Ost
part ini Dayana Amerda-Cinta Dalam Diam (Ost Gigi), D’Masiv - Lukaku (Ost
Gigi), Ari Lasso – Seandainya (Ost Raffi).
“Dalam
Diam Kau Curi Hati Ku”
Part
20
***
“apakah banyak bukti foto dari liburan mereka di Vila?” tanya
seseorang dibalik kursi besarnya.
“kami hanya merekam beberapa kejadian bos?” ucap seorang pria mirip
preman sambil memperlihatkan beberapa rekaman kepada pria tersebut.
“ho..ho..jadi begitu yah, hmm. Cukup menghibur. Kita lihat, akan
menjadi seperti apa nanti hubungan mereka. Sepertinya, semakin seru,,,hahahaha”
pria itu tertawa puas dibalik kursinya.
***
“kamu tau apa yang sedang terjadi padamu?”
“entahlah. Perasaan apapun ini, aku berharap segera hilang dari hatiku.”
“kamu sedang merasakannya sekarang. Sebuah rasa yang begitu indah yang
diciptakan Allah untuk dirasakan. CINTA. Kamu sedang jatuh cinta gi” ucap kia
dengan senyuman kecilnya. Gigi terdiam, ia memndang kearah langit.
“jika ini CINTA, mengapa sesakit ini?” ucap gigi sambil memandang
bulan dimalam itu. disisi lain raffi dari balkon kamarnya juga sedang memandang
bulan dimalam itu dengan wajah yang sendu. Mencari jawaban akan rasa yang
disebut CINTA. Ia menghela nafasnya dengan dalam. Raffi berdiri dibalkon
kamarnya, melihat kehalaman rumah, berharap akan ada mobil yang memasuki
halaman rumahnya, namun sampai malam semakin memekat, rumah raffi masih saja
sepi. Ia masuk kekamar dan merebahkan dirinya dengan kasar diatas ranjangnya.
“kenapa dia marah. Emang aku salah apa? Hahhhhh” ucap raffi sambil
mengacak2 rambutnya.
***
Naura memandang Hp nya, ragu untuk menekan nomor yang tertera dilayar
HP tersebut, “Raffi”, ia nampak berfikir, lalu dengan meyakinkan hatinya ia
mulai menekan no tersebut. Beberapa detik ia menunggu,
“hallo” ucap naura
“ia ra” jawab raffi dari seberang telepon.
“em,,,kamu udah makan?”
“sudah, ra, aku ngantuk, besok aja kita lanjutinnya yah” jawab raffi
dan langsung mematikan HP nya. Naura hanya terpaku, air matanya jatuh membasahi
pipinya. Raffi memandang layar HP nya.
“maafkan aku naura...maaf...!” ucap raffi.
“Malam yang begitu panjang, terasa begitu sepi. Hayalan dan
mimpi bertemu menjadi satu, dalam sebuah harapan yang mungkin mampu membentuk
secerca cahaya dikeesokan hari yang masih menjadi misteri. hari kemarin telah
terlalui dengan banyak cerita yang masih menyimpan seribu tanya untuk hari ini.
Biarkan hari esok yang akan menjawabnya.”
Sebait tulisan yang dituangkan gigi dibelakang buku yang sering ia
baca “My Heart”, ia menutup bukunya, menatap zaskia yang tertidur lelap
disampingnya. Ia pun berusaha merebahkan dirinya, mengistrahatkan tubuh dan
pikirannya. Begitulah malam itu terlalui.
***
Nampak raffi melihat isi kulkas di pagi itu.
“dia belum pulang juga. Emang zaskia itu suaminya. Gue suaminya! huft”ucap
raffi dengan kesal sambil membanting pintu kulkas. Ia mengambil HP nya, hendak
menelpon gigi, setelah berfikir beberapa menit, ia kembali mengurungkan
niatnya. Ia pun kembali naik keatas. Rambut raffi terlihat acak2an dengan tangan
yang masih diperban dan menggunakan arm sling, ia berusaha membuka bajunya,
namun ia terlihat kesulitan, sesekali ia memegang tangannya karena kesakitan.
“aaahhh, susah banget sih. Aku kan harus kekantor. Haduh,,,” kesal
raffi yang seakan tidak bisa mengurus dirinya sendiri. Ia terdiam seperti
sedang memikirkan sesuatu dan mempuanyai ide. Raffi tersenyum.
Sebuah taxi berhenti didepan rumah raffi dan gigi, raffi segera keluar
dan menaiki taxi tersebut. Setelah menyebutkan alamat tujuannya, taxi itu pun
melaju meninggalkan halaman rumah raffi dan gigi. beberapa waktu berselang
raffi telah sampai ditempat tujuannya. “ting, tong” bunyi bel rumah didatangi
oleh raffi. tidak lama terdengar suara dari dalam rumah dan membuka pintu.
“hei bro,,ngapain loe pagi2 kesini” ucap billy yang kaget dengan
kedatangan raffi. tanpa menunggu dipersilahkan raffi langsung masuk ke rumah
billy.
“gue laper. Kasih gue makan!”
“hah, loe aneh2 aja. Bos besar kayak loe, ngapain minta makan dirumah
gue. Lagian, loe kan punya istri yang ngurusin loe. Lah gue” curcol billy.
“susah banget sih loe. Cepet ambilin gue makan. Gue lapar billy,
setelah itu loe keramasin gue, dari kemarin gue blom keramas.”
“loe bener2, udah minta makan, minta dikeramasin pula. Loe pikir rumah
gue restoran sekaligus salon. Sana pergi kesalon kalau mau dikeramasin” omel
billy sambil menyipkan sarapan untuk raffi.
“cerewet banget sih loe, sini cepet makanannya” omel raffi. tiba-tiba
kembali terdengar suara bel.
“siapa lagi sih yang datang pagi-pagi kayak gini” omel billy sambil
berjalan kearah pintu.
“Assalamulaikum billy” ucap deni saat melihat billy membuka pintu
dengan wajah cemberut.
“kenapa muka loe kayak gitu? Ayo kita pergi sekarang!” tmbah irwan
sambil menarik tangan billy.
“kita mau kemana? Tapi didalam...” belum juga blly menyelesaikan
kata2nya irwan dan deni terus menarik tangan billy dan memasukan billy kedalam
mobil tanpa mau mendengarkan perkataan billy.
“udah loe ikut aja! Nanti kita jelasin. Ayo wan kita pergi!” ucap
deni.
“tapi,,,” ucap billy yang kesal karena tidak didengarkan.
“udah, kalau loe ada urusan dicancel dulu” tambah irwan.
“tapi dirumah itu ada,,,”billy terus ingin menjelaskan namun irwan dan
deni tidak memperdulikan perkataan billy. Billy nampak kesal.
“Loe udah telpon raffi den?” tnya irwan kepada deni.
“udah, tapi seperti biasa. Gak diangkat” jawab deni. Sementara raffi
yang masih asyik dengan makanannya merasa aneh, karena billy belum juga kembali
dari depan.
“si billy, buka pintu lama banget! Billyyyyyy” teriak raffi, namun
tidak ada jawaban dari bilyy.
“apa dia diculik! Tapi gak mungkin, siapa juga yang mau nyulik tuh
anak. Billy” teriak raffi sekali lagi. billy yang duduk dikursi belakang hanya
tersenyum kesal sambil menggeleng2kan kepalanya.
“kenapa loe bil? Panas loe?” ucap deni yang melihat billy tersenyum
sendiri, sambil memegang kepala billy.
“jadi kita mau kerumah raffi?” tanya billy dengan nada kesalnya.
“iya, pokoknya, nanti kita jelasin ke elo” jelas deni.
“hadeuhhhh, kalian jelasin sekarang, terus kita balik kerumah gue” ucap
billy.
“ngapain kita balik kerumah loe, jelasinnya entar aja” ucap deni lagi.
“kita harus balik kerumah gue, karena si raffi gak mungkin ada
dirumahnya sekarang!” jelas billy, deni menatap billy dengan heran.
“maksud loe? Siraffi habis hubungin loe?” tanya deni
“iya, dia habis hubungin loe bil?” tambah irwan.
“bukan, aku tidak dihubungi oleh raffi. tapi tadi pagi raffi datang
kerumahku, meminta makan dan dikeramasin sampai kalian datang dan menarik
tanganku tanpa mau mendengarkanku” jelas billy dengan emosi yang memuncak,
sontak irwan langsung menghentikan mobilnya.
“apaaaa, si raffi ada dirumah loe” teriak deni kepada billy.
“kenapa loe gak bilang dari tadi billlyyyyy, gue telen juga loe!” ucap
irwan sambil memutar balik mobilnya.
“kalau udah kayak gini, gue lagi yang salah. Bukannya kalian yang gak
mau dengerin penjelasan gue. Main narik2 aja. Emang gue barang ditarik-tarik.
Udah kalian gak usah masuk kerumah gue, duduk diluar.” Omel billy.
“ya Allah bil, gitu aja marah. Udah lah bro, ok, kita damai. Kalau
nggak, kita gak bakal cerita apa yang akan kita lakukan pada raffi” bujuk deni,
irwan hanya tersenyum melihat tingkah billy yang kadang masih kekanak-kanakan.
“yah sudah, cepet bilang. Ada apa sebenarnya” ucap billy dengan wajah
songongnya.
“jadi gini bil, siraffi semalem itu, nyariin gigi, sampai nelponin gue
beberapa kali, nanyain no nya zaskia. Gue habis ngubungin kia, ternyata gigi
sedang ada sama kia. Jadi kayaknya mereka berantem lagi karena masalah divila
waktu itu” jelas irwan.
“emang di villa ada masalah apa sih?” tanya billy lagi.
“kita juga gak tau pastinya. Yang jelas, kejadian di vila, yang entah
apa itu, telah berhasil mengubah sikap raffi sama gigi.” tambah deni.
“sikap yang gimna tu?” tanya billy lagi.
“sikap sok jual mahal si raffi, yang katanya gak suka sama gigi”
tambah deni.
“bukannya, mereka memang musuh bebuyutan dari zaman kuliah!” ucap
billy lagi.
“iya sih. Tapi, coba loe pikir bil, setiap hari ketemu sama orang yang
sama, berantem, ketawa, makan, sebelum tidur dan pas bangun tidur ketemu sama
orang yang sama. Menurut loe, apa hal tersebut tidak akan menumbuhkan sesuatu
yang namanya CINTA?” tanya deni
“iya juga sih. Jadi, maksud kita mau kerumah siraffi apa?”
“hadeuh, billy, billy, loe agak peka sedikit dong. Si raffi kan habis
kecelakaan. Dia belum bisa gunain tangannya...siapa yang mau bantuin dia kalau
bukan kita?” tanya deni dengan sedikit emosi kepada billy
“terus apa hubungannyadengan perasaan raffi ke gigi?”
“billyyyyy, astaghfirullah. Sekalian billy. Siapa tau pas kita cuci
ramburnya, otaknya juga ikut kecuci jadi dia bisa sadar. Ngerti ora?” omel
irwan
“oh, jadi maksud kalian, mau melakukan pekerjaan memandikan sekaligus
mencuci otak raffi, gitu?”
“udah deh bil, cape gue ngomong sama loe, udah loe diam aja” ucap
deni, billy hanya memanyunkan bibirnya. Sesampainya dirumah billy, raffi duduk
diteras, sambil memperhatikan teman-temannya
yang turun dari mobil dengan wajah herannya.
“bil, loe habis jemput deni sama irwan?” tanya raffi dengan wajah
bingung.
“udah, gue malas ngejelasinnya” ucap billy lalu berlalu masuk kedalam
rumah.
“fi, loe gak kekantor kan? Kan loe masih sakit?” tanya deni.
“ini, tadi gue datang kesini, biar dibantuin, paling gak dibantui
keramas, biar gue bisa kekeantor. Tapi si billy tiba2 ilang. Gak ikhlas kayaknya
dia kasih makan gue.” Omel raffi.
“udah, udah. Sini kita bantuin” ucap irwan sambil mendorong tubuh
raffi.
“keramasin aja yah”
“sekalian mandi fi” goda deni.
“ogah, apaan, keramasin aja.” Ucap raffi. dikamar mandi billy deni dan
irwan membantu raffi mencuci rambutnya.
“em, fi, jadi gigi belum balik juga?” tanya billy tiba2. Irwan dan
deni langsung memelototkan matanya kearah billy, namun billy tidak
menghiraukannya. Raffi masih saja diam.
“kan, lebih enak kali dikeramasin sama gigi, dibanding sama dua bandit
itu” tambah billy lagi. irwan yang menuangkan sampo kekepala raffi mengomeli
billy tanpa suara, tanpa sadar sampo yang dituang kekepala raffi kebanyakan
hingga mengalir mengenai matanya.
“aw, wan, apa2an sih loe. Perih tau,,,air,,,air” teriak raffi panik
karena matanya.
“maaf, maaf,,” ucap irwan sambil menyiram kepala raffi.
“udah, udah. Kalian gak usah ngeramasin gue. Haduhhhh...”ucap raffi
sambil membilas matanya, irwan deni dan billy hanya tertawa. Setelah membantu
raffi keramas dan memakai kemejanya, irwan mulai membuka pembicaraan.
“loe gak mau menjemput gigi fi?” tanya irwan pelan.
“emang dia gak punya kaki buat pulang sendiri. Lagian, tangan gue lagi
sakit, gak bisa nyetir mobil, gak bisa bawa motor” jawab raffi sambil berusaha
menyibukkan dirinya.
“tapi, loe kan punya sopir di kantor. Suruh dianter aja” ucap irwan,
Raffi masih saja diam.
“gue gak tau apartemennya” jawab raffi datar.
“nanti gue tanyain kia dimana alamatnya. Dan, sepertinya, hari ini dia
kerumah sakit. Jemput aja dia dirumah sakit!” ucap irwan.
“kalau dia mau pulang, pulang sendiri. Dia pergi sendiri, dia juga
harus pulang sendiri” jawab raffi lagi.
“hadeuh, keras kepala. Susah ngomong sama orang yang keras kepala”
ucap deni sambil berlalu meuju ruang tamu, hingga hanya ada irwan dan raffi
diruang TV.
“kamu yakin fi?” tanya irwan serius.
“yakin apa?”
“tidak perduli. Kamu benar2 tidak akan perduli?”
“yah, terserah dia, dia mau pergi ataupun pulang, terserah dia” ucap
raffi menahan emosinya.
“jangan emosi kayak gitu. Semakin kamu mengingkari, semakin jelas
terlihat fi!” ucap irwan.
“maksud loe?”
“loe suka kan sama gigi?” ucap irwan. raffi spontan melihat kearah
irwan.
“suka.. suka
apanya. Gue kan punya pacar, gak mungkin gue suka sama dia” ucap raffi dengan
nada yang sedikit gugup.
“raffi,
raffi. sekarang gue mau tanya sama loe. Apa yang loe rasain saat gigi gak ada
dirumah?”
“biasa aja”
jawab raffi sembari memainkan HP nya.
“kalau biasa
aja, kenapa semalem loe kayak orang panik gitu nelponin gue?”
“yah,,itu,,,kalau
ada apa2 sama dia,,,entar gue yang dapet masalah sama papanya, bisa mati gue”
ucap raffi terbata2.
“oh,,,terus,
kenapa loe begitu panik, saat gigi kecelakaan dimalam itu? Padahal loe juga
terluka?” tanya irwan mulai serius. Raffi terdiam, berusaha mencari jawaban
dari pertanyaan irwan.
“gak bisa
jawab!” ucap irwan sambil memandang raffi dengan lekat.
“bukan
begitu....itu,,em..” raffi masih bingung harus menjawab apa.
“biar gue
bantu jawab” ucap irwan, raffi memandang irwan dengan bingung.
“loe cinta
sama gigi” raffi masih memandang irwan dengan wajah yang bingung.
“ahaa, sok
tau loe” ucap raffi menyembunyikan kegugupannya.
“raffi,,raffi.
loe kesepian kan kalau gak ada gigi?”
“apaan,
kesepian dari mana,,ah, loe, berlebihan wan”
“loe
nungguin dia kalau dia belum sampai rumah”
“hah, loe
udah jadi pakar cinta?”
“jantung loe berdebar saat loe menyentuh atau disentuh dia kan!” raffi
terdiam memandang irwan.
“dan loe suka sentuhan itu! Loe yang awalnya biasa saja, sekarang
ingin melindunginya. Dia milikmu, dan tidak ada orang lain yang boleh
memilikinya. Loe suaminya, jadi dia harus bersama loe. Apa loe sudah ngerasa
seperti itu? Jika iya, loe sudah merasakan ingin memiliki dia seutuhnya.
Perasaan memiliki dan dimiliki adalah salah satu bentuk pengungkapan dari
cinta. Apa ada yang salah dari ucapan gue?”
“ahahahaha, kalau jantung berdebar, itu,,karena gue sakit jantung. Gue
suka nungguin dia,,,karenaaa,,,karena hanya dia yang masakin gue. Dia kan belum
bercerai sama gue, jadi,,,dia....tetap harus mematuhi aturannya. Dan, gue udah pacaran
sama naura. Cinta yang loe gambarin itu, tidak seperti itu, loe salah” ucap
raffi terbata2.
“raffi,,,raffi,,jadi loe gak ngerasain hal tersebut ke naura. Berarti
selama ini loe gak cinta dong sama nuara. Pikirkan raffi. ada sedikit perbedaan
antara cinta dan simpati. cinta dan benci itu bedanya tipis, sekulit bawang. Loe
pikir loe cinta sama naura, itu bisa berarti tidak. Loe pikir loe benci sama
gigi, itu bisa berarti cinta. Pikirkan baik2, siapa sebenarnya yang kamu
cintai, jangan terus mengingkari. Entar, loe bakal menyesal. Menyatukan kaca
yang sudah terlanjur pecah itu lebih sulit dibanding membersihkan dan merawatnya
setiap hari, ok” Ucap irwan sambil berjalan menjauhi raffi. raffi terdiam, ia
memikirkan semua yang dikatakan irwan.
***
“jadi sekarang gimna?” tanya
kia kepada gigi yang sedang menyiapkan sarapan untuk mereka berdua,
“apanya yang gimna?”
“loe sama nanda? terus raffi gimna?” gigi terdiam, hanya menarik
nafasnya dengan panjang, dan kembali melanjutkan aktifitasnya.
“setelah ini, kita siap2 buat kerumah sakit. Ada beberapa masalah yang
harus aku selesaikan” ucap gigi. kia meminum susunya tanpa mengucapkan sepatah
katapun. Tiba-tiba Hp zaskia berbunyi. Gigi melihat kearah zaskia.
“oh, telpon dari irwan kok. Paling nanyain kabar doang” ucap kia
menjawab tatapan mata gigi, sambil permisi untuk mengangkat telpon diruang
tamu.
“iya yang. Jd raffi gimna?” tanya kia.
“yah begitulah yang. Masih keras kepala. Kalian mau kerumah sakit hari
ini?” jawab irwan dari balik telpon.
“iya, ini habis sarapan kita mau kerumah sakit. Hm,,jd gimana caranya,
biar mereka bisa saling menunjukkan perasaan?” tanya kia.
“sudahlah, kita jangan terlalu ikut campur. Mereka sudah cukup dewasa
untuk menentukan sikap. Bukan anak kecil lagi. yah, udah, nanti sore aku jemput
yah”
“baiklah. Iya, nanti aku kabari yah yang. Dah, waalaikumsalam” ucap
kia lalu mematikan telponnya.
“huft,,,ngurus satu pasangan dewasa lebih susah dari ngurus anak bayi”
gerutu zaskia.
“hm,,kamu mau punya bayi? nikah dulu” cerocos gigi yang mendengar
ujung dari perkataan zaskia.
“hah,,,ahahaha,,iya, tau gue. Ayo kita siap2 kerumah sakit!” ajak kia
untuk mengalihkan perhatian gigi.
***
“jadi loe mau bener2 ke kantor fi?” tanya deni.
“iya, dah....smpai ketemu nanti malam yah bil, gue mau makan dirumah
loe lagi” ucap raffi sambil menaiki taxi didepannya. Deni, billy dan irwan
hanya melihat raffi.
“dasar keras kepala.” Gumam deni
“kalau dia gak keras kepala, gue gak harus nyiapin makanan buat dia
kan?” gumam billy, irwan hanya menarik nafasnya dengan dalam.
“ayo kita taruhan!” ajak irwan.
“taruhan apaan?” tanya billy
“iya, apaan lgi loe pakai taruh-taruhan” ucap deni.
“gue taruhan, kalau raffi bakal kerumah sakit nanti buat ngeliat gigi”
ucap irwan. deni dan billy menatap irwan dengan penuh tanya.
“maksud loe, si raffi bakal ke rumah sakit buat jemput si gigi dan
ngajakin pulang? Gitu?” tanya deni lagi.
“gue gak bilang ngejemput, tapi gue bilang si raffi bakal kerumah
sakit untuk ngelihat gigi, mau taruhan?”
“kalau ngelihat tabiat si raffi kayak gitu, gue gak yakin dia bakal
kerumah sakit” ucap deni.
“gue sepakat sama deni, dia gak bakal kerumah sakit. Ayo kita taruhan,
tapi taruhannya apa dulu ni?” ucap billy.
“hmmm, gimana kalau yang kalah harus ngabulin tiga permintaan si
pemenang” ucap irwan.
“boleh minta apa aja gitu!” tanya deni,
“iya, bagaimana, deal?”
“ok, deal” ucap billy
“deal” deni pun ikut menambahkan.
***
Gigi dan zaskia sudah melakukan aktifitas mereka dirumah sakit. Gigi
mengurus beberapa berkas yang menumpuk diruangannya. Hari sudah sore, namun
gigi masih berkutat dengan kertas dan laptopnya.
“tok,tok” bunyi ketukan pintu, tanpa menunggu izin, zaskia langsung
masuk keruangan gigi.
“hei bu bos. Gak makan bu bos?” tanya zaskia sambil mendekati gigi
yang masih sibuk dengan laptopnya.
“bu bos, hei” zaskia menutup laptop gigi.
“kia, gue masih ngerjain ini. besok harus selai ki” gerutu gigi.
“tapi loe harus makan gi. Kalau loe sakit, loe gak bakal ikut rapat
besok. Jadi dengerin gue. Mending sekarang kita keluar nyari makan dulu” kia
kembali menutup laptop gigi dan menarik tangan gigi untuk keluar dari
kantornya.
“tapi ki”
“udah, jangan menghukum diri seperti itu” ia terus menarik tangan
gigi.
“maksud loe?”
“ah, udah, jangan dipikirin kata2 gue. Ayo cepet” kia terus menarik
tangan gigi sampai tanpa disengaja, mereka menabrak seseorang.
“ih, kia, ini gara2 loe nih” gerutu gigi yang terduduk dilantai, lalu
seorang pria mengulurkan tangannya untuk membantu gigi berdiri. Gigi
menengadahkan kepalanya, dan dilihatnya nanda masih dengan senyum yang sama.
Gigi terdiam, nanda masih mengulurkan tangannya, gigi nampak ragu, lalu tanpa
permisi nanda menarik tangan gigi dan membantunya berdiri.
“kamu gak kenapa2 kan?” tanya nanda kepada gigi.
“oh, iya, aku baik2 saja kok nan. Jgan khawatir” gigi menjawabnya dengan
senyuman hambarnya.
“hello,,,gue juga kali nan, kenapa gak ditanya? Tapi yah udahlah.” Kia
protes, nanda hanya tersenyum, tapi gigi masih dengan wajah dinginnya.
“kalian mau kemana?” tanya nanda,
“mau nyari makan, soalnya si bu bos, ampe lupa makan.” Jelas kia.
“ini aku bawain makanan” ucap nanda menunjukan bawaannya.
“eh, aku udah janji sama kia mau makan diluar, jadi..”
“gak papa kok gi, emmm, yah udah, kalian makan aja. Nanda, jangan lupa
buat mastiin makanannya dihabisin yah. Ok. Kalau gitu gue nyari partner lain
dulu. Bye” ucap kia lalu berlalu pergi.
“ki...” panggil gigi, namun kia berlalu pergi.
“maafin gue gi. Tapi gue berharap loe bisa menyelesaikannya. Gue
percaya sama loe” gumam kia lalu berlalu meninggalkan nanda dan gigi.
“em,,jadi kita mau makan dimana!” ucap nanda. kecanggungan tiba2
dirasakan keduanya, begitu pula dengan gigi. beberapa mata memandang kearah
gigi dan nanda sambil berbisik.
“sepertinya semua orang sedang melihat kita.” Ucap nanda.
“yah udah, makan ditaman seperti biasa aja. Gimna?” ajak nanda
“hmmm,,,ok” semua mata menatap gigi dan nanda, gigi pun nampak risih.
***
Raffi dikantornya hanya berbaring disofa ruangannya, sesekali ia
bangun melihat beberapa berkas, lalu kembali berbaring disofa. Rosi
sekretarisnya, bingung melihat tingkah bosnya itu. Kadang raffi keluar
memanggil sekretarisnya itu.
“rosi,,,sini sebentar” panggil raffi melalui telepon.
“iya pak, ada apa pak”
“emmm,,, ini berkas ini, untuk proyek di surabaya, kenapa diberikan
sama pak roni?” marah raffi.
“bukannya itu atas permintaan bapak?” ucap rossi.
“apa, siapa bilang. Saya tidak pernah menunjuk pak roni. Suruh pak
dedi saja yang mengurusnya!” ucap raffi lagi.
“tapi pak..”
“apa lagi?”
“em, pak roni sama pak dedi, itu kan orang yang sama pak. Namanya Dedi
Roniansyah, suka dipanggil pak dedi, dan kadang dipanggil pak roni pak.” Jelas
rosi.
“masa sih. Kalau begitu, suruh dia dipanggil dedi, jangan roni. Sana
keluar” ucap raffi yang sedikit merasa malu. Rosi pun keluar dengan wajah
bingungnya.
“pak raffi kenapa yah hari ini. Beliau kan cuti sampai besok, kok hari
ini masuk. Tadi minta kopi, biasanya minum teh. Pak dedi, pak roni, kan pak
raffi doang yang suka manggil pak dedi itu pak roni. Haduh, hah, bingung”
gerutu rossi sambil menuju kemejanya, belum juga ia sampai kemejanya, raffi
kembali memanggil.
“rossiiii, keruangan saya sekarang” panggil raffi.
“iya pak. Haduh kenapa lagi” gerutu rossi lagi.
“eh, ada apa pak, ada yang salah sama berkasnya” tanya rossi.
“em, bukan, saya mau tanya sesuatu. Bolehkan saya bertanya?”
“oh, tentu boleh pak, tanyakan apa saja pak. Kalau saya bisa menjawab,
akan saya jawab.” Ucap rossi.
“emm, kamu sudah menikah kan?”
“iya, saya juga sudah punya anak satu pak”
“em,,kamu mencintai istrimu?”
“tentu saja pak, sangat mencintai. Walaupun kadang2 dia suka marah2
dan sangat cerewet tapi saya sangat mencintainya” jawab rossi dengan penuh
senyuman, sedangkan raffi bertanya dengan wajah yang sangat serius.
“emm, kalau istrimu marah, atau,,,emm, yah, kalau tidak ingin bicara
denganmu, apa yang biasanya kamu lakukan?” tanya raffi lagi.
“oh, saya mulai mengerti sekarang. Bapak sedang marahan dengan istri
bapak yah? Ahaha” rossi langsung mengeluarkan tawanya.
“yahhhh, siapa yang suruh kamu ketawa. Siapa yang bilang saya
bertengakar dengan gigi. kami memang suka bertengkar, tapi kali ini, dia pergi
tanpa kami bertengkar sebelumnya, jadi,,,kenapa gue jadi cerita sama loe” raffi
meninggikan suaranya sambil berdiri, sedangkan rossi, bingung, melihat tingkah
bosnya itu. Dengan mengeluarkan senyum kecil rosi mulai menjawab pertanyaan
raffi.
“oh, jadi seperti itu ceritanya bos. Kalau masalah marah, beuh, istri
saya suka menghancurkan barang kalau marah bos. Dan kalau dia sedang marah,
yah, seperti biasa, saya suka membelikan dia bunga, dan mengajaknya makan
malam. Itu dapat membuatnya tersenyum” cerita rossi, raffi mendengarkan cerita
rossi dengan seksama.
“em, gigi tidak suka bunga, dan, em, kalau makan malam aku tidak tau”
ucap rraffi,
“suami macam apa yang tidak tau istrinya” gumam rossi dengan pelan.
“kamu ngomong apa barusan?” tanya raffi
“bukan apa2 kok bos. Wanita itu selalu suka bunga walaupun dia bilang
tidak suka bunga. Seorang wanita gampang diluluhkan bos, perlihatkan
kesungguhan bos, keseriusan bos, walaupun bos tidak merasa melakukan suatu
kesalahan. Berkata lembutlah bos, itu selalu manjur. Cari tau, kenapa dia bisa
marah. Mengalah, dan komunikasi itu cara yang paling baik untuk mencairkan
suasana.” Jelas rossi.
“ohh,,emmm” gumam raffi yang mendengar penjelasan rossi.
“jadi menurut kamu aku harus mengalah, gitu?” tanya raffi lagi.
“iya bos, itu sudah takdir kita bos, sebagai laki2...hehe” ucap rossi,
raffi nampak berfikir.
“dan ada satu cara lagi yang paling ampuh bos?” ucap rossi, sambil
mendekatkan wajahnya keraffi dan membisikkan sesuatu, raffi pun dengan ekspresi
serius mendengar perkataan sekretarisnya itu.
“apaaaaaaa” teriak raffi yang mendengar perkataan rossi.
“itu yang paling ampuh bos, bener dah” ucap rossi meyakinkan.
“sana, sana, keluar. Ide loe aneh2 aja. Sana, sana keluar” ucap raffi
dengan wajah yang memerah. Rossi hanya tersenyum geli.
“bener nih bos, gak ada pertanyaan lagi”
“iya, sana keluar.”
“baiklah bos. Kalau butuh sesuatu jangan lupa hubungi ROSSI yah bos.
Saya keluar dulu bos” rossi pun beranjak hendak meninggalkan raffi.
“em, satu pertanyaan lagi. bisakah kau menggambarkan sedikit perasaan
cintamu keistrimu?” tanya raffi.
Rossi sedikit berfikir.
“tidak dapat saya jelaskan pak. Cinta adalah sebuah keikhlasan.
Menerima dan memberi. Rasa memiliki dan dimiliki. Membutuhkan dan dibutuhkan.
Saat ini yang cukup buat saya khawatir adalah, apa jadinya diriku tanpa
dirinya. Itu saja pak. Ada pertanyaan lain, kalau tidak ada, saya mau
mengerjakan pekerjaan saya pak” jelas rossi.
“tidak ada. Emm, telepon pak asep, antarkan saya pulang sekarang.”
Perintah raffi.
“baik pak. Laksanakan” ucap rossi.
“rossi. Saya pulang sekarang. Besok berkas yang saya suruh selesaikan,
cepat diselesaikan.”
“siap bos, em, maksud saya, baik pak. Pak asep sudah saya suruh tunggu
didepan pak” ucap rossi, raffi berlalu meninggalkan kantornya.
“kita langsung pulang pak?” tanya pak asep supir kantor raffi. raffi
yang sedang duduk dibelakang seperti kaget dengan pertanyaan pak asep.
“iya” jawab raffi. raffipun kembali diam, ia sedang memikirkan
perkataan irwan dan rossi.
“em, pak, kita singgah sebentar ke NS Hospital. Saya,, harus
memeriksakan tangan saya” perintah raffi.
“baik pak” ucap pak asep. Tidak lama kemudian, raffi akhirnya sampai
di NS Hospital. Raffi melihat kesekeliling rumah sakit. Ia kemudian memakai
topi dan kacamata hitamnya, merapikan penampilannya melalui spion depan
mobilnya.
“saya turun disini yah pak, nanti saya telpon kalau saya sudah selesai
berobatnya”
“baik pak”, raffi pun berjalan mengendap2, mengawasi sekelilingnya. Ia
masuk keruang IGD, seperti mencari seseorang.
“bapak mau berobat?” tanya seorang kasir yang melihat raffi.
“eh, saya sedang mencari,,em, istri saya, katanya tadi mau berobat
kesini, tapi sepertinya dia tidak berada disini” jawab raffi gugup. Ia pun
kembali melihat kedalam, dia hanya melihat zaskia yang sedang memriksa pasien
didekat pintu masuk. Tiba2 zaskia berbalik melihat kearah raffi, raffi kaget,
dan langsung berbalik keluar meninggalkan IGD. Zaskia mengerutkan dahinya,
seperti mengenalnya.
“wah, dia gak lihat gue kan,,,aihhh, tapi dimana tu alien, kalau dia
tidak ada disini, dia ada dimana? Apa mungkin dia sama si nanda, aihhhh” lagi2
raffi berjalan sambil mengendap2, tangan kirinya menutupi mulutnya, berusaha
agar tidak ada yang mengenalinya.
“dimana sih dia.” Raffi terus mencari, tapi tidak juga menemukan
keberadaan gigi. sampai akhirnya dia lelah dan membeli sebuah minuman dan duduk
disebuah taman.
“haaaa, diamana sih dia” raffi berusaha membuka tutup minumnya,
“aihhhh, susah banget sih,” raffi kemudiam membuang botol minuman
tersebut karena tidak bisa membukanya, tiba2 ia terpaku melihat pemandangan
didepannya, nanda dan gigi seperti sedang membicarakan sesuatu yang sangat
serius.
“dasar, sinanda, bukannya gue sudah bilang jangan dekati gigi lagi”
emosi raffi, ia berdiri hendak mendekati mereka, namun langkahnya terhenti saat
melihat gigi memegang tangan nanda, dan berbicara begitu serius. Raffi mengepal
tangannya, seperti menahan emosinya, matanya memerah dan berkaca2. Dadanya
begitu menggebu2, nafasnya menderu, ia menyapu wajahnya, dan berjalan
meninggalkan taman. Ia berjalan sambil mengingat semua kejadian yang terjadi
saat di Vila sampai kejadian yang barusan dia lihat.
“hahhh, kenapa rasanya seperti ini” raffi menahan emosinya dan
berusaha mengatur nafasnya, raffi terus berjalan. Didepannya ada CS yang sedang
mengepel, raffi berjalan tanpa memperhatikan langkahnya, sampai akhirnya ia
tidak melihat ember berisi air pellan si CS, seketika raffi terpeleset, ia
jatuh pada sebelah kanan tubuhnya, sehingga tangan kanannya yang sedang dibebat
kembali terbentur lantai.
“aaaa” teriak raffi memegang tangannya. Ia menahan rasa sakit
ditangannya. Ia berbaring terlentang sambil memandang langit2 rumah sakit.
“kenapa jadi seperti ini. seharusnya tidak seperti ini” raffi bergumam
dalam hatinya. Ia memejamkan matanya. Ia seoalah tidak perduli dengan
lingkungan sekitarnya.
“pak, bapak tidak papa...tolonggg” teriak CS tersebut yang melihat
raffi berbaring. Orang2 pun berdatangan setelah mendengar teriakan CS tersebut.
Raffi hendak membuka matanya.
“Ayo ambil brankar” teriak CS tersebut. Setelah mendengar kata brankar,
raffi kembali menutup matanya. Orang2 pun mengangkat raffi dan menaikannya
kebrankar. Tanpa membuka matanya raffi dibawa menuju IGD.
***
“kita pulang sekarang?” ucap irwan yang sedang menjemput zaskia di
Pintu keluar IGD.
“tunggu sebentar yang, aku telpon gigi dulu.!” Kia pun menghubungi
gigi.
“raffi gak datang kerumah sakit yang?” tanya irwan.
“gak, emang kenapa. Ih, kok gigi gak angkat2 HP nya sih” gerutu kia,
ia kembali menelpon gigi.
“tapi tadi, aku ngelihat orang yang mirip raffi yang, gak tau itu
raffi apa bukan” ucap zaskia, tiba2 gigi mengangkat telponnya.
“iya, ada apa ki?” tanya gigi dibalik telpon.
“loe masih sama nanda?”
“iya, ada apa?”
“loe mau balik bareng gak?” tanya kia lagi, tiba2 CS dan orang2 yang
membawa raffi berteriak minta tolong kepada zaskia.
“dokter, tolong dokter, ada orang tidak sadar karena terjatuh tadi
dok” jelas CS tersebut sambil terengah2. Zaskia pun melihat lelaki yang ada
dibrankar tersebut, irwan pun ikut memperhatikan.
“raffiiii” teriak irwan dan zaskia serentak. Gigi yang berada dibalik
telpon pun mendengar teriakan zaskia.
“raffi!” ucap gigi sambil mengerutkan alisnya.
Apakah yang akan terjadi pada raffi? apa yang dibicarakan oleh gigi
dan nanda? nantikan dipart selanjutnya. Jangan lupa like dan commentnya.
Mbak dari mana saja kok lama banget ngepost nya....aku next nya jangan lama-lama .....
BalasHapusNext dah di tunggu banget cerbungnya
BalasHapuspart 21 nya mana kaka?
BalasHapus#ditunggu
next nya ditunggu ya kak
BalasHapusnextnya jgn lama ya...
BalasHapusinsyahlah, paling lama semingguan lah aku posting lanjutannya, jangan lupa like dan commentnya. heheheh
BalasHapus