalikan semuanya seperti semula. Maafkan aku. Aku
berjanji tidak akan mengulanginya lagi. maafkan aku naura?” ucap raffi sambil
menundukan kepalanya.
“kamu meninggalkan dia untukku?”
“aku tidak meninggalkannya, tapi berlaku seperti biasanya. Bukankah
sudah seharusnya seperti itu!” raffi memaksakan senyumnya.
“lalu, kenapa waktu itu kamu memutuskanku? Menyuruhku menunggu, akan
sesuatu yang tidak pasti!”
“waktu itu,,,aku sedang tidak tau, posisiku yang sebenarnya. Tapi
sekarang, aku sudah sadar. Jadi, aku mohon, maafkan aku!” tambah raffi lagi.
“benarkah!”
“iya, sekarang, aku akan, mengikuti apapun yang kamu inginkan!”
“benarkah? Jika aku menyuruhmu untuk tidak tinggal bersamanya, apakah
kamu mau?” raffi terdiam sejenak, ia menundukkan kepalanya.
“jika itu yang kamu inginkan, akan kulakukan!” naura langsung memeluk
raffi.
“aku pikir aku akan kehilanganmu! Aku sangat senang raffi, aku
memilikimu lagi” ucap naura yang menangis haru sambil memeluk raffi, raffi
terdiam, berusaha membalas pelukan naura. Bukan wajah bahagia yang tersirat
dari wajahnya. Tergurat senyum kesedihan diwajahnya.
***
“woiiiiiii” teriak zaskia membuyarkan lamunan gigi.
“apaan sih ki, ngagetin aja” oceh gigi.
“abisnya, loe bengong aja kerjaannya. Lagi mikirin apa sih? Lagi
mikirin raffi yah!” goda zaskia.
“appan sih loe. Udah, udah sana, emang loe gak lagi dines?”
“hello, ibu nagita slavina. Loe gak sadar ini udah jam 4. Udah
waktunya pulang bro.”
“oh, udah jam 4, wah, gak kerasa!”
“makanya, jangan ngelamun mulu. Tapi gue penasaran, loe lagi mikirin
raffi kan!”
“apaan sih, awas, gue mau beres2, mau pulang!”
“tuh kan, bener. Biasanya loe langsung jawab ‘ngapain gue mikirin
dia’, sekarang loe berusaha mengalihkan pembicaraan. Loe udah cinta yah sama
raffi?”
“zaskia, mending kita pulang, ok. Otak loe jangan mikir yang aneh2”
“emmm, beberapa kejadian belakangan ini, sebenarnya sudah cukup
menjelaskan, bahwa kalian berdua sedang jatuh cinta, fall in love!” goda zaskia
lagi, gigi yang sedang memasukan barang2nya ketas, tetap diam, tidak menjawab
godaan zaskia.
“ayo pulang” ajak gigi yang mengabaikan perkataan zaskia dan berjalan
keluar kantornya.
“yah, emang bener ada yang sedang jatuh cinta nih!” gumam zaskia
dengan senyumnya dan berlari mengejar gigi. ia pun merangkul pundak gigi.
“gi, gi,!”
“apaan sih loe”
“btw, hari ini gue gak ngelihat sih nanda. polinya pun tutup hari ini!
kemana dia” kia menatap gigi.
“terus, gue harus tau kemana dia pergi?” tanya gigi menjawab tatapan
zaskia, zaskia hanya menaik turunkan kedua alisnya.
“emang gue emaknya!” jawab gigi yang melepaskan rangkulan zaskia.
“bukan gitu. Soalnya, menghilangnya nanda dari rumah sakit itu, selalu
berkaitan sama loe. Makannya, gue tanya sama loe!” tambah zaskia.
“udah ah, gue mau pulang!” ucap gigi, berjalan menuju parkiran.
“cie,,ada yang kangen sama suaminya, cie” goda zaskia dibelakang gigi.
“diam ki!” omel gigi.
“cie, cie..” goda zaskia didepan gigi. gigi yang mulai kesal dengan
tingkah zaskiapun mengejarnya.
“kiaa” teriak gigi yang mengejar zaskia.
***
Gigi nampak sedang memasak makan malam, lengkap dengan celemeknya dan
musik klasik yang menemaninya. Waktu sudah menunjukkan pukul 18.45, namun raffi
belum juga pulang.
“ok, semua sudah siap. Tidak ada telor dadar lagi, biar gak ada ang
ngomel” gigi melihat kearah jam dinding.
“biasanya jam segini dia udah pulang. Apa ada masalah dikantor”
setelah mengatur makanan dimeja makan dan menutupnya, gigi melepas celemeknya
dan berjalan kearah pintu depan. Ia membuka pintu dan melihat keluar rumah. Ia
kemudian menutup kembali pintu.
“mungkin sebentar lagi dia datang. Mungkin dia sedang sibuk!” gumam
gigi. iapun berjalan menuju keruang tengah, ia memutar tv, mencari bebrapa
saluran, alisnya mulai ia naikkan.
“ouija!” gigi membaca judul film yang sedang ditontonya, sesekali ia
terkaget2, melihat beberapa scene dari film tersebut. Beberpa bunyi yang
terjadi dirumahnya pun cukup membuatnya takut.
“ih, kok film horor sih, mana remotenya” gigi yang mulai merasa takut
mencari remote untuk mengganti saluran tv nya.
“hah, mending kita nonton film romantis! Dilwale dulhania le Jayenge.
Wah, film india lama, mending nonton ini saja.” Beberapa scene, mampu membuat
gigi senyum2 sendiri.
***
“jadi loe gak mau pulang? Ini sudah jam 10 malam fi? Si gigi sendirian
kan dirumah” tanya irwan yang melihat raffi sedang asyik bermain PS.
“bentar lagi!” jawab raffi sambil terus memainkan gamenya.
“loe lagi berantem sama gigi?”
“gak!”
“biasanya, loe kalau kesini itu, kalau lagi berantem sama gigi. kalau
lagi gak berantem, sana pulang?”
“loe gak engen gue ada disini. Pelit banget sih loe?”
“bukan gitu fi. Kalau bini loe nyariin gimana?”
“dia gak bakal nyariin gue kok!”
“hah, gak bakal nyariin. Ngomong doang, gilirin salah satunya ilang
aja, heboh deh jadinya.”
“hahhh, yah udah gue pulang daripada dengerin omongan loe yang gak jelas!”
ucap raffi yang langsung berdiri, mengambil jasnya.
“gue pulang, assalamualaikum!” raffi pun berlalu.
“dasar. Kenapa sih itu anak! Ccc” gumam irwan. raffi memasuki
mobilnya, ia tidak langsung menjalankan mobilnya. Ia terdiam didalam mobil.
“hahaha, tidak seharusnya aku sebingung ini” gumamnya.
***
Waktu menunjukkan pukul 23.14 WIB, raffi menurunkan tangannya. Ia
sudah sampai dirumahnya, lagi2 ia tidak langsung turun, beberapa menit ia
berada didalam mobilnya.
“hah, ayo raffi, pasti bisa. Semuanya sudah kembali seperti semula”
raffi meyakinkan dirinya lalu turun dari mobilnya. Ia memutar kunci rumahnya
dan membuka pintu dengan perlahan. Dilihatnya ruang tengah yang masih terang.
“dia belum tidur!” gumam raffi, iapun langsung berjalan kearah suara
tv. Dilihatnya gigi yang sudah tertidur pulas di sofa depan tv. Ia pun duduk
didepan gigi. beberapa menit ia menatap wajah gigi yang sedang tertidur pulas.
“apa yang harus aku lakukan padamu?” ucap raffi pelan. Ia hendak
merapikan rambut gigi, namun sebelum tangannya sampai, ia mengurunkan niatnya.
“biarkan semuanya kembali seperti semula” raffi menyelimuti tubuh
gigi, berdiri dan menatapnya dalam beberapa detik. Ia menarik nafasnya.
Mematikan tv, dan berjalan hendak naik keatas. Lankahnya terhenti menyium wangi
makanan dari arah dapur. Iapun melangkah kearah dapur, dibukanya tutup makanan
diatas meja makan. Makanan yang disiapkan gigi sudah dingin. Raffi kembali
menarik nafasnya.
“maafkan aku!” gumam raffi kembali menutup makanan tersebut dan naik
kekamarnya. Setelah menutup pintu kamarnya, ia termenung dibalik pintu.
“semuanya akan kembali seperti sedia kala. Ia kan!” wajahnya nampak
khawatir. Ia nampak berfikir.
“ah sial, ah” gerutu raffi. ia membuka pintu kamarnya dan keluar
menuju rung tengah tempat gigi tidur.
“sekali ini saja. Tidak apa2 kan”raffi pun dengan pelan mengangkat
tubuh gigi. ia berusaha memalingkan wajahnya untuk tidak melihat gigi. dengan
perlahan ia menaiki tangga, hingga sampai dikamar gigi. ia membaringkan gigi
dengan lembut, berusaha agar tidak membangunkannya. Iapun menyelimutinya.
“maafkan aku. Dan,,,bahagialah!” ucap raffi. iapun berlalu
meninggalkan gigi. raffi masuk kembali kekamarnya dan berbaring dikasurnya.
“besok, smua akan kembali seperti semula” gumam raffi lalu memejamkan
matanya.
***
Gigi membuka matanya, dilihatnya disekelilingnya, ia mnegerutkan
dahinya.
“raffi” gigi langsung terbangun, ia membuka jendela.
“sudah pagi. sepertinya semalam aku tidur dibawah. Raffi” gigi yang
mulai sadar, akhirnya keluar dari kamarnya. Ia pun langsung turun kebawah,
dilihatnya raffi sedang minum teh sambil memakan rotinya.
“semalam kamu pulang jam berapa?” tanya gigi kepada raffi.
“jam 01.00” jawab raffii singkat.
“kenapa kamu tidak menelpon. Aku sudah memasak tau.” Omel gigi, iapun
melihat kearah meja makan. Nampak masih sama seperti semalam. Ia lalu berjalan
kearah meja makan, ia membuka tutup makanan tersebut, tidak ada yang berubah.
Makanan tersebut belum tersentuh sama sekali.
“kamu tidak makan semalam?”
“aku sudah makan, kenapa harus makan lagi!” jawab raffi lagi.
“seharusnya kamu bilang kalau mau makan diluar. Bukankah kita sudah
pernah membahas tentang ini. dan kamu bilang akan memberitahu kalau mau makan
diluar.” Omel gigi lagi. raffi pun melihat kearah gigi.
“hah, aku kan sudah bilang. Lupakan semua yang pernah aku katakan.”
“astaghfirullah. Aku tidak mengerti denganmu. Kamu sebenarnya kenapa
raffi? seharusnya aku tidak memasak untukmu” ucap gigi lagi.
“aku tidak kenapa2. Dan, jangan memasak lagi untukku. Kita tidak usah
saling perduli. Aku akan mengurus makananku sendiri, mencuci bajuku sendiri.
Aku tidak akan mencampuri hidupmu. Seharusnya, kita lakukan ini dari awal. Dan
kalau kamu ingin pacaran dengan nanda, maka, pacaranlah. Akupun, akan tetap
dengan naura” ucap raffi dengan nada suara yang tinggi. Gigi mengatupkan
bibirnya, matanya mulai berkaca2.
“aku memang tidak akan pernah mengerti dengan sikapmu raffi! ok, kalau
itu maumu, sekarang, terserah. Lakukan apapun yang kamu inginkan. Aku
pun,,,,tidak akan perduli lagi padamu. Memang benar, seharusnya, dari awal, aku
tidak perduli!” tambah gigi, kali ini ia tidak dapat menahan air matanya. Air
matanya jatuh, raffi yang melihat gigi menangis, hanya bisa diam. Gigi pun
berlari naik kekamarnya, raffi hanya dapat melihat gigi. mata raffi mulai berkaca2.
“apa yang sebenarnya sedang aku lakukan. Kenapa dia menangis!” gumam
raffi.
“kenapa aku harus perduli padanya, kenapa aku harus menangis
karenanya...ahhhh” gigi berusaha mnahan air matanya, namun air matanya terus
jatuh.
***
Satu minggupun berlalu, raffi dan gigi masih saja dingin satu sama
lain. Seperti yang telah mereka katakan, mereka tidak akan saling perduli lagi.
raffi sering keapartemen irwan, gigi pun banyak mengahabiskan waktunya dirumah
sakit ketimbang dirumah. Mereka akhirnya jarang ketemu. Berusaha menyibukkan
diri. Jika gigi pulang kerumah, ia hanya melihat kesekitarnya, mengurus meli. Sesekali
ia memandang pintu kamar raffi dan masuk kembali kekamarnya. Begitupun dengan
raffi. raffi sudah tidak pernah makan dirumah. Tempat yang ia tidak pernah
masuki adalah dapur. Setiap pagi ia melihat gigi pergi kerumah sakit dengan
mobilnya. Ia hanya dapat memandang punggung gigi dari balkon kamarnya. Raffi selalu
kekantor setelah melihat gigi pergi. Hampa, rumah mereka sekarang terasa hampa.
“lembur lagi gi?” tanya zaskia yang membawakan makan malam untuk gigi.
“iya, biar semuanya bisa selesai.” Jawab gigi sambil membaca
berkas2nya.
“hm, sekarang loe lebih sering bersama nanda. nanda selalu ada
untukmu. Bahkan sekarang, dia yang nyuruh gue bawain makan malam buat loe,
karena dia harus ketemu dengan beberapa klien. So sweet. Hahhh, loe sama raffi sedang
marahan yah?” tanya zaskia.
“marahan sama siapa?” tanya gigi balik.
“raffi, kan gue sebut nama raffi. sekarang raffi suka kerumah irwan.
loe, menghabiskan waktu loe dikantor. Yang sebenarnya, gue gak tau loe lagi
ngurus apa!” tambah zaskia.
“hahhhh, tidak ada apa2, loe gak usah khawatir!” jawab gigi lagi.
“sebenarnya, gue suka bingung gi. Gue sahabat loe, tapi terlalu banyak
rahasia yang loe pendam sendiri. Loe lagi ada masalah sama raffi kan? Jangan
terlalu dingin gi. Kalau sampai loe jatuh cinta sama raffi, itu tidak akan
menjatuhkan harga diri loe, karena kenapa? Karena loe adalah manusia gi.
Manusia dicinptakan untuk saling mencintai. Begitu susahkah untuk loe
ngungkapin perasaan loe.” Zaskia menggeleng2kan kepalanya. Gigi terdiam, ia
menghentikan aktifitasnya. Posisinya yang membelakangi zaskia membuat zaskia
tidak dapat melihatnya.
“hahh, yah sudahlah. Kalian sama2 keras kepala.” Zaskia hendak pergi
meninggalkan gigi, namun ia berhenti melihat punggung gigi.
“gi! Loe nangis!” zaskia mulai mendekati gigi. benar saja, airmatanya
mengalir, ia mulai sesegukan.
“gi, loe kenapa?” zaskia membalikan badan gigi, gigi langsung memeluk
zaskia. Zaskia mengelus pundak gigi. nampak kekhawatiran diwajah zaskia. Gigi terus
menangis hingga membasahi baju zaskia.
“gi, menangislah. Jika itu bisa membuatmu tenang, maka menangislah!”
zaskia membelai rambut gigi, menepuk2 pundaknya.
“aku merindukannya ki, hhhhhh, aku merindukannya,,hhhh” ucap gigi
ditengah tangisnya.
“oh ya Allah. Yah ampun gi!” zaskia terus berusaha menenangkan gigi. gigi
mulai mengangkat kepalanya, air matanya masih terus jatuh.
“aku sangat merindukannya, huhuhu, aku sangat merindukannya ki!” ucap
gigi lagi.
“tenang gi, tenang. Duduk dulu. Sebentar, aku ambilkan minum!” zaskia
lalu mengambilkan air hangat untuk gigi.
“minum ini. tenang dulu!” ucap kia. Gigi pun meminum minuman yang
diberikan oleh zaskia. Ia menyapu air matanya dan berusaha tenang. Namun ia
masih segukan.
“tenang sayang.” Ucap kia menenangkan gigi. zaskia duduk didepan gigi
sambil menggenggam tangan gigi, berusaha agar gigi dapat tenang.
“udah enakan!” tanya kia. Sesekali air mata gigi masih jatuh. Namun ia
sudah mulai tenang.
“ada apa sebenarnya?” tanya zaskia.
“aku tidak tau ki. Satu minggu ini, kami tidak saling sapa. Kami pun
jarang ketemu. Dia bilang akan mengembalikan semuanya seperti sedia kala. Mungkin
dia benar. Dia akan bersama naura. Aku pikir semua akan baik2 saja. Saat dia
bilang akan bersama naura, air mataku terjatuh. aku selalu bingung, kenapa aku
selalu menangis ki. Huhu, aku pikir semuanya akan kembali seperti semula, tidak
perduli, tapi aku salah. Semakin hari, aku semakin merindukannya. Aku tidak tau
harus bagaimana ki!” jelas gigi, air matanya pun kembali mengalir.
“yah ampun gi. Kamu mencintai raffi. kamu mencintainya!” tambah kia.
“benarkah. Inikah cinta ki. Hhhh, jika ini benar cinta, kenapa aku
tidak menyadarinya?” ucap gigi dalam tangisnya.
“cinta tidak perlu izin siapapun gi. Termasuk izinmu.”
“benarkah, aku mencintainya” gigi menatap zaskia, mencari keyakinan.
“iya gi. Kamu mencintainya.”
“tapi dia tidak mencintaiku ki. Dia mencintai naura!” gigi menundukan
kepalanya. Kia menundukkan kepalanya.
“gi, tidak perduli apa perasaan raffi, tapi yang jelas sekarang
adalah, kamu mencintainya. Hm” kia mentap gigi, gigi pun memeluk zaskia,
meluapkan seluruh kesedihannya.
“mengapa aku mencintai seseorang yang mencintai orang lain ki. Seharusnya
aku tahu batasannya” ucap gigi masih dalam tangisnnya.
“bukan salahmu gi. Pasti ada hikmah dibalik semuanya. Yang perlu kau
lakukan sekarang adalah tunjukkan cintamu. Tidak perduli apapun, kita tidak
pernah tau apa perasaan raffi padamu. Aku pernah melihat raffi begitu peduli
padamu, dan aku yakin bahwa dia juga punya perasaan yang sama padamu” Tambah kia
lagi.
“benarkah. Tapi..” tanya gigi lagi.
“kamu ingin kehilangannya. Buang egomu jauh2 gi. Jika kamu
mencintainya, buktikan gi! Percayalah padaku” ucap kia meyakinkan gigi.
“tapi aku malu ki. Bagaimana kalau dia tidak mencintaiku! Bagaimana ki?”
tanya gigi masih dalam tangisnya.
“jangan pernah berfikir, akan hasil yang buruk sekarang. Yang perlu
kamu pikirkan adalah bagaiamna caranya kamu menunjukkan rasa cintamu padanya. Itu
saja. Sekarang, cuci mukamu, pulang kerumah, lakukan apa yang harus kamu
lakukan!” ucap kia, meyakinkan gigi. gigi pun mulai tersenyum.
“aku harus pulang sekarang!” ucap gigi menyapu air matanya dan
mengambil tasnya, lalu berlari keluar dari kantornya.
“gi, cuci muka dulu” teriak zaskia, namun gigi terus berlari.
“semangat sahabatku!” ucap zaskia sambil tersenyum ikut senang. Gigi melajukan
mobilnya, senyum dan tangis diwajahnya.
“aku mencintainya, aku mencintainya, raffi....” ucap gigi sambil
melajukan mobilnya. Tidak cukup berapa lama, gigi pun akhirnya sampai dirumah
mereka. rumah mereka nampak gelap, gigi masuk dan menyalakan lampu.
“raffi” teriak gigi sambil berlari menuju kamar raffi, namun raffi
tidak ada dikamarnya.
“apa dia blom pulang!” gumam gigi, ia melihat kearah jam dinding. Jam menunjukkan
pukul 20.23 WIB.
“bukankah seharusnya dia sudah pulang!” gigi mulai kecewa.
“Mungkin nanti dia akan pulang. Aku harus memasak makan malam!” ucap
gigi. iapun langsung menyimpan tasnya dikamar dan langsung menuju dapur. Dimasaknya
apa yang ia temukan didalam kulkas.
“dia tidak suka telor dadar. Jangan masak telor.” Gigipun membuat
beberapa menu makan malam. Waktu menujukkan pukul 21.30. tiba2 terdengar bunyi
suara mobil raffi. gigi langsung berlari keluar dan menyambut raffi yang baru
saja sampai dengan senyum mengambang diwajahnya.
“baru pulang! Ayo masuk!” ucap gigi yang langsung menarik tangan
raffi.
“apa2an sih. Lepasin gak!” ucap raffi yang berusaha melepaskan tangan
gigi.
“makan, kamu belum makan kan. Ayo makan!” ucap gigi.
“loe kenapa sih, lagi demam yah! Atau kepala loe habis kepentok. Hah! Jangan
aneh2.”
“gak kok, nih pegang. Gak demam, kepentok apaan emangnya. Ayo cpet
makan!” gigi kembali menarik tangan raffi.
“gak, gak aku udah makan!” ucap raffi lalu berlari menuju kekamarnya.
“kenapa sih dia. Aduh, jantungku. Apa dia salah minum obat!” raffi
menelan ludahnya.
“huftttttt, apa harus kayak gini. Ahhh, jantungku berdebar gak keruan.”
Gigi berusaha mencari kipas untuk mendinginkan badannya. Iapun naik kekamarnya,
dan langsung menelpon kia.
“ki, aku malu banget tau. Gue udah buatin makan malam, tapi dia gak
mau makan!”
“udah tenang aja. Dia juga lagi gengsi itu. Coba lagi besok.”
“tapi aku malu ki!”
“buang jauh2 rasa malu loe!”
“emang harus gitu?”
“iya. Udah, gue mau tidur. Nanti kabarin yah!” kiapun mematikan HP
nya.
***
Raffi yang sudah siap kekantor, melihat kebawah.
“kok dia blom pergi. Apa dia gak kerumah sakit” raffi mengambil jasnya
dan turun kebawah.
“apa dia masik akan bersikap aneh” raffi memberanikan diri turun
kebawah sambil mengendap2.
“raffi!” panggil gigi yang berada dibelakang raffi. sontak saja raffi
kaget.
“aish, apa gak bisa, gak ngagetin orang. Emm,,,,ayo sarapan. Ayo cepat.”
Gigi langsung menarik tangan raffi, raffi melihat gigi yang menggenggam
tangannya.
“gak usah pegang2 kali!” ucap raffi, namun tidak berusaha melepaskan
tangannya. Gigi hanya berbalik melhat raffi dan kembali menarik tangan raffi.
“duduk!” ucap gigi.
“aku sudah bilang tidak mau makan!” ucap raffi. gigi meletakkan piring
berisi nasi goreng dihadapan raffi.
“loe kenapa sih. Bukannya, kita tidak akan saling perduli. Kenapa loe
jadi kayak gini!” oceh raffi. gigi bersikap seakan tak mendengar raffi.
“nih makan!” gigi menyodorkan sendok berisi nasi goreng langsung ke
mulut raffi, langsung saja raffi tersedak.
“raffi, kamu gak papa” tanya gigi, raffi masih batuk2 karena tersedak
nasi.
“loe mau bunuh gue yah. Dasar, udah gue gak mau makan! Ah, udah aku kerja
dulu. Kalau keluar, jangan lupa kunci pintu. Aku pergi!” gerutu raffi, lalu
meninggalkan gigi yang masih bengong dimeja makan.
“iya. tidak akan berhasil. Gagal lagi kan. Hadeuhhhhh” gerutu gigi
sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“kenapa sih dia, aneh banget, aku tadi bilang apa! Ahhhhh. Kenapa dia
membuatku bingung lagi,,ahhh, nagitaaa” tanpa sadar raffi melakukan kebiasaanya
dipagi hari jika hendak berangkat kekantor. Iapun melajukan mobilnya dengan
kebingungan.
“ki, hari ini aku gak kerumah sakit yah. Aku mau bersih2 rumah, rumah
kotor banget!”
“ok. Gimana tadi pagi?” apaan, gagal. Udah ah, aku mau beres2. Gigi pun
memtakin hp nya, dengan kemoceng ditangannya, iapun mulai membersihkan.
“astaha, debunya udah 10 cm, uhh,aa, makan debu gue!” gigi pun mulai
membersihkan dari lantai dua, sampai kekolam renang, tanpa terasa hari sudah
sore.
“ahhh, akhirnya beres juga. Masak apa kita sore ini!” ucap gigi. tiba2
telpon rumahnya berbunyi.
“siapa yang nelpon ketelpon rumah, tumben!” gigi pun mengangkat telpon
tersebut.
“hallo, assalamualaikum!” ucap gigi.
“ waalaikumsalam, bisa bicara dengan nyonya ahmad?” ucap seorang pria
dibalik telpon.
“ia, saya sendiri!”
“hallo bu nagita, masih ingat dengan robi sepupu raffi?” ucap orang
tersebut yang ternyata adalah robi.
“robi, oh, iya aku ingat. Em, ada apa rob?” tanya nagita.
“boleh kita ketemu hari ini? ada yang ingin aku sampaikan!”
“em, jika masalah kantor, lebih baik bicarakan dengan raffi, jangan
denganku!”
“tapi ini bukan masalah kantor!”
“lalu?”
“ini tentang raffi!”
“tentang raffi?” ucap gigi, gigi mendengarkan apa yang dikatakan robi
dibalik telpon.
“ok, kamu mau ketemu dimana?” tanya gigi lagi.
“baiklah!”gigi menutup telponnya. Ia nampak khawatir.
***
Gigi menghentikan mobilnya didepan sebuah rumah makan. Wajahnya nampak
begitu khawatir.
Ia berjalan masuk restourant tersebut, dicarinnya sosok robi yang
sedang menunggunya.
“selamat sore ny. Ahmad! Silahkan duduk disebelah sini” sapa robi
dengan senyum liciknya.
“cepat, aku tidak punya banyak waktu!” ucap gigi.
Beberapa menit berselang, gigi dan robi terlibat pembicaraan yang
cukup serius. Sekitar 1 jam, sampai akhirnya gigi meninggalkan restourant
tersebut. Gigi segera masuk mengendarai mobilnya. Wajahnya nampak sangat
khawatir. Hari sudah mulai gelap.
“aku harus memastikan perasaan raffi padaku. Iya, aku harus memastikannya!”
gigi memutar balik mobilnya menuju kekantor raffi. wajah gigi nampak panik.
“sial lampu merah lagi. seattt” gerutu gigi. ia memperhatikan mobil
didepannya.
“itu kan mobil raffi!” saat gigi hendak turun dari mobilnya, lampu
berubah hijau, akhirnya gigi kembali mengendarai mobilnya dan mengikuti mobil
raffi dari belakang.
“aku harus menghuubunginya!” gigi mengambil hp nya dan berusaha
menghubungi raffi, namun tidak diangkat oleh raffi.
“angkat raffi!” ucap gigi dengan cemas.
“dia mau kemana?” ucap gigi yang terus mengikuti mobil raffi. ada
sebuah truk besar dihadapannya.
“sial, raffi!” gerutu gigi saat truk tersebut menyalipnya, mobil raffi
pun hilang dari pandangannya. Ia menghentikan mobilnya ditepi jalan.
“ahhhh, sialll. Mau kemana dia!” gigi seperti berfikir,
“arah jalan ini kan kearah....ah, aku tau” gigi pun segera melajukan
mobilnya lagi menuju kesebuah taman. Taman dimana raffi pernah mengungkapkan
perasaannya ke naura.
“ah, itu mobilnya!” gigi langsung memarkirkan mobilnya dan mencari
keberadaan raffi.
“itu dia, ra...” langkahnya terhenti dibalik pohon saat ia melihat
raffi sedang bersama seseorang.
“naura” gumam gigi. seperti dejavu, gigi tetap bersembunyi dibalik
pohon sambil mendengarkan pembicaraan mereka.
“..untuk menghabiskan hidupku denganmu. Jika ayahku menolak, aku akan
membawamu lari dari sini. Kita keluar negeri, menjadi keluarga kecil yang
sederhana. Kita punya anak yang lucu2, ada yang mirip denganku, ada yang mirip
denganmu” gigi mendengarkan perkataan raffi, tanpa terasa air matanya terjatuh,
kata2 yang baru didengarnya, yang keluar dari mulut raffi, cukup membuatnya
tuli untuk mendengar yang lainnya. Ia menutup telingannya, air matanya mulai
membanjiri pipinya, mulutnya tertutup rapat, bergetar. Ia menatap raffi dan
naura. pandangannya mulai kabur oleh air matanya.
“akhirnya, semua akan berakhir” gumam gigi pelan, dalam tangisnya
sambil menutup kedua telinganya.
Maap yah, lama,,,hehehe, semoga suka. Jangan lupa like dan commentnya.
kebawa suasana bacanya, sedih bangett.. segera dilanjut yah kak, jangan lama lama ��
BalasHapusDi tunggu banget part selanjutnya,,,gak sabar
BalasHapusDi tunggu banget part selanjutnya,,,gak sabar
BalasHapusDitunggu lanjutananya...jgn lama2 ya
BalasHapusselalu di tunggu klanjutan nya.. dan gak sabar buat mnunggu.. jangan lama lama ya part slanjutnya.. TOP deh buat pengarangnya
BalasHapusnext dong...bikin baper bacanya...TOP BGT deh...
BalasHapus